77 Tanya-Jawab Seputar Shalat
Disusun Oleh:
H. Abdul Somad, Lc. ,
MA .
S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Darul-Hadits, Maroko.
Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
2
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website:
www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan
sumber
Sekapur Sirih. اتضمد لله والصلاة والسلاـ على رسوؿ الله- صلى
الله عليو وسلم -وعلى آلو وصحبو ومن تبعو ومن والاه
Seorang laki-laki tua datang kepada saya, rambutnya sudah
memutih karena usia, setelah bersalaman ia pun berucap, “Pak Ustadz, ketika
bangkit dari ruku’, saya selalu mengucapkan ‘Sami’allahu li man hamidah’. Kata
penceramah di kampung saya, ma’mum yang melakukan perbuatan seperti itu, maka
shalatnya batal. Bagaimanakah shalat saya selama ini?”.
Dalam sebuah pengajian, terlihat seorang jamaah yang
melaksanakan shalat, ketika Takbiratul- Ihram ia angkat kedua tangannya
setinggi-tingginya, setiap kali tegak bangun dari sujud ia kembali mengangkat
kedua tangannya.
Seorang muslim yang hidup bernafas karena nikmat dan karunia
Allah, detak jantungnya karena qudrat dan iradat Allah, tapi tidak pernah mau
menempelkan dahinya untuk bersimpuh sujud ke hadirat Allah.
Tiga kasus di atas memberikan gambaran kepada kita tentang
potret ummat saat ini. Saya berharap, meskipun jauh dari kesempurnaan,
mudah-mudahan buku kecil ini dapat memberikan jawaban untuk ketiganya.
Saya kemas dalam bentuk tanya-jawab untuk memudahkan
pembaca. Biasanya, ketika membaca pertanyaan, akal bekerja ingin mencari
jawaban, saat itulah jawaban datang, mudah- mudahan lebih merasuk ke dalam hati
dan akal.
Saya sebutkan beberapa pendapat mazhab, bukan untuk
mengacaukan amalan ummat selama ini, akan tetapi untuk mengetahui bahwa
pendapat itu banyak dan masing-masing memiliki dalil, sikap menghormati akan
menguatkan ukhuwwah umat ini.
Buku kecil dan sederhana ini jauh dari kesempurnaan, masih
perlu kritik yang membangun dari pembaca. Semoga menjadi bahan kritikan bagi
para ulama, dapat menjadi insipari bagi para pemula, menjadi bekal amal ketika
menghadap Yang Maha Kuasa.
Pekanbaru, 18 Mei 2013
H. Abdul Somad, Lc. ,
MA .
3
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Daftar Isi
(Tekan CTRL + F untuk mencari tulisan sesuai judul yang
diinginkan)
Pertanyaan 1: Apakah shalat itu?
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat?
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan
melaksanakan shalat?
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara
berjamaah?
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke
masjid?
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf?
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil?
Pertanyaan 10: Apakah
hukum shalat orang yang tidak berniat?
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat?
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat?
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika
Takbiratul-Ihram?
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam
shalat?
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain?
Pertanyaan 18:
Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan
membaca Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah
dibaca Jahr atau sirr?
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum?
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang
dan pendeknya?
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah
tasbih yang dibaca?
4
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?
Pertanyaan 24: Bagaimana pengucapan [تشع الله تظن تزده] dan
ucapan [ربنا لك اتضمد+ ketika bangun dari ruku’ bagi imam, ma’mum dan orang
yang shalat sendirian?
Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?
Pertanyaan 26:
Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai,
telapak tangan atau lutut?
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud?
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua
sujud?
Pertanyaan 29:
Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri
atau duduk istirahat sejenak?
Pertanyaan 30:
Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke
lantai atau dengan posisi tangan mengepal?
Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud?
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat?
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum
menyebut nama nabi?
Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika
Tasyahhud?
Pertanyaan 35:
Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir,
sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya, imam duduk Tawarruk,
bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud,
apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk?
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam?
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?
Pertanyaan 40: Ke manakah arah duduk imam setelah salam?
5
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya
membaca di dalam hati, atau dilafazkan?
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada
thuma’ninah?
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh?
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut
Shubuh?
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat
tangan?
Pertanyaan 47:
Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut,
apakah ia mesti mengikuti imamnya?
Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat
wajib?
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa?
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat?
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat?
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu?
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah?
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw
shalat tidak menghadap Sutrah?
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan
sujud?
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud?
Pertanyaan 58: Apakah
boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat?
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam
shalat?
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat
malam?
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi?
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at?
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
6
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir?
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib?
Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling
kuat?
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan
shalat Fajar?
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah
Shubuh, apakah bisa diqadha’?
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib?
Pertanyaan 71:
Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid
dan Qabliyah, apakah shalat Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat
Jama’/Qashar?
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’?
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat?
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti?
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat
secara sadar dan sengaja?
7
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 1: Apakah shalat itu?
Jawaban: Shalat menurut bahasa adalah: [الدعاء] doa atau
[الدعاء بخير]doa untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah syariat Islam
adalah: [أقواؿ وأفعاؿ تؼصوصة، مفتتحة بالتكبير، تؼتتمة بالتسليم . ] Ucapan dan perbuatan khusus, diawali dengan
Takbir dan ditutup dengan Salam1.
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat?
Jawaban:
Dari al-Qur’an:
ِ ةَ دِّم يَ ْ الُ نِ د َكِ لَ ذَ وَاةَ لَّا وا الل ُ تْ ُ ػَ
وَ ةَ وا الصلَّالا ُيمِ ُ َ وَاءَ فَ نػُ
َ الدِّد ن ُ وَ ل َ ِصِ لُْ تؼَ وا الللَّاو ُ دُ بْ عَ يػِ لَّا ل لاِ وا
إ ُ ِ مُ ا أ َ مَ و
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada- Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus”. (Qs. al-Bayyinah [98]: 5).
Ayat:
ُ يرِ النلَّاص َ مْ عِ َ و َ لذْ وَ مْ الَ مْ عِ نَ فْ مُ َ
لاْ وَ م َ وُ ىِ الللَّاو ِ وا ب ُ مِصَ تْ اعَ وَاةَ لَّا وا الل ُ تَ آَ وَ ةَ
وا الصلَّالا ُيمِ قَ َ ف
“..., maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung
dan sebaik- baik penolong”. (Qs. Al-Hajj [22]: 78).
Dan banyak ayat-ayat lainnya.
Dalil hadits Rasulullah Saw:
دِِّ النلَّابِِ نَ ع
َ َ مُ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق ِ اـَ يِ صَ وِاةَ لَّا اللِاءَ تِ إَ وِ
ةَ الصلَّالا ِ اـَ قِ إَ وُ الللَّاو َ لَّاد َ وُ ػ ْ فَ ى أ َ لَ عٍ ةَسَْ ى تس َ لَ عُ ـَلاْسِ
الإَِ نُِ ب دِّ جَْاتضَ و َافَضَ مَ .» ر
Dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
“Agama Islam itu dibangun atas lima
perkara: agar mentauhidkan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
melaksanakan puasa Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
1 Syekh Wahbah az-Zuhaili,
al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 1/572.
8
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Dan hadits-hadits lainnya.
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Jawaban:
Shalat diwajibkan lima waktu sehari semalam sejak peristiwa
Isra’ dan Mu’raj Rasulullah Saw berdasarkan hadits: دِِّ ى النلَّابِ َ لَ ع ْتَضِ ُ ف َ اؿَ ق ٍ
كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - لَّاُ ا ثُ ًسَْ تس ْتَ لِ عُ
لَّا ج تََّ ْتَصِ ُ لَّاُ ثُ َ ِ سَْ تس ُاتَ وَ لَّال الصِ وِ ب
َىِ ْسُ أَ ةَ لْ يػَ ل َ ِ سَْ تس ِسْ مَْ اتطِ هِ َِ َكَ لَّا ل فِ إَ ىلَّا و َ دَ ل ُ ؿْ وَ ْ ال
ُ لَّاؿ دَ بُ ػ َ لاُ لَّاو ِ إ ُ لَّاد
مَُ ا تػ َ َىِودُ .
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Shalat diwajibkan kepada
Rasulullah Saw pada malam ia di-Isra’-kan ,
shalat itu ada lima puluh, kemudian dikurangi
hingga dijadikan lima , kemudian Rasulullah Saw
dipanggil: “Wahai Muhammad, sesungguhnya kata yang ada pada-Ku tidak diganti,
sesungguhnya untukmu dengan lima shalat ini ada lima puluh”. (HR.
At-Tirmidzi, Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits Hasan Shahih”).
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan
melaksanakan shalat?
Jawaban:
Seorang muslim wajib melaksanakan shalat ketika ia telah
baligh dan berakal, akan tetapi sejak dini telah diperintahkan sebagai proses
belajar dan latihan, sebagaimana hadits:
ِ عِ اجَضَ مْ ال ِ ْ مُ َ نػْ يػَ
وا بػ ُ دِّق َ فػَ و َ ِ نِ سِ ْ َ عُاءَ نْ بػَ أ ْ مُ ىَ ا و َ ْ يػَ لَ ع ْ
مُوىُ بِ ْاضَ و َ ِ نِ س ِ عْ بَ سُاءَ نْ بػَ أ ْ مُ ىَ وِ ةَ الصلَّالا ِ ب ْ
مُ َ دَلاْ وَ وا أ ُ ُ م
“Perintahkanlah anak-anak kamu agar melaksanakan shalat
ketika mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka ketika mereka berumur sepuluh
tahun. Pisahkan tempat tidur mereka”. (HR. Abu Daud).
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara
berjamaah?
Jawaban:
Ya, berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman: َ ةَ الصلَّالا ُ م َُ تع َتْ مَ قَ َ فْ مِ يِ
ف َتْ نُ اَ ذِ إَ و
9
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu)
lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka”. (Qs. An-Nisa’ *4+:
102).
Allah tetap memerintahkan shalat berjamaah ketika saat
berperang jihad fi sabilillah, jika ketika berperang tidak menggugurkan shalat
berjamaah maka tentunya pada saat aman lebih utama. Andai shalat berjamaah itu
bukan suatu tuntutan, pastilah diberikan keringanan saat kondisi genting.
Rasulullah Saw
mendidik para shahabat untuk shalat berjamaah secara bertahap, diawali dengan
memberikan motifasi: ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أ َ َ مُ عِ نْ بِ الللَّاو ِ دْ بَ ع ْ نَ ع -صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ
« ق ً ةَ جَ رَ د َ نِ ْ ِ عَ و ٍ عْ بَ سِ دِّ ب َ فْ الَ ةَلاَ صُلُضْ فَ
تػِ ةَاعَ مَْ اتصُ » ةَلاَص
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw
bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendiri 27 tingkatan”.
(HR. Al-Bukhari).
Kemudian dilanjutkan dengan inspeksi, sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits: ِ الللَّاو
ُوؿُ سَ ا ر َ نِ لَّاى ب لَ ص َ اؿَ ق ٍ بْ عَ
ِ نْ دِّ ب َ بَُ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ َ فػ َ حْ بُّ ا الص
ً مْ وَ « ػ ٌ فَلاُ ف ٌ دِاىَ شَ .» أ َ وا لا ُالَ ق . َ اؿَ « ق ٌ فَلاُ ف ٌ دِاىَ شَ أ » . َ وا لا ُالَ ق
. َ اؿَ « ق لَّا فِ إَ و ِ بَ ُّ ى ال َ
لَ ا ع ً وْ بػَ ْ وَ لَ ا و َُوهُُ مُ تْ
يَ تػَ ا لأ َ مِ يِ ا ف َ م َوفُ مَ لْ عَ تػ ْ وَ لَ و َ ِ ِافَ نُ مْ ى ال َ لَ
ع ِاتَ وَ لَّال الصُلَ ْ ثػَ أ ِْ َ تػَ الصلَّالا ِْ َاتػَ لَّا ى فِ إ ُ وُ
تَلاَصَ وُ هَ دْ َ وِ وِ تَلاَ ص ْ نِ ى م َ ْ زَ أ ِ لُ لَّاج الَ عَ م ِ لُ لَّاج الَ ةَلاَ لَّا ص فِ إَ وُوهُُ تدْ رَ دَ تْ بػَ
لاُ وُ تَيلِضَ ا ف َ م ْ مُ تْ مِ لَ ع ْ وَ لَ وِ ةَ كِ ئَلاَ مْ فدِّ ال َ ص ِ
لْ ثِ ى م َ لَ ع َ لَّاؿ وَ الصلَّافلَّا الأ َ الذَ عَ تػِ الللَّاو َ لذِ إ
ُّبَ َ أ َ وُ َ فػ َ ُ ثػَ اَ مَ و ِ لُ
لَّاج الَ عَ مِ وِ تَلاَ ص ْ نِ ى م َ ْ
زَ أ ِْ َ لُ لَّاج الَ عَ .» م Dari Ubai
bin Ka’ab, ia berkata: “Suatu hari Rasulullah Saw melaksanakan shalat Shubuh
bersama kami. Rasulullah Saw bertanya: “Apakah si fulan ikut shalat
berjamaah?”. Mereka menjawab: “Tidak”. Rasulullah Saw bertanya: “Apakah si
fulan ikut shalat berjamaah?”. Mereka menjawab: “Tidak”. Rasulullah Saw
bersabda: “Sesungguhnya dua shalat ini lebih berat bagi orang-orang munafik.
Andai kamu mengetahui apa yang ada dalam
dua shalat ini, pastilah kamu menghadirinya walaupun kamu merangkak dengan
lutut. Sesungguhnya shaf pertama seperti shafnya para malaikat. Andai kamu
mengetahui keutamaannya, maka kamu akan segera menghadirinya. Sesungguhnya
shalat satu orang bersama satu orang lebih baik daripada shalat sendirian.
Shalat satu orang bersama dua orang lebih baik daripada shalat satu orang
bersama satu orang. Lebih banyak maka lebih dicintai Allah”. (HR. Abu Daud).
Selanjutkan
Rasulullah Saw memberikan ancaman bagi mereka yang menyepelekan shalat
berjamaah: ِ الللَّاو َوؿُ سَ لَّا ر فَ
أَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ َ فػ ِاتَ وَ لَّال الص
ِضْ عَ بػ ِ اًاسَ َ دَ َ
« فػ لَّاُ ثُ ِالنلَّااسِ دِّى ب لَ صُ
ًلاُ جَ ر َ ُ آم ْ فَ أ ُتْ مََ هُ ْ دَ َ ل اَ ىَ دِ َ َ ا ل ًينِ َ ا تش
ً مْظَ ع ُ دَِ يَُ لَّاو َ أ ْ مُ ىُ دَ َ أَ مِ لَ ع ْ وَ لَ و ْ مُ َوتػُ يُ بػ
ِ بَطَْ اتض ِ ـَ لُِ بِ ْ مِ ْ يَ لَ وا ع ُ دِّق َحُ يَ فػ ْ مِِ َ ُآمَ ا ف َ ْ نػَ ع َوفُ لَّاف لَ خَ تَ ػ ٍ اؿَ ج ِ ر َ لذِ إ َفِالَ خُ .» أ ِ نِْ عَ ػ ِ اءَ ِ عْ الَ . ةَلاَص Dari
Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw kehilangan beberapa orang pada
sebagian shalat, maka Rasulullah Saw bersabda: “Aku ingin memerintahkan
seseorang memimpin shalat berjamaah, kemudian aku menentang orang-orang yang
meninggalkan shalat berjamaah, aku perintahkan agar rumah mereka dibakar dengan
ikatan-ikatan kayu bakar. Andai salah seorang dari mereka mengetahui
bahwa ia akan mendapati tulang yang gemuk (daging), pastilah
ia akan menghadirinya”. Yang dimaksud Rasulullah Saw adalah shalat Isya’. (HR.
Muslim).
Dalam hadits lain
disebutkan:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ اؿَ ق َ اؿَ قٍ دْ َ زِ نْ بَ ةَامَ سُ أ ْ نَ
« - ع-صلى الله عليو وسلم ْ مُ َوتػُ يُ لَّا بػ نَ دِّق َ ُ لأ ْ وَ أِ
ةَاعَ مَْ اتص ِ ؾْ َ تػ ْ نَ ع ٌ اؿَ ج ِ لَّا ر َ ِ َ تْ نَ يػَ .» ل Dari
Usamah bin Zaid, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah mereka
berhenti meninggalkan shalat berjamaah atau aku akan membakar rumah mereka”.
(HR. Ibnu Majah).
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
Jawaban:
Banyak keutamaan shalat berjamaah menurut Sunnah Rasulullah
Saw, berikut ini beberapa keutamaan tersebut:
1. Lipat ganda amal. Sebagaimana yang dinyatakan dalam
hadis:
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أ َ َ مُ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ «: ق ً ةَ جَ رَ د َ نِ ْ ِ عَ و ٍ عْ بَ سِ
دِّ ب َ فْ الِ ةَلاَ ص ْ نِ مُلَضْ فَ أِ ةَاعَ مَْ اتصُ .» ةَلاَص
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
“Shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh
tingkatan”. (HR. Muslim). 2. Allah Swt menjaga orang yang melaksanakan shalat
berjamaah dari setan. Rasulullah Saw bersabda:
ِ دِ ْسَ مْ والِ املَّاة َ عْالَ وِ ةَماعَْاتصِ ب ْ مُ كْ يَ لَ عَ و
َابَ ال دِّع َ و ْ مُ لَّاا ِ َ فَ ةَ يِ
النلَّااَ وَ ةَ يِ اصَ ْ الَ ال لَّااة ُ ُ خْ َ
ِ مَ نَ ْ ال ِ بْ ئِ َ ِافَسْ ِ
الإ ُبْ ئِ ذ َافَطْ لَّاي لَّا ال فِ إ “Sesungguhnya setan itu bagi manusia
seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap kambing yang memisahkan diri
dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka janganlah kamu memisahkan
diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang banyak dan senantiasa
memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).
Dalam hadis riwayat Abu ad-Darda’ disebutkan: َ ةَ يِ اصَ ْ ال ُبْ دِّئ الُلُ ْ َ
اَلَّا ِ َ فِ ةَاعَ مَْاتصِ ب َكْ يَ لَ عَ فػ ُافَطْ لَّاي الُ مِ ْ يَ لَ عَ ذَ وْحَ تْ اسِ دَ لالَّا ق
ِ إُ ةَ الصلَّالا ُ مِ يِ فُاـَ ُ تػَ لاٍ وْ دَ بَلاَ وٍ ةَ ْ َ قػ ِ ٍ ةَ ثَلاَ ث ْ نِ ا م َ م “Ada tiga orang
yang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak dilaksanakan shalat
berjamaah, maka sungguh setan telah menguasai mereka. Maka laksanakan shalat
berjamaah, karena sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan
diri dari jamaah”. (HR. Abu Daud). 3. Keutamaan shalat berjamaah semakin
bertambah dengan banyaknya jumlah orang yang shalat. Berdasarkan hadits dari
Ubai bin Ka’ab. Rasulullah Saw bersabda:
َ الذَ عَ تػِ الللَّاو َ لذِ إ ُّبَ َ أ َ وُ َ فػ َ ُ ثػَ اَ مَ و ِ لُ لَّاج الَ عَ مِ وِ تَلاَ ص ْ نِ ى م َ ْ زَ أ ِْ َ
لُ لَّاج الَ عَ مُ وُ تَلاَصَ وُ هَ دْ َ
وِ وِ تَلاَ ص ْ نِ ى م َ ْ زَ أ ِ لُ لَّاج
الَ عَ م ِ لُ لَّاج الَ ةَلاَ
لَّا ص فِ إَ و
11
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website:
www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan
sumber
“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama
daripada shalat sendirian. Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama
daripada shalatnya bersama satu orang. Jika lebih banyak, maka lebih dicintai
Allah Swt”. (HR. Abu Daud). 4. Dijauhkan dari azab neraka dan dijauhkan dari
sifat munafik, bagi orang yang melaksanakan shalat selama empat puluh hari
secara berjamaah tanpa ketinggalan takbiratul ihram bersama imam. Berdasarkan
hadits Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:
ِ اؽَ النػدِّف َ نِ مٌ ةَاءَ َ بػَ وِ النلَّاار َ نِ مٌ ةَاءَ َ بػ ِافَ
تَاءَ َ بػُ وَ ل ْتَ بِ تُ َ ولذُ الأَ
ةَ يرِ بْ التلَّاك ُ ؾِ رْ دُ ٍ ةَاعََ
تر ِ اً مْ وَ ػ َ ِ عَ بْ رَ أِ لَّاو لِ لَّاى ل لَ ص ْ نَ
م “Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari
berjamaah, ia mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan
dari dua perkara; dari neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi).
Dalam hadis ini terdapat keutamaan ikhlas dalam shalat, karena Rasulullah Saw
mengatakan: “Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt”. Artinya tulus
ikhlas hanya karena Allah Swt semata. Makna dijauhkan dari kemunafikan dan azab
neraka adalah: dilepaskan dan diselamatkan dari kedua perkara tersebut.
Dijauhkan dari kemunafikan, artinya: selama di dunia ia diberi jaminan tidak
melakukan perbuatan orang munafik dan selalu diberi taufiq oleh Allah Swt untuk
selalu berbuat ikhlas karena Allah Swt. Maka di akhirat kelak ia diberi jaminan
dari azab yang menimpa orang munafik. Rasulullah Saw memberi kesaksian bahwa ia
bukan orang munafik, karena sifat orang munafik merasa berat ketika akan
melaksanakan shalat. 5. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka
ia berada dalam lindungan Allah Swt hingga petang hari, berdasarkan hadis
riwayat Jundub bin Abdillah. Rasulullah Saw bersabda: ِ الللَّاو ِ لَّاة مِ ذ ِ َ وُ َ فػ َ حْ بُّ لَّاى الص لَ ص ْ نَ م
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam
lindungan Allah Swt”. (HR. Muslim). 6. Mendapatkan balasan pahala seperti haji
dan umrah. Berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik. Rasulullah Saw
bersabda: ٍ ةَ ْ مُ عَ وٍ لَّاة َ ِ ْجَ َ
ُ وَ ل ْتَ اَ ِْ َ تػَ عْ َ لَّاى
ر لَ لَّا ص ُ ثُ ُسْ ال لَّام َ عُ لْطَ لَّا ت تََّ َ الللَّاو ُ ُ ْ َ َ دَ عَ لَّا قػ ُ ثٍُ ةَاعََ تر ِ َاةَ دَ ْ لَّاى ال لَ ص ْ نَ .» م ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر َ اؿَ ق َ اؿَ
ق « - -صلى الله عليو وسلم ٍ املَّاة َ تٍ
املَّاة َ تٍ املَّاة َ .» ت “Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah,
kemudian ia duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian ia melaksanakan
shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah”.
Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR.
At-Tirmidzi). 7. Balasan shalat Isya’ dan shalat Shubuh berjamaah. Berdasarkan
hadis riwayat Utsman bin ‘Affan. Rasulullah Saw bersabda: ُ لَّاو لُ
َلْ لَّاى الللَّاي لَ ا ص َلَّا َ َ كَ فٍ ةَاعََ تر ِ َ حْ بُّ لَّاى الص لَ ص ْ نَ مَ و ِ لْ
الللَّاي َفْصِ َاـَ ا ق َلَّا َ َ كَ فٍ
ةَاعََ تر ِ َاءَ ِ عْ لَّاى ال لَ ص ْ نَ
م “Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah
melaksanakan Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh
berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”.
(HR. Muslim).
12
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website:
www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan
sumber
8. Malaikat berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat Ashar.
Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
َ وْ ىَ و ْ م ُُ تعَ
ْ سَ يَ فػ ، ْ مُيكِ وا ف ُاتَ ب َ نِ لَّا
الُج ُ ْ عَ لَّا ػ ُ ثُ ، ِ ْصَ
عْ الِ ةَلاَصَ وِ ْ َ فْ الِ ةَلاَ ص ِ
َوفُ عِ مَ تَْ يََ و ، ِارَ النلَّاػ ِ بٌ ةَ كِ ئَلاَ مَ و ِ لْ الللَّاي
ِ بٌ ةَ كِ ئَلاَ م ْ مُيكِ ف َوفُ بَ اقػَ عَ تػَ ػ َ وفُّ لَ صُ ْ مُ ىَ و ْ مُاىَ نْ يػَ تػَ أَ و ، َوفُّ لَ
صُ ْ مُ ىَ و ْ مُاىَ نْ َ َ تػ َوفُولُ َ
يػَ ى فػ ِادَ بِ ع ْ مُ تْ َ َ تػ َفْ يَ
ْ مِِ ُ مَ لْ عَ أ “Malaikat
malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh
dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt
bertanya kepada mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu
meninggalkan hamba-hamba- Ku?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika
mereka sedang melaksanakan shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka
sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 9. Allah Swt
mengagumi shalat berjamaah karena kecintaan-Nya kepada orang-orang yang
melaksanakan shalat berjamaah. ِ يعِ مَْ
اتص ِ ِ ةَ الصلَّالا َ نِ م ُبَ ْ عَ يػَ
لَ لَّا الللَّاو فِ إ “Sesungguhnya Allah Swt mengagumi shalat yang
dilaksanakan secara berjamaah”. (HR. Ahmad bin Hanbal). 10. Menanti shalat
berjamaah. Menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw
bersabda: ُ وَْ تزْ لَّا ار مُ الللَّا ُ وَ ل ْ ِ فْ لَّا اا مُ الللَّا ُ ةَ كِ ئَلاَ مْ ال ُوؿُ َ تػَ وَ ةَ
الصلَّالا ُ ِ ظَ تْ نَ ػ ُ لالَّاه َصُ م
ِ َافَ
اَ مٍ ةَلاَ ص ِ ُ دْ بَ عْ ال ُ اؿَ
لَ .
ػ َلا َ ثِ دُْ ْ وَ أ َؼِ َصْ نَ
لَّا ػ تََّ “Seorang hamba yang melaksanakan shalat,
kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya menantikan pelaksanaan shalat,
maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah rahmat-Mu
kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim). 11. Keutamaan shaf pertama. Berdasarkan hadis
riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
واُ مَ َ تػْسَ لاِ وْ يَ لَ وا ع ُ مِ َ تْ سَ ْ فَ لالَّا أ ِ وا إ ُ دَِ يََْ لَّا لد ُ ثُ
، ِ لَّاؿ وَ الصلَّافدِّ الأ َ وِ اءَ الندِّد ِ
اَ م ُ النلَّااسُ مَ لْ عَ ػ ْ وَ
ل “Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama,
kemudian mereka tidak mendapatkannya melainkan dengan diundi, pastilah mereka
akan melakukan undian”. (HR. Al-Bukhari). 12. Ampunan dan cinta Allah Swt bagi
orang yang ucapan “amin” yang ia ucapkan serentak dengan ucapan “amin” yang
diucapkan malaikat. Berdasarkan hadits Abu Hurairah. Rasulullah Saw
bersabda: ِ وِ بْ َ ذ ْ نِ مَ لَّاـ دَ
َ ا تػ َ مُ وَ ل َ ِ فُ اِ ةَ كِ ئَلاَ مْ ال َ ِ مْ َ تُ وُينِ مْ َ ت َ َافَ و
ْ نَ مُ لَّاو ِ َ وا ف ُ دِّن مَ َ فُاـَ مِ الإ َ لَّان مَ ا أ َ ذِ إ “Apabila
imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang
ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah
mengampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). 13. Andai
manusia mengetahui apa yang ada di balik shalat berjamaah, pastilah mereka akan
datang walaupun merangkak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
13
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع -صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ
« ق واُ مِ َ تْ سَ ْ فَ لالَّا أ
ِ وا إ ُ دَِ يََْ لَّا لد ُ ثُ ، ِ لَّاؿ وَ الصلَّافدِّ الأ َ وِ اءَ الندِّد
ِ اَ م ُ النلَّااسُ مَ لْ عَ ػ ْ وَ ل اً وْ بػَ ْ وَ لَ ا و َُ هُْ وَ تػَ لأ ِ حْ بُّ الصَ وِ
ةَ مَ تَ عْ ال ِ اَ م َوفُ مَ لْ عَ ػ ْ وَ لَ و ، ِ وْ يَ لِ وا إ ُ َ بػَ تْ سَ
لاِ يرِ ْ التػلَّا ِ اَ م َوفُ مَ لْ عَ ػ ْ وَ لَ و ، واُ مَ َ تػْسَ لاِ وْ يَ لَ . »
ع Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Andai manusia
mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka
tidak mendapatkan cara melainkan diundi, mereka pasti akan melakukan undian.
Andai mereka mengetahui apa yang ada di dalam Takbiratul-Ihram, pastilah mereka
akan berlomba untuk mendapatkannya. Andai mereka mengetahui apa yang ada dalam
shalat Isya’ dan shalat Shubuh pastilah mereka akan datang meskipun merangkak”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke masjid?
Jawaban: Ada
dua hadits yang berbeda, Hadits Pertama:
دِِّ النلَّابِِ نَ عِ
الللَّاو ِ دْ بَ ع ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق ُ لَضْ فَ ا أ َ ِ عَ دَْ تؼ ِ اَ ُ تػَلاَصَ ا و َِ تَِ ْ ُ ِ اَِ
تَِلاَ ص ْ نِ مُلَضْ فَ ا أ َ ِ تْ يَ بػ ِ
ِ ةَ أْ َ مْ الُ ةَلاَص اَ ِ تْ يَ بػ ِ
اَِ تَِلاَ ص ْ نِ .» م Dari Abdullah, dari Rasulullah Saw, beliau
bersabda: “Shalat perempuan di dalam Bait lebih baik daripada shalatnya di
dalam Hujr. Shalat perempuan di dalam Makhda’ lebih baik daripada shalatnya di
dalam Bait”. (HR. Abu Daud). Hadits ini menunjukkan makna bahwa perempuan lebih
baik shalat di tempat yang jauh dari keramaian.
Hadits Kedua:
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أ َ َ مُ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق ِ الللَّاو َ دِ اجَسَ مِ الللَّاو َاءَ مِ
وا إ ُ عَ نػَْ .» تدَلا Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw
bersabda: “Janganlah kamu melarang hamba Allah yang perempuan ke rumah-rumah
Allah (masjid)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pendapat Imam an-Nawawi:
(إذا لد ترتب عليو فتنة وأنها لا
تخ ج مطيبة ) قولو صلى الله عليو و سلم ( لا تدنعوا اماء الله مساجد الله ) ى ا
وشب و من أ اد ث الباب ظاى في أنها لا
تدنع اتظس د لكن ب وط ذ ىا العلماء م خوذة من الأ اد ث وىو أف لا تكوف
متطيبة ولا متل نة ولا ذات خلاخل سمع
صوتِا ولا ثياب فاخ ة ولا تؼتلطة بال جاؿ ولا شابة
Jika tidak menimbulkan fitnah, perempuan tersebut tidak
memakai wangi-wangian (yang membangkitkan nafsu). Rasulullah Saw bersabda:
“Janganlah kamu larang hamba Allah yang perempuan ke rumah-rumah Allah
(masjid). Hadit ini ini dan yang semakna dengannya jelas bahwa perempuan tidak
dilarang ke masjid, akan tetapi dengan syarat-syarat yang disebutkan para ulama
dari hadits-hadits, yaitu: tidak memakai wangi-wangian (yang membangkitkan
nafsu), tidak berhias (berlebihan), tidak
14
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
memakai gelang kaki yang diperdengarkan suaranya, tidak
memakai pakaian terlalu mewah, tidak bercampur aduk dengan laki-laki dan tidak
muda belia2.
Pendapat Syekh Yusuf al-Qaradhawi: Kehidupan moderen telah
membuka banyak pintu bagi perempuan. Perempuan bisa keluar rumah ke sekolah,
kampus, pasar dan lainnya. Akan tetapi tetap dilarang untuk pergi ke tempat
yang paling baik dan paling utama yaitu masjid. Saya menyerukan tanpa rasa
sungkan, “Berikanlah kesempatan kepada perempuan di rumah Allah Swt, agar
mereka dapat menyaksikan kebaikan, mendengarkan nasihat dan mendalami agama
Islam. Boleh memberikan kesempatan bagi mereka selama tidak dalam perbuatan
maksiat dan sesuatu yang meragukan. Selama kaum perempuan keluar rumah dalam
keadaan menjaga kehormatan dirinya dan jauh dari fenomena Tabarruj (bersolek
ala Jahiliah) yang dimurkai Allah Swt”. Walhamdu lillah Rabbil’alamin3.
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf? Jawaban:
دِِّ النلَّابِِ نَ ع
ٍسَ َ أ ْ نَ ع -صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق ىِ ْ َ ظِ اءَ رَ و ْ نِ م ْ مُ اَ رَ دِّ
أ نِِّ َ ف ْ مُ كَوفُ فُ وا ص ُيمِ قَ .
» أ ِ بِكْ نَِ بُِ وَ بِ كْ نَ م ُ ؽِ لْ لُ ا
ػ َ ُ دَ َ أ َافَ َ و ِ وِ مَ دَ ِ بُ وَ مَ دَ قَ وِ وِ بِ . اَص Dari
Anas, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Luruskanlah shaf (barisan) kamu,
sesungguhnya aku melihat kamu dari belakang pundakku”. Salah seorang kami
merapatkan bahunya dengan bahu sahabatnya, kakinya dengan kaki sahabatnya”.
(HR. al-Bukhari). Rapat dan putusnya shaf bukan hanya sekedar barisan shalat,
akan tetapi kaitannya dengan hubungan kepada Allah Swt, karena Rasulullah Saw
bersabda: ْ نَ م ا ًّ فَ صَلَصَ و لَّا
لَ جَ لَّا و لَ عُ الللَّاو ُ وَ عَطَ ا ق ًّ فَ صَ عَطَ ق ْ نَ مَ وُ الللَّاو ُ
وَ لَ صَ و “Siapa yang menyambung shaf,
maka Allah Swt menyambung hubungan dengannya dan siapa yang memutuskan Shaff,
maka Allah memutuskan hubungan dengannya”. (HR. Abu Daud, an-Nasa’i, Ahmad dan
al-Hakim). Shaf juga berkaitan dengan hati orang-orang yang akan melaksanakan
shalat, Rasulullah Saw bersabda: ِ
الللَّاو ُوؿُ سَ ر َافَ َ اؿَ ق ٍ بِازَ
عِ نْ بِ اءَ َ بػْ الِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ُ وؿُ َ ػَ ا و َ نَ بػِ اَ نَ
مَ ا و َ َ ورُ دُ صُحَسَْ يٍَ ةَ يِ اَ َ
لذِ إٍ ةَ يِ اَ ْ نِ الصلَّافلَّا م
ُلَّال لَ خَ تَ ػ « واُ فِ لَ تَْ تخَلا
ْ مُ كُوبُ لُ قػ َفِ لَ تْ خَ تَ .» فػ ُ
وؿُ َ ػ َافَ َ « و ِ ؿَ وُ الأ ِوؼُ فُّ ى الص َ لَ ع َوفُّ
لَ صُ ُ وَ تَ كِ ئَلاَ مَ وَ لَّا
الللَّاو فِ .» إ Dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata: “Rasulullah Saw memeriksa
celah-celah shaf dari satu sisi ke sisi lain, Rasulullah Saw mengusap dada dan
bahu kami seraya berkata: “Jangan sampai tidak lurus, menyebabkan hati kamu
berselisih”. Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat bershalawat untuk shaf-shaf terdepan”. (HR. Abu Daud). Makna shalawat
dari Allah Swt adalah limpahan rahmat dan ridha-Nya. Makna shalawat dari
malaikat adalah permohonan ampunan.
2 Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi
‘ala Shahih Muslim: 4/161. 3 Yusuf
al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, 1/318.
15
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil? Jawaban:
دِِّ النلَّابِ َفْ لَ
ا خ َ نِ تْ يَ بػ ِ ٌيمِ تَ َ ا و َ َ أ
ُتْ لَّاي لَ ص َ اؿَ ق ٍ كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع -صلى الله عليو وسلم - اَ نَ فْ لَ خ ٍ مْ يَ لُ سُّ ـُ دِّى أ مُ
أَ و.
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Saya shalat bersama
seorang anak yatim di rumah kami, kami di belakang Rasulullah Saw, ibu saya
Ummu Sulaim di belakang kami”. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Komentar al-Hafizh
Ibnu Hajar tentang pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini: اَ ىْ يرَ ة ا
َ أَ ْ مِ ا ا َ َ عَ م ْ نُ كَ َْ ا لد َ
ذِ ا إ َدىْ َ ا و ًّ فَ ة ص َ أْ َ مْ اـ ال َ يِ قَ و ، اؿَ دِّج وؼ ال ُ فُ ص ْ
نَ اء ع َ ير الندِّس ِ خْ َ تَ و ، اًّ فَ ل ص ُ لَّاج الَ عَ مِّ اـ الصلَّابِ َ يِ قَ و Anak kecil
bersama lelaki baligh berada satu shaf. Perempuan berada di belakang shaf
laki-laki. Perempuan berdiri sati shaf sendirian, jika tidak ada perempuan lain
bersamanya4. Akan tetapi, jika
dikhawatirkan anak kecil tersebut tidak suci, maka diposisikan pada shaf di
belakang lelaki baligh: ي من م إش اؿ
اتظصل أو لد كتمل صف ال جاؿ فليصفوا مع ُ ولكن إذا خ ، أف
الأفضل ىو أف الأطفاؿ صفوف خلف ال جاؿ ال
جاؿ، وليس في ذلك قطع للصفوؼ إذا ا وا تؽيل
ن متط ن، وا تماؿ ونهم اير متط
ن بعيد، و نب ي للإماـ أف نبو
الأطفاؿ إلذ صفة الط ارة والصلاة والآداب التي تجب م اعاتِا في اتظس د .والله
أعلم. Sebaiknya shaf anak-anak diposisikan di belakang shaf lelaki yang telah
baligh, akan tetapi jika dikhawatirkan mereka mengganggu orang yang shalat atau
shaf lelaki baligh tidak sempurna, maka anak-anak itu satu shaf dengan shaf
lelaki baligh, itu tidak memutuskan shaf jika mereka telah mumayyiz dan suci,
kemungkinan mereka tidak suci sangat jauh, imam mesti mengingatkan anak-anak
tentang kesucian, shalat dan adab yang mesti dijaga di dalam masjid, wallahu
a’lam5.
Pertanyaan 10: Apakah
hukum shalat orang yang tidak berniat?
Jawaban:
Tidak sah, karena semua amal mesti diawali dengan niat,
sesuai sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab: ىَ وَ
ا ػ َ م ٍئِ ْ دِّ ام لُ كِ ا ل َلَّا ِ
إَ و ، ِ لَّاات دِّي النػِ ب ُ اؿَ مْ عَ ا الأ َلَّا ِ إ
“Sesungguhnya amal-amal itu hanya dengan niat, seseorang
akan mendapatkan sesuai dengan niatnya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat?
4 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari: 2/91. 5 Fatawa
asy-Syabakah al-Islamiyyah: 5/5423.
16
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Jawaban:
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri menyebutkan dalam al-Fiqh ‘ala
al-Madzahib al-Arba’ah: أف اتظعتبر في النية إ ا ىو ال لب النط باللساف ليس بنية وإ ا ىو مساعد على تنبيو ال
لب فخط اللساف لا ض ما
دامت ية ال لب صحيحة وى ا اتضكم متف عليو عند ال افعية واتضنابلة أما اتظالكية
واتضنفية فا ظ م ىب ما تحت اتطط ( اتظالكية واتضنفية قالوا :إف التلفظ بالنية ليس ـشروعا في الصلاة الا
إذا اف اتظصلي موسوسا على أف اتظالكية
قالوا :إف التلفظ بالنية خلاؼ الأولذ ل ير
اتظوسوس و ندب للموسوس اتضنفية قالوا :إف
التلفظ بالنية بدعة و ستحسن لدفع الوسوسة ) Sesungguhnya yang dianggap dalam niat
itu adalah hati, ucapan lidah bukanlah niat, akan tetapi membantu untuk
mengingatkan hati, kekeliruan pada lidah tidak memudharatkan selama niat hati
itu benar, hukum ini disepakati kalangan Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hanbali.
Sedangkan menurut Mazhab Maliki dan Hanbali -lihat menurut kedua Mazhab ini
pada footnote-:
Mazhab Maliki dan Hanafi: Melafazkan niat tidak disyariatkan
dalam shalat, kecuali jika orang yang shalat itu was-was.
Mazhab Maliki: Melafazkan niat itu bertentangan dengan yang
lebih utama bagi orang yang tidak was- was, dianjurkan melafazkan niat bagi
orang yang was-was.
Mazhab Hanafi: Melafazkan niat itu bid’ah, dianggap baik
untuk menolak was-was6.
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat?
Jawaban:
اتف ثلاثة من الأئمة
وىم اتظالكية واتضنفية واتضنابلة :على
أف صح أف تت دـ النية على تكبيرة الإ اـ بلمن
سير وخالف ال افعية ف الوا :لا بد من أف تكوف النية م ار ة لتكبيرة
الإ اـ بِيث لو ف غ من تكبيرة الإ اـ بدوف
ية بطلت
Tiga mazhab sepakat, yaitu Mazhab Maliki, Hanafi dan Hanbali
bahwa sah hukumnya jika niat mendahului Takbiratul-Ihram dalam waktu yang
singat.
Berbeda dengan Mazhab Syafi’I, mereka berpendapat: niat
mesti beriringan dengan Takbiratu-Ihram, jika ada bagian dari Takbiratul-Ihram
yang kosong dari niat, maka shalat itu batal7.
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika
Takbiratul-Ihram?
6 Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah,
juz.1, hal.231. 7 Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib
al-Arba’ah, juz.1, hal.237.
17
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Jawaban:
Pertama: Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan daun
telinga, berdasarkan hadits: ِ الللَّاو
َوؿُ سَ لَّا ر فَ أ ِ ثِ ْ َ وُْ اتضِ نْ ب ِ كِالَ م ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم
- لَّا تََّ ِ وْ َ دَ َ عَ فَ رَ عَ َ ا ر َ ذِ إَ وِ وْ يَ ػُ ذُ ا
أ َ مِِ َىِاذَُ لَّا تََّ ِ
وْ َ دَ َ عَ فَ ر َ لَّا بػَ اَ ذِ إ َافَ
َ اؿَ َ فػ ِوعُ ُّ ال َ نِ مُ وَ
سْ أَ رَ عَ فَ ا ر َ ذِ إَ وِ وْ يَ ػُ ذُ ا أ َ مِِ َىِاذَُ
« ُ هَ دَِ تز ْ نَ مِ لُ الللَّاو َ عِ َ
.» تش َ كِ لَ ذَلْ ثِ مَلَ عَ فػ.
Dari Malik bin al-Huwairit Apabila Rasulullah Saw bertakbir,
ia mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan telinganya,
Ketika ruku’ Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya
hingga sejajar dengan kedua telinganya,
Ketika bangkit dari ruku’ Rasulullah Saw mengucapkan:
sami’allahu liman hamidahu (Allah mendengar orang yang memuji-Nya) beliau
melakukan seperti itu (mengangkat tangan hingga sejajar dengan telinga). (HR.
Muslim).
Kedua: Mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu,
berdasarkan hadits:
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أ -صلى الله عليو وسلم - َ ةَ
الصلَّالا َ حَ تَ تْ ا افػ َ ذِ إِ وْ يَ بػِكْ نَ م َ وْ َ ِ وْ َ دَ
ُ عَ فْ َ ػ َافَ
“Sesungguhnya Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya
sejajar dengan bahunya keika ia membuka (mengawali) shalat”. (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam
shalat?
Jawaban:
Mengangkat kedua tangan pada empat posisi:
1. Ketika Takbiratul Ihram.
2. Ketika akan ruku’.
3. Ketika bangun dari ruku’.
4. Ketika bangun dari Tasyahud Awal.
Berdasarkan hadits: ُ
هَ دَِ تز ْ نَ مِ لُ الللَّاو َ عِ َ تش َ اؿَ ا ق َ ذِ إَ و ، ِ وْ َ دَ َ عَ فَ رَ عَ َ ا ر َ ذِ إَ و ، ِ وْ َ
دَ َ عَ فَ رَ و َ لَّا بػَ ِ ةَ الصلَّالا ِ َلَ خَ ا د َ ذِ إ َافَ َ َ مُ ع َ نْ لَّا اب فَ أ ٍ عِافَ ْ نَ ع . اَ ذِ إَ و ، ِ وْ َ دَ َ عَ فَ ر ِ وْ َ دَ َ عَ فَ ر ِْ َ تػَ عْ لَّا ال َ نِ مَاـَ ق
18
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Dari Nafi’, sesungguhnya apabila Ibnu Umar memulai shalat,
ia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya. Ketika ruku’ ia mengangkat kedua
tangannya. Ketika ia mengucapkan ( ُ هَ دَِ تز ْ نَ مِ لُ الللَّاو َ عِ َ تش)
‘Allah mendengar siapa yang memuji-Nya’, ia mengangkat kedua tangannya. Ketika
bangun dari dua rakaat (Tasyahhud Awal), ia mengangkat kedua tangannya”. (HR.
al-Bukhari).
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?
Jawaban:
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri berdasarkan
hadits yang diriwayatkan Sahl bin Sa’ad: » اف الناس م وف أف
ضع ال جل ده اليمنِ على ذراعو اليس
ى في الصلاة«
“Manusia diperintahkan agar laki-laki meletakkan tangan
kanan di atas lengan kiri ketika shalat”. (HR. al- Bukhari).
Adapun posisi jari-jemari, berikut pendapat beberapa mazhab:
عند اتضنابلة وال افعية :أف ضع ده اليمنِ على
وع اليس ى أو ما اربو
Mazhab Hanbali dan Syafi’i: Meletakkan tangan kanan di atas
lengan tangan kiri atau mendekatinya. عند اتضنفية :سغ ال جل باتطنص
والإ اـ على ال ً تػل ا .أما اتظ أة فتضع
د ا ، ف و أف يَعل باطن ف اليمنِ على ظاى ف اليس ى على صدرىا من اير تحلي لأ و أستر تعا.
Mazhab Hanafi: Meletakkan telapak tangan kanan di atas
punggung tangan kiri, bagi laki-laki melingkarkan jari kelingking dan jempol
pada pergelangan tangan. Sedangkan bagi perempuan cukup meletakkan kedua tangan
tersebut di atas dada (telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri) tanpa
melingkarkan (jari kelingking dan jempol), karena cara ini lebih menutupi bagi
perempuan. »من السنة وضع اليم على ال ماؿ تحت الس ة « : تظا روي عن علي أ و قاؿ ، ةُّ و ضع ما عند
اتضنفية واتضنابلة تحت الس
Mazhab Hanafi dan Hanbali: Meletakkan tangan di bawah pusar,
berdasarkan hadits dari Ali, ia berkata: “Berdasarkan Sunnah meletakkan tangan
kanan di atas tangan kiri, di bawah pusar”. (HR. Ahmad dan Abu Daud). واتظستحب
عند ال افعية : فتكو اف على أش ؼ ، إلذ ج ة اليسار؛ لأف ال لب في ا ًمائلا ، أف
يَعل ما تحت الصدر فوؽ الس ة « : بِد ث وائل بن الساب ًوعملا ،الأعضاء إ داهُا ، فوضع د و على صدره ، ى الله عليو وسلم صلي ّ رأ ت رسوؿ الله صل .و ده د
ث آخ عند ابن خليَة في وضع اليد ن على ى ه
الكيفية »على الأخ ى
19
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Mazhab Syafi’i: Dianjurkan memposisikan kedua tangan
tersebut di bawah dada di atas pusar, miring ke kiri, karena hati berada pada
posisi tersebut, maka kedua tangan berada pada anggota tubuh yang paling mulia,
mengamalkan hadits Wa’il bin Hujr: “Saya melihat Rasulullah Saw shalat, ia
meletakkan kedua tangannya di atas dadanya, salah satu tangannya di atas yang
lain”. Didukung hadits lain riwayat Ibnu Khuzaimah tentang meletakkan kedua
tangan menurut cara ini. وقاؿ اتظالكية : ندب إرساؿ اليد ن في الصلاة بوقار، لا ب
وة، ولا دفع ما من أمامو تظنافاتو للخ وع
.ويَوز قبض اليد ن على الصدر في صلاة النفل تصواز الاعتماد فيو بلا ض ورة، و ك ه
ال بض في صلاة الف ض تظا فيو من الاعتماد أي
و مستند، فلو فعلو لا فيما ظ
ً ا إذا لد صد شيئا و ، لد ك ه ً . بل استنا ا ،للاعتماد Mazhab Maliki:
Dianjurkan melepaskan tangan (tidak bersedekap) dalam shalat, dengan lentur,
bukan dengan kuat, tidak pula mendorong orang yang berada di depan karena akan
menghilangkan khusyu’. Boleh bersedekap dengan memposisikan tangan di atas dada
pada shalat Sunnat, karena boleh bersandar tanpa darurat. Makruh bersedekap
pada shalat wajib, karena orang yang bersedekap itu seperti seolah-olah ia
bersandar, jika seseorang melakukannya bukan untuk bersandar akan tetapi karena
ingin mengikuti sunnah, maka tidak makruh. Demikian juga jika ia melakukannya
tidak dengan niat apa-apa. وال اجح اتظتع
لدي ىو قوؿ اتصم ور بوضع اليد اليمنِ على اليس ى، وىو اتظتف مع ي
ة م ىب مالك ال ي ق ره لمحاربة عمل اير مسنوف :وىو قصد الاعتماد، أي الاستناد، أو
لمحاربة اعت اد فاسد :وىو ظن العامي وجوب ذلك . Pendapat yang Rajih (kuat) dan
terpilih bagi saya (Syekh Wahbah az-Zuhaili) adalah pendapat jumhur (mayoritas)
ulama: meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, inilah yang disepakati.
Adapun hakikat Mazhab Maliki yang ditetapkan itu adalah untuk memerangi
perbuatan orang yang tidak mengikuti sunnah yaitu perbuatan mereka yang
bersedekap untuk tujuan bersandar, atau untuk memerangi keyakinan yang rusak
yaitu prasangka orang awam bahwa bersedekap itu hukumnya wajib8.
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Jawaban: « : قاؿ
اتظالكية : ك ه دعاء الاستفتاح، بل كبر اتظصلي و
أ، تظا روى أ س قاؿ ى الله عليو وسلم وأبو بك وعم ّ اف النبِ صل .» فتتحوف الصلاة باتضمد لله
رب العاتظ وقاؿ اتصم ور : سن دعاء
الاستفتاح بعد التح يَة في ال عة الأولذ،
وىو ال اجح لدي ، ولو صيغ ثيرة، اتظختار من ا عند اتضنفية واتضنابلة : (ايرؾ
ولا إلو ،ؾُّ دَ « : وتعالذ ج) تظا روت
عائ ة، قالت ، وتبارؾ اتشك ، سبحا ك الل م وبِمدؾ ى الله عليو وسلم إذا ّ اف النبِ
صل استفتح الصلاة، قاؿ :ايرؾ ولا إلو ،ؾُّ دَ » وتبارؾ اتشك وتعالذ ج ، سبحا ك الل
م وبِمد ؾ
8 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/62-63.
20
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Mazhab Maliki: Makruh hukumnya membaca doa iftitah. Orang
yang melaksanakan shalat langsung bertakbir dan membaca al-Fatihah, berdasarkan
riwayat Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar mengawali
shalat dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Jumhur Ulama: Sunnat hukumnya membaca doa Iftitah setelah
Takbiratul-Ihram pada rakaat pertama. Ini pendapat yang Rajih (kuat) menurut
saya (Syekh Wahbah az-Zuhaili. Bentuk doa Iftitah ini banyak. Doa pilihan
menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali adalah:
َ ؾُ ْ يػَ اَ وَ لِ إَلاَ و َ ؾُّ دَ ج َ الذَ عَ تػَ و َكُْ اتش َ ؾَ ارَ
بَ تػَ و َ ؾِ دْ مَِ بَِ لَّا و مُ
الللَّا َكَ اَحْ بُ س
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci
nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan- Mu, tiada tuhan selain Engkau”. Berdasarkan
riwayat Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw ketika mengawali shalat, beliau
membaca: “Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan
Maha Tinggi keagungan-Mu, tiada tuhan selain Engkau”. (HR. Abu Daud dan ad-
Daraquthni dari riwayat Anas. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan
Ahmad dari Abu Sa’id. Muslim dalam Shahih-nya: Umar membaca doa ini dengan cara
jahar [Nail al-Authar: 2/195])9. واتظختار عند ال افعية صي ة : ( لله رب ِ وتؽاتي َوتػياي ،كيُسُ إف صلاتي و
، وما أ ا من اتظ ،ً مسلماً وج ت وج ي
لل ي فط السموات والأرض نيفا العاتظ ، لا ش ك لو وب لك أم ت وأ ا من اتظسلم ) تظا رواه
أتزد ومسلم والترم ي وصححو عن علي ابن أبي طالب
Pendapat pilihan dalam Mazhab Syafi’I adalah bentuk doa: اً
يفِ نَ َضْ رَالأَ و ِاتَ وَ السلَّام َ
َطَ ى ف ِ لَّا لِ ل َ ىِ ْجَ و ُتْ لَّا جَ و
ىِ تَلاَ لَّا ص فِ إ َ ِ ِ ْ ُ مْ ال َ نِ ا م َ َ ا أ َ مَ وًمسلما َ ِ
مِ لْ سُ مْ ال َ نِ ا م َ َ أَ و ُتْ ِ مُ أ َكِ لَ ِ بَ وُ وَ ل َ كِ َ شَ لا َ
ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ ى ل ِاتََ تؽَ و َاىَ يَْ تػَ ى و ِكُسُ َ و
“Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan
langit dan bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku
tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku,
matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan
itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri
(muslim)”. Berdasarkan riwayat dari Ahmad, Muslim dan at-Tirmidzi, dinyatakan
shahih oleh at-Tirmidzi, diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib10.
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain?
Jawaban:
9 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/62-63. 10
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/65.
21
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Riwayat Pertama: اَ
اَطَْ اتط َ نِ م ِ دِّنِ َ لَّا ػ مُ
الللَّا ، ِ بِ ْ َ مْالَ و ِ ؽِ ْ َ مْ ال َْ َ بػ َتْ دَاعَ ا ب َ مَ َاىَ اَطَ خ َْ َ بػَ و ِ نِْ يَ بػ ْ دِاعَ
لَّا ب مُ الللَّا ِ دَ َ بػْالَ و ِ جْ
لَّال الثػَ وِاءَ مْالِ ب َاىَ اَطَ خْلِ سْ لَّا اا مُ الللَّا ، ِسَ لَّا الد َ نِ م ُضَ يْ بػَ الأ ُبْ لَّاى الثػلَّاو
َ نػُ ا ػ َ مَ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana
telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari
dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran. Ya Allah
basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Riwayat Kedua: ىِكُسُ
َ ى و ِ تَلاَ لَّا ص فِ إ َ ِ ِ ْ ُ مْ ال َ نِ ا م َ َ ا أ َ مَ ا و ً يفِ
نَ َضْ رَالأَ و ِاتَ وَ السلَّام َ َطَ ى
ف ِ لَّا لِ ل َ ىِ ْجَ و ُتْ لَّا جَ و َ تْ َ لَّا أ مُ الللَّا َ ِ مِ لْ سُ مْ ال َ نِ ا م َ َ أَ و
ُتْ ِ مُ أ َكِ لَ ِ بَ وُ وَ ل َ كِ َ شَ لا َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ
ى ل ِاتََ تؽَ و َاىَ يَْ تػَ و َ تْ َ لالَّا أ ِ إَ وَ لِ إَ لا ُكِ لَ . مْال ِ وبَُ ُ ذ ِ لذ ْ ِ فْااَ ف ِ بِْ َ ِ
ب ُتْ فَ َ تػْاعَ ى و ِ سْ فَ ػ ُتْ مَ
لَ ظ َ ؾُ دْ بَ ا ع َ َ أَ دِّ و بََ ر َتْ َ أ َ تْ َ لالَّا أ ِ ا إ َ ِ نَ سْ
َ ى لأ ِ دْ َ ػ َ لا ِ ؽَلاْخَ الأِ نَسْ
َ لأ ِ نِِّ دْاىَ و َتْ َ لالَّا أ ِ إ َوبُ ُّ
ال ُ ِ فْ َ ػ َ لاُ لَّاو ِ ا إ
ًيعَِ تر ُّ ال لَّا َ و َكْ َ دَ ِ ُ وُّ لُ
ُ ْ يػَْ اتطَ و َكْ َ دْ عَ سَ و َكْ لَّاي بػَ ل َتْ َ لالَّا أ ِ ا إ َ
َ دِّئػ يَ دِّ س نَِ ع ُؼِ ْصَ َ ا لا َ
َ دِّئػ يَ دِّ س نَِ ع ْؼِ ْاصَ و َ كْ يَ لِ إ ُوبُ تَ أَ و َ ؾُ ِ فْ َ تػْ سَ
أ َتْ يَالَ عَ تػَ و َتْ َ ارَ بَ تػ َكْ يَ لِ إَ و َكِ ا ب َ َ أ َكْ يَ لِ إ
َسْ يَ ل “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan
bumi, aku condong kepada kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak
termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku
hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan itulah
aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya
Allah, Engkaulah Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah
Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah menzalimi diriku, aku mengakui dosaku,
ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya tidak ada yang dapat
mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada
yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku,
tidak ada yang dapat mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu,
semua kebaikan berada dalam kedua tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu,
aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau, Maha Tinggi Engkau, aku memohon
ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud,
at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).
Riwayat Ketiga:
22
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
َ ؾُ ْ يػَ اَ وَ لِ
إَلاَ و َ ؾُّ دَ ج َ الذَ عَ تػَ و َكُْ اتش َ ؾَ ارَ بَ تػَ و َ ؾِ دْ مَِ بَِ
لَّا و مُ الللَّا َكَ اَحْ بُ س
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci
nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan- Mu, tidak ada tuhan selain Engkau”. (HR. Abu
Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).
Riwayat Keempat:
ِ الللَّاو ِ وؿُ سَ
رَ عَ دِّى م لَ صُ ُ نَْ ا تؿ َ مَ نْ يػَ
بػ َ اؿَ ق َ َ مُ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِ ـْ وَ ْ ال َ نِ مٌ لُ
جَ ر َ اؿَ قْ ذِ إ
ً يلاِصَ أَ وً ةَ ْ كُ بِ الللَّاو َافَحْ بُ سَ ا و ًيرِ
ثَ ِ لَّاو لِ ل ُ دْ مَْاتضَ ا و ًيرِ
بَ ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو.
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ اؿَ َ « - فػ-صلى الله عليو وسلم اَ َ َ
ا و َ َ َ ةَ مِ لَ ُلِائَ ْ الِ نَ .» م ِ الللَّاو َوؿُ سَ ا ر َ اَ َ أ ِ ـْ وَ ْ ال َ نِ مٌ لُ جَ ر َ اؿَ ق .
َ اؿَ « ق ا ََ تع ُتْ بِ َ ع ِاءَ
السلَّام ُابَ وْ بػَ ا أ ََ تع ْتَحِ تُ
.» ف ِ الللَّاو َوؿُ سَ ر ُتْ عِ َ تش ُ ْ نُ لَّا م نُ ُ تػْ َ َ ا تػ َ
مَ ف َ َ مُ ع ُ نْ اب َ اؿَ ق-صلى الله عليو وسلم - َ كِ لَ ذ ُوؿُ َ ػ.
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Ketika kami shalat
bersama Rasulullah, tiba-tiba seorang laki-laki diantara banyak orang
mengucapkan: “Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya pujian yang banyak, Maha
Suci Allah pagi dan petang”. Rasulullah Saw bertanya: “Siapakah orang yang
mengucapkan kalimat anu dan anu”. Seorang laki-laki menjawab: “Saya wahai
Rasulullah”. Rasulullah Saw berkata: “Aku merasa takjub dengan kalimat itu,
dibukakan untuknya pintu-pintu langit”. Umar berkata: “Aku tidak pernah
meninggalkan kalimat-kalimat itu sejak aku mendengar Rasulullah Saw mengatakan
itu”. (HR. Muslim).
Riwayat Kelima:
َ اؿَ َ فػ ُسَ
النلَّاػف ُ هَ لَ فَ ْ دَ قَ
الصلَّافلَّا و َلَ خَ دَ فَاءَ جًلاُ جَ لَّا ر فَ أ ٍسَ َ أ ْ نَ ع
ِ يوِ ا ف ً َ ارَ بُ ا م ً دِّب يَ ا ط ًيرِ ثَ اً دَْ تزِ لَّاو لِ ل ُ دْ . مَْاتض
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ى
ر َضَ لَّاا ق مَ لَ فػ-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ قُ وَ « تَلاَص ِ اتَ مِ لَ كْالِ بُ دِّم لَ كَ تُ
مْ الُ مُ كُّ َ .» أ َ اؿَ َ فػُ ـْ وَ ْ
لَّا ال ـَ رَ َ « ف ُ لَّاو ِ َ ا ف
َِ ُ دِّم لَ كَ تُ مْ الُ مُ كُّ َ أ اً
سْ َ بْلُ َ ػ َْ .ا » لد َ ُ تػْ لُ َ فػ
ُسَ النلَّاػف ِ نَِّ لَ فَ ْ دَ قَ و ُتْ
ئِ جٌ لُ جَ ر َ اؿَ َ فػ . َ اؿَ َ « فػ
اَ ُ عَ فػْ َ ػ ْ مُ ُّ ػ َ ا أ َ َ و ػ
ُ رِ دَ تْ بَ ا ػ ً كَ لَ م َ َ َ عَْ
نِْ اثػ ُتْ َ أَ ر ْ دَ َ .» ل Dari Anas, ada seorang laki-laki datang, ia
masuk ke dalam barisan, nafasnya sesak (karena tergesa-gesa, ia mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik dan penuh keberkahan di
dalamnya”. Ketika Rasulullah Saw selesai melaksanakan shalat, beliau bertanya:
“Siapakah diantara kamu yang mengucapkan kalimat tadi?”. Orang banyak terdiam.
Rasulullah Saw berkata: “Siapa diantara kamu yang mengucapkannya, sesungguhnya
ia tidak mengatakan yang jelek”. Seorang laki-laki berkata: “Saya datang, nafas
saya tersengal-sengal, lalu saya mengucapkannya”. Rasulullah Saw berkata: “Aku
telah melihat dua belas malaikat segera mendatanginya, berlomba ingin
mengangkatnya”. (HR. Muslim).
Riwayat Keenam:
23
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أ ٍ لَّااس بَ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِ لْ الللَّاي ِ ؼْ
وَ ج ْ نِ مِ ةَ الصلَّالا َ لذِ إَاـَ ا ق َ ذِ إ ُوؿُ َ ػ َافَ
ُ دِّم يَ قػ َتْ َ أ ُ دْ مَْ اتض َكَ لَ و ِضْ رَالأَ و ِاتَ وَ السلَّام
ُورُ َتْ َ أ ُ دْ مَْ اتض َكَ لَّا ل مُ
الللَّا ِ ضْ رَالأَ و ِاتَ وَ
السلَّام ُّ َْ اتض َ ؾُ دْ عَ وَ و ُّ َْ
اتض َتْ َ لَّا أ نِ يِ ف ْ نَ مَ و ِضْ رَالأَ و ِاتَ وَ السلَّام ُّبَ ر َتْ َ أ
ُ دْ مَْ اتض َكَ لَ و قٌّ َ ُ ةَ السلَّااع َ قٌّ و َ ُالنلَّاارَ قٌّ و َ ُنلَّاةَْاتصَ قٌّ و َ َ ؾُ اؤَ ِ لَ و ُّ َْ اتض َكُ لْ وَ قػَ و
ُ تْ مَ اَ َكْ يَ لِ إَ و ُتْ مَاصَ خ َكِ بَ و ُتْ بَ ػَ
أ َكْ يَ لِ إَ و ُتْ لَّال
َ وَ تػ َكْ يَ لَ عَ و ُتْ نَ آم َكِ بَ و ُتْ مَ لْ سَ أ َكَ
لَّا ل مُ الللَّا
َ تْ َ لالَّا أ ِ إَ وَ لِ إَ ى لا َِ تعِ إ َتْ َ أ ُتْ نَ
لْ عَ أَ و ُتْ رَ ْ سَ أَ و ُتْ لَّا خَ أَ و ُتْ لَّام دَ ا ق َ م ِ لذ ْ ِ
فْااَ ف
“Ya Allah, bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan
bumi. Bagi-Mu segala puji, Engkau Pengatur langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu,
Engkau Pemilik langit dan bumi beserta isinya. Engkau Maha Benar, janji-Mu
benar, firman-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar, surga itu benar, neraka itu
benar, hari kiamat itu benar. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, dengan-Mu
aku beriman, kepada- Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, dengan-Mu aku
melawan orang-orang yang memusuhi- Mu, kepada-Mu aku berhukum, ampunilah aku
atas dosaku di masa lalu dan akan datang, yang aku rahasiakan dan aku nyatakan,
Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan selain Engkau”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Riwayat Ketujuh:
ِ الللَّاو ُِّ
بَِ َافَ
ٍ ءْ ىَ ىدِّ ش َ ِ ب َ ِ نِ مْ ُ مْ لَّا ال ـُ أَ ةَ ِائَ ع ُتْ لَ َ س َ
اؿَ ق ٍ ؼْ وَ عِ نْ بِ نَْ لَّاتز الِ دْ
بَ ع ُ نْ بَ ةَ مَ لَ و س ُ بَ أ-صلى الله عليو وسلم - اَ ذِ إُ وَ تَلاَ صُحِ تَ
تْ فَ ػ ُ وَ تَلاَ ص َ حَ تَ تْ افػ ِ لْ الللَّاي َ نِ مَاـَ ا ق َ ذِ إ
َافَ ْتَالَ ق ِ لْ الللَّاي َ نِ مَاـَ
ق ِ ةَادَ ال لَّا َ و ِ بْ يَ ْ الَِ
الدَ ع ِضْ رَالأَ و ِاتَ وَ السلَّام َ ِاطَ فَيلِافَ ْ سِ إَ وَيلِائَيكِ مَ
وَيلِائَ ْ بػِ بلَّا ج َ لَّا ر مُ الللَّا
َ كِ ْ ذِ ِ دِّ ب َْ اتض َ نِ مِيوِ ف َفِ لُ تْ ا اخ َ مِ ل ِ نِِّ دْ اى
َوفُ فِ لَ تَْ ِيوِ وا ف ُ اَ اَيمِ ف َ ؾِادَ بِ ع َْ َ بػُ مُ كَْ تح َتْ َ
أ ٍ يمِ َ تْ سُ م ٍاطَ ِ ص َ لذِ إُاءَ َ
ت ْ نَ ى م ِ دْ َ تػ َلَّاك ِ إ. Abu Salamah bin Abdirrahman bin ‘Auf berkata:
“Saya bertanya kepada Aisyah Ummul Mu’minin: “Dengan apa Rasulullah Saw
mengawali shalatnya pada sebagian malam?”. Aisyah menjawab: “Apabila Rasulullah
Saw bangun untuk Qiyamullail, beliau mengawali shalatnya:
“Ya Allah Rabb Jibra’il, Mika’il dan Israfil, Pencipta
langit dan bumi, Yang Mengetahui alam yang ghaib dan yang tampak. Engkaulah
yang menetapkan hukum diantara hamba-hamba-Mu tentang apa yang mereka
perselisihkan. Berikanlah hidayah kepadaku tentang kebenaran yang
dipertentangkan, dengan
24
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
izin-Mu, sesungguhnya Engkau memberikan hidayah pada orang-orang
yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 18:
Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan
membaca Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Jawaban:
Ulama tidak sepakat dalam masalah ini. « : قاؿ اتظالكية : ك ه التعوذ والبسملة قبل الفاتحة والسورة،
تضد ث أ س الساب ى الله عليو وسلم وأبا بك
وعم ا وا ّ أف النبِ صل . »
فتتحوف الصلاة باتضمد لله رب العاتظ وقاؿ اتضنفية : تعوذ في ال عة الأولذ ف ط . وقاؿ ال افعية واتضنابلة :وؿ ب ف ، عة قبل ال اءة في أوؿ
ل ر ً ا سن التعوذ س :( أعوذ بالله
من ال يطاف ال جيم ) وعن أتزد أ و وؿ :(
أعوذ بالله السميع العليم من ال يطاف ال جيم)(
ى الله عليو ّ دليلو ما رواه أتزد والترم ي عن أبي سعيد اتطدري عن النبِ صل
ثو « :وسلم أ و اف إذا قاـ إلذ الصلاة
استفتح، ثُ وؿ ْ فَ خو و ػ ْ له و ف َْ
وقاؿ ابن » أعوذ بالله السميع العليم من
ال يطاف ال جيم من هُ اءة « :اتظن ر 2/196 : ( يل الأوطار » ى الله عليو وسلم أ
و اف
وؿ قبل ال :أعوذ بالله من ال يطاف
ال جيم ّ جاء عن النبِ صل ومابعدىا).) ثُ
وؿ :( بسم الله ال تزن ال يم
) واستدلوا على ، في اتص ة عند ال افعية ما قدمنا ً ا
وج ، عند اتضنفية واتضنابلة ً ا س
.]16/98: سنية التعوذ ب ولو تعالذ :{ ف ذا ق أت ال آف، فاستع
بالله من ال يطاف ال جيم } [النحل Mazhab Maliki: Makruh hukumnya membaca
Ta’awwudz dan Basmalah sebelum al-Fatihah dan Surah berdasarkan hadits Anas:
“Sesungguhnya Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar mengawali shalat mereka dengan
membaca alhamdulillahi rabbil’alamin”.
Mazhab Hanafi: Mengucapkan Ta’awwudz pada rakaat pertama
saja.
Mazhab Syafi’i dan Hanbali: Dianjurkan membaca Ta’awwudz
secara sirr pada awal setiap rakaat sebelum membaca al-Fatihah, dengan
mengucapkan: [ أعوذ بالله من ال يطاف ال جيم] (Aku berlindung kepada Allah dari
setan yang terkutuk). Dari Imam Ahmad, ia berkata: [ أعوذ بالله السميع العليم
من ال يطاف ال جيم ] (Aku berlindung
kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk).
Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Ahmad dan at-Tirmidzi dari Abu Sa’id
al-Khudri, dari Rasulullah Saw, ketika Rasulullah Saw akan melaksanakan shalat,
beliau mengawali dengan mengucapkan: [ ] (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha
Mendengar dan Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongan
dan sihirnya). Ibnu al-Mundzir berkata: “Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa
beliau mengawali bacaan dengan: [ أعوذ بالله من ال يطاف ال جيم ] (Aku
berlindung kepada Allah dari
25
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
setan yang terkutuk)11. Kemudian beliau mengucapkan: [ بسم
الله ال تزن ال يم ] dengan nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dibaca sirr menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali.
Dibaca Jahr menurut Mazhab Syafi’I, mereka berdalil tentang
disunnahkannya Ta’awwudz berdasarkan firman Allah: “Apabila kamu membaca
Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk”. (Qs. an-Nahl [16]: 98)12.
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah
dibaca Jahr atau Sirr?
Jawaban:
Yang membaca Sirr berdalil dengan hadits:
دِِّ النلَّابِ َفْ لَ
خ ُتْ لَّاي لَ ص َ اؿَ قُ وَ لَّاث دَ ُ
لَّاو َ أ ٍ كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِ ب َوفُحِ تْ فَ
تػْسَ واُ اَ كَ ف َافَ مْ ثُ عَ و َ َ مُ
عَ وٍ ْ كَ ب ِ بََ أَ و( ُ دْ مَْاتض َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ ل) ا َ
ىِ ِ آخ ِ َلاَ وٍ ةَاءَ ِ ق ِ لَّاؿ وَ أ
ِ ِيمِ لَّا الِ نَْ لَّاتز الِ الللَّاو ِ مْسِ ب َوفُ ُ ْ . َ َلا Dari Anas bin Malik, ia meriwayatkan:
“Saya shalat di belakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka
memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’. Mereka tidak menyebutkan
‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan. (HR. Muslim).
Akan tetapi dalil ini dijawab oleh para ulama yang
mengatakan Basmalah dibaca jahr. Pertama, hadits ini mengandung ‘Illat, kalimat:
[ اَ ىِ ِ آخ ِ َلاَ وٍ ةَاءَ ِ ق ِ لَّاؿ
وَ أ ِ ِيمِ لَّا الِ نَْ لَّاتز الِ الللَّاو ِ مْسِ ب َوفُ ُ ْ . َ َ ] لا
(Mereka tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di
akhir bacaan). Kalimat ini bukan ucapan Anas bin Malik, akan tetapi ucapan
tambahan dari periwayat yang memahami bahwa makna kalimat: [ ِ ب َوفُحِ تْ فَ تػْسَ واُ اَ كَ ف( َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو
لِ ل ُ دْ مَْ اتض + (Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’), ia
fahami membaca Alhamdulillahi Rabbil’alamin tanpa Basmalah. Padahal yang
dimaksud Anas dengan kalimat: [ ِ ب َوفُحِ تْ فَ تػْسَ واُ اَ كَ ف( َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو
لِ ل ُ دْ مَْ اتض ] (Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’).
Maka makna hadits di atas adalah: mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi
Rabbil’alamin. Bukan memulai dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Ini didukung
hadits: [ إذا ق أتم :{ اتضمد لله } فاق
ؤا :{ بسم الله ال تزن ال يم } إنها أـ ال آف وأـ الكتاب والسبع اتظثاني و { بسم الله ال
تزن ال يم } إ داىا ]
11 Imam asy-Syaukani, Nail al-Authar: 2/196 dan setelahnya. 12 Syekh
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/67.
26
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah:
Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah itu adalah Ummul Qur’an,
Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu
ayatnya.
Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani
dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
عن أبي ى ة ، عن
النبِ صلى الله عليو وسلم ، أ و اف وؿ
:اتضمد لله رب العاتظ سبع آ ات إ
داىن :(بسم الله ال تزن ال يم) ، وىي السبع اتظثاني ، وال آف العظيم ، وىي أـ ال آف ، وفاتحة الكتاب
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
“Alhamdulillah Rabbil’alamin itu tujuh ayat, salah satunya adalah:
Bismillahirrahmanirrahim. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang, al-Qur’an yang
Agung, Ummul Qur’an dan pembuka kitab (Fatihah al-Kitab)”. Imam al-Hafizh Ibnu
Hajar al-Haitsami berkata: رواه الطبراني
في الأوسط ورجالو ث ات . Diriwayatkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam
al-Ausath, para periwayatnya adalah Tsiqat (para periwayat yang terpercaya)13.
Maka makna ucapan Anas bin Malik:
ِ ب َوفُحِ تْ فَ تػْسَ
( َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ ل ُ دْ ) مَْ اتض
Mereka memulai dengan surat
Alhamdulillahi Rabbil’alamin.
Kedua, para ahli hadits menjadikan hadits riwayat Anas
diatas sebagai contoh hadits yang mengandung ‘Illat pada matn, hadits yang
mengandung ‘Illat tidak dapat dijadikan dalil.
وقد مثلو ابن الصلاح والل ن بِد ث أ س ابن مالك في البسملة وىو مثاؿ العلة
في اتظتن
Imam Ibnu ash-Shalah dan Imam Zainuddin memberikan contoh
hadits riwayat Anas tentang Bismillah, hadits tersebut adalah contoh ‘Illat
pada matn14.
Ketiga, riwayat Anas di atas bertentangan dengan riwayat
lain yang juga diriwayatkan Anas bin Malik:
دِِّ النلَّابُِ ةَاءَ ِ ق ْتَ اَ
َفْ يَ ٌسَ َ أَلِ ئُ س َ اؿَ قَ
ةَادَ تَ قػ ْ نَ ع -صلى الله عليو وسلم .
- اًّ دَ م ْتَ اَ َ اؿَ َ فػ . ُّ دَُ يَ
، ِيمِ لَّا الِ نَْ لَّاتز الِ الللَّاو ِ مْسِ ب َ أَ َ لَّا قػ ُ ثُ ِ
يمِ لَّا الِ ب ُّ دَُ يََ و ، ِ نَْ
لَّاتز الِ ب ُّ دَُ يََ و ، ِ الللَّاو ِ مْسِ بِ ب
13 Al-Hafizh al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id: 2/129. 14 Imam ash-Shan’ani, Taudhih al-Afkar li
Ma’ani Tanqih al-Anzhar: 2/28.
27
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Keempat, hadit riwayat Anas bin Malik terdapat perbedaan,
antara yang menetapkan dan menafikan, kaedah menyatakan: اتظثبت م دـ على النافي
Yang menetapkan lebih didahulukan daripada yang menafikan.
Kelima, salah satu alasan yang membaca Basmalah secara sirr
adalah karena Basmalah bukan bagian dari al-Fatihah, maka dibaca Sirr.
Sedangkan riwayat menyebutkan: [ إذا ق أتم :{ اتضمد لله } فاق ؤا :{ بسم الله ال تزن ال يم } إنها أـ ال آف وأـ الكتاب والسبع اتظثاني و { بسم الله ال
تزن ال يم } إ داىا ]
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah:
Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah itu adalah Ummul Qur’an,
Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah satu
ayatnya.
Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani
dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
Jika Basmalah itu adalah bagian dari al-Fatihah berdasarkan
hadits yang shahih, mengapa dibaca Sirr?!15
Adapun hadits yang menyatakan Rasulullah Saw membaca jahr,
Imam an-Nawawi berkata: وأما أ اد ث اتص
فاتض ة قائمة بِا د لو بالصحة
(من ا) وىو ما روى عن ستة من الصحابة أبي ى
ة وأـ سلمة وابن عباس وأ س وعلى بن أبَ طالب وتش ة بن جندب رضي الله عن م
Adapun hadits-hadits membaca Basmalah dengan cara Jahr
adalah hujjah yang kuat terbukti keshahihannya (diantaranya) adalah
hadits-hadits yang diriwayatkan dari enam orang shahabat Rasulullah Saw; Abu
Hurairah, Ummu Salamah, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib dan
Samurah bin Jundub semoga Allah Swt meridhai mereka semua16.
15 Lihat Shahih Shifat Shalat Nabi, Syekh Hasan as-Saqqaf: 113-114. 16 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh
al-Muhadzdzab: 3/344.
28
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum?
Jawaban:
Mazhab Hanafi:
Ma’mun tidak perlu membaca al-Fatihah, berdasarkan
dalil-dalil berikut ini:
Pertama, ayat al-Qur’an: “Dan apabila dibacakan Al-Quran,
maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat”. (Qs. al-A’raf *7+: 204). Imam Ahmad bekrata: “Umat telah sepakat bahwa
ayat ini tentang shalat”. Perintah agar mendengarkan bacaan al- Fatihah yang
dibacakan, khususnya pada shalat Jahr. Diam mencakup shalat Sirr dan Jahr, maka
orang yang shalat wajib mendengarkan bacaan imam yang dibaca jahr dan diam pada
bacaan Sirr. Hadits- hadits mewajibkan bacaan, maka makna ayat ini mengandung
makna wajib, menentang yang wajib berarti haram.
Kedua, dalil Sunnah. Dalam hadits disebutkan: من صلى خلف إماـ، ف ف ق اءة الإماـ لو ق اءة
“Siapa yang shalat di belakang imam, maka bacaan imam sudah
menjadi bacaan baginya”. (HR. Abu Hanifah dari Jabir). Ini mencakup shalat Sirr
dan Jahr.
Hadits lain:
إ ا جعل الإماـ لي تم
بو، ف ذا بر فكبروا، وإذا ق أ ف صتوا
“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti, apabila imam
bertakbir maka bertakbirlah kamu. Apabila imam membaca maka diamlah kamu”. (HR.
Muslim, dari Abu Hurairah).
Hadits lain:
Rasulullah Saw melaksanakan shalat Zhuhur, ada seorang
laki-laki di belakang membaca ayat: “Sabbihisma rabbika al-a’la”. Ketika
selesai shalat, Rasulullah Saw bertanya: “Siapakah diantara kamu yang membaca
ayat?”. Laki-laki itu menjawab: “Saya”. Rasulullah Saw berkata: “Menurutku
salah seorang kamu telah melawanku dalam membaca ayat”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim dari ‘Imran bin Hushain). Ini menunjukkan pengingkaran terhadap bacaan
ma’mum dalam shalat Sirr, maka dalam shalat Jahr lebih diingkari lagi.
Ketiga, dalil dari Qiyas. Jika membaca al-Fatihah itu wajib
bagi ma’mum, mengapa digugurkan kewajibannya bagi orang yang masbuq seperti
rukun-rukun yang lain. Maka bacaan ma’mum diqiyaskan kepada bacaan masbuq dalam
hal gugur kewajibannya, dengan demikian maka bacaan al-Fatihah tidak
disyariatkan bagi ma’mum.
29
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Jumhur Ulama:
Rukun bacaan dalam shalat adalah bacaan al-Fatihah.
Berdasarkan sabda Rasulullah Saw: لا
صلاة تظن لد أ بفاتحة الكتاب
“Tidak sah shalat orang yang tidak membaca al-Fatihah”.
Hadits lain:
لا تجلئ صلاة لا أ
في ا بفاتحة الكتاب “Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Fatihah al-Kitab
(al-Fatihah)”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Juga berdasarkan perbuatan Rasulullah Saw sebagaimana yang
disebutkan dalam Shahih Muslim dan hadits yang terdapat dalam Shahih
al-Bukhari: صلوا ما رأ تموني أصلي
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Adapun membaca surat setelah al-Fatihah
pada rakaat pertama dan rakaat kedua dalam semua shalat adalah sunnat. Ma’mum
membaca al-Fatihah dan surat
pada shalat Sirr saja, tidak membaca apa pun pada shalat Jahr, demikian menurut
Mazhab Maliki dan Mazhab Hanbali. Membaca al-Fatihah dalam shalat Jahr saja
menurut Mazhab Syafi’i.
Dapat difahami dari pendapat Imam Ahmad bahwa beliau
menganggap baik membaca sebagian al- Fatihah ketika imam diam pada diam yang
pertama, kemudian melanjutkan bacaan al-Fatihah pada diam yang kedua. Antara
kedua diam tersebut ma’mum mendengar bacaan imam.
Mazhab Syafi’i: Imam, Ma’mum dan orang yang shalat sendirian
wajib membaca al-Fatihah dalam setiap rakaat, apakah dari hafalannya, atau
melihat mushaf atau dibacakan untuknya atau dengan cara lainnya. Apakah pada
shalat Sirr ataupun shalat Jahr, shalat Fardhu ataupun shalat Sunnat,
berdasarkan dalil- dalil diatas dan hadits ‘Ubadah bin ash-Shamit, ِ الللَّاو ُوؿُ سَ لَّاى ر لَ ص َ اؿَ ق ِ تِ
الصلَّاام ِ نْ بَ ةَادَ بُ ع ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ ق َؼَ َصْ لَّاا
ا مَ لَ فػُ ةَاءَ ِ ْ الِ وْ يَ لَ ع ْتَ لُ َ ثػَ فػ َ حْ بُّ « الص ْ مُ اَ رَ دِّ أ نِِّ إ ْ مُ كِ امَ مِ
إَاءَ رَ و َوفُ ءَ ْ َ .» تػ ِ الللَّاو
َ ى و ِ إِ الللَّاو َوؿُ سَ ا ر َ اَ نْ
لُ قػ َ اؿَ ق . َ اؿَ « ق اَِ ْ أَ ْ َ
ػ َْ لد ْ نَ مِ لَ ةَلاَ صَ لاُ لَّاو ِ َ ف ِآفْ ُ ْ دِّ ال ـُ ِ لالَّا
ب ِ وا إ ُ لَ عْ فَ تػَلاَ .» ف
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata: “Rasulullah Saw
melaksanakan shalat Shubuh, Rasulullah Saw merasa berat melafazkan ayat. Ketika
selesai shalat, Rasulullah Saw berkata: “Aku melihat kamu membaca di belakang
imam kamu”. Kami menjawab: “Ya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw berkata:
“Janganlah kamu melakukan itu, kecuali membaca al-Fatihah, karena sesungguhnya
tidak sah shalat orang yang tidak membaca al-Fatihah”. (HR. Abu Daud,
at-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).
30
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Ini nash (teks) yang
jelas mengkhususkan bacaan bagi ma’mum, menunjukkan bahwa bacaan tersebut
wajib. Makna nafyi (meniadakan) menunjukkan makna tidak sah, seperti menafikan
zat pada sesuatu. Menurut Qaul Jadid: jika seseorang meninggalkan bacaan
al-Fatihah karena terlupa, maka tidak sah. Karena rukun shalat tidak dapat
gugur disebabkan lupa, seperti ruku’ dan sujud. Tidak gugur bagi orang yang
shalat, kecuali bagi masbuq dalam satu rakaat, maka imam menanggungnya.
Sama hukumnya seperti masbuq, orang yang berada dalam
keramaian, atau terlupa bahwa ia sedang shalat, atau terlambat dalam gerakan;
ma’mum belum juga bangun dari sujud sementara imam sudah ruku’ atau hampir
ruku’. Atau ma’mum ragu membaca al-Fatihah setelah imamnya ruku’, lalu ia
terlambat membaca al-Fatihah17.
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar
panjang dan pendeknya?
Jawaban:
واجب عند اتضنفية ما
بينا، سنة عند اتصم ور في ال عت الأولذ والثا ية من ل صلاة
Wajib menurut Mazhab Hanafi.
Sunnat menurut Jumhur (mayoritas) Ulama, dibaca pada rakaat
pertama dan kedua dalam setiap shalat18.
Adapun standar panjang dan pendeknya, surat-surat tersebut
terbagi tiga:
Thiwal al-mufashshal, dari surah Qaf/al-Hujurat ke surah
an-Naba’, dibaca pada Shubuh dan Zhuhur.
Ausath al-mufashshal, dari surah an-Nazi’at ke surah
adh-Dhuha, dibaca pada ‘Ashar dan Isya’.
Qishar al-Mufashshal, dari surah al-Insyirah ke surah
an-nas, dibaca pada shalat Maghrib.
Keterangan lengkapnya dapat dilihat dalam kitab al-Adzkar
karya Imam an-Nawawi:
Sunnat dibaca -setelah al-Fatihah- pada shalat Shubuh dan
Zhuhur adalah Thiwal al-Mufashshal artinya surat-surat terakhir dalam mush-haf.
Diawali dari surat
Qaf atau al-Hujurat, berdasarkan khilaf yang ada, mencapai dua belas pendapat
tentang penetapan surat-surat al-Mufashshal. Surat-surat al-Mufashshal ini
terdiri dari beberapa bagian, ada yang panjang hingga surat
‘Amma (an-Naba’), ada yang pertengahan hingga surat
adh-Dhuha dan ada pula yang pendek hingga surat
an-Nas.
Pada shalat ‘Ashar dan ‘Isya’ dibaca Ausath al-Mufashshal
(bagian pertengahan). Pada shalat Maghrib dibaca Qishar al-Mufashshal (bagian
pendek).
17 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/25. 18
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/71.
31
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website:
www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan
sumber
Sunnah dibaca pada shalat Shubuh rakaat pertama pada hari
Jum’at surat Alif Lam Mim as-Sajadah, pada
rakaat kedua surat
al-Insan. Pada rakaat pertama shalat Jum’at sunnah dibaca surat
al-Jumu’ah dan rakaat kedua surat
al-Munafiqun. Atau pada rakaat pertama surat
al-A’la dan rakaat kedua surat
al- Ghasyiyah.
Sunnah dibaca pada shalat Shubuh rakaat pertama surat al-Baqarah ayat 136 dan rakaat kedua surat Al ‘Imran ayat 64. Ada pada rakaat pertama surat
al-Kafirun dan rakaat kedua surat
al-Ikhlas, keduanya shahih. Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw
melakukan itu.
Dalam shalat sunnat Maghrib, dua rakaat setelah Thawaf dan
shalat Istikharah Rasulullah Saw membaca surat
al-Kafirun pada rakaat pertama dan al-Ikhlas pada rakaat kedua.
Pada shalat Witir, Rasulullah Saw membaca surat
al-A’la pada rakaat pertama, surat al-Kafirun
pada rakaat kedua, surat
al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada rakaat ketiga. Imam Nawawi berkata, “Semua
yang kami sebutkan ini berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan selainnya
adalah hadits-hadits masyhur”.
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah
tasbih yang dibaca?
Jawaban:
Imam Ibnu Qudamah menyebutkan satu riwayat dari Imam Ahmad:
ِ وِ تَالَ سِ ر ِ في
ُ دَْ تزَ أ َ اؿَ ق : َ اؿَ قُ لَّاو َ يدِّ أ ِ ْصَ بْ الِ نَسَْ اتض ْ نَ ع ُ
ثِ دَْ اتضَاءَ ج : ٌ ثَ لاَ ثُاهَ ْ دَ أَ و ، ٌسَْ تس ُطَ سَ وْالَ و ، ٌ عْ بَ
سُّ التلَّااـ ُيحِ بْ التلَّاس.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata dalam Risalahnya, “Terdapat
riwayat dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia berkata: “Tasbih yang sempurna itu
tujuh, pertengahan itu lima
dan yang paling sedikit itu tiga”19.
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
َ اؿَ قَ عَ َ ا ر َ
ذِ إَ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو لَ صِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر َافَ
َ و: " ِ يمِ ظَ عْ الَدِّ بيَ ر َافَحْ بُ س" ٍ لَّاات َ م َلاثَ ث
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku
Yang Maha Agung” tiga kali.
(HR. Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah, ad-Daraquthni dan
ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
19 Imam Ibnu Qudamah, al-Mughni: 2/373.
32
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Riwayat Kedua:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َافَ كَ ف-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ قَ عَ َ ا ر َ ذِ « إ ِ هِ دْ مَِ بَِ و ِيمِ ظَ عْ الَدِّ بََ ر
َافَحْ بُ .ا » س ً ثَلاَ ث
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku
Yang Maha Agung dan dengan Pujian- Nya”. Tiga kali. (Hadits riwayat Abu Daud,
ad-Daraquthni dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra).
Riwayat Ketiga:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َافَ ْتَالَ قَ ةَ ِائَ ع ْ نَ ع-صلى الله
عليو وسلم - ِ هِودُ ُ سَ وِ وِوعُ ُ ر ِ
َوؿُ َ ػ ْ فَ أ ُ ِ ثْ كُ « ِ
لذ ْ ِ فْ لَّا اا مُ الللَّا َ ؾِ دْ مَِ
بَِ لَّا و مُ الللَّا َكَ اَحْ بُ .» س
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan pujian-Mu Ya Allah
ampunilah aku”. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal).
Riwayat Keempat:
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أُ وْ تَ لَّا بَ ػ َ ةَ ِائَ
لَّا ع فَ أِ ال دِّخدِّير ِ نْ بِ الللَّاو ِ دْ بَ عِ نْ ب ِ دِّؼ َطُ م ْ نَ
ع-صلى الله عليو وسلم - ِ هِودُ ُ سَ وِ وِوعُ ُ ر ِ ُوؿُ َ
ػ َافَ « ِ وحُّ الَ وِ ةَ كِ ئَلاَ
مْ ال ُّبَ ر ٌوسُّ دُ قٌوحُّ بُ .» س Dari Mutharrif bin Abdillah bin
asy-Syikhkhir, sesungguhnya Aisyah memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah
Saw mengucapkan pada ruku’ dan sujudnya:
“Maha Suci, Maha Memberi berkah, Tuhan para malaikat dan
Jibril”. (HR. Muslim).
Riwayat Kelima:
َ اؿَ قَ عَ َ ا ر َ
ذِ إَ « و ِ بَِصَ عَ ى و ِ مْظَ عَ دِّى
و ُ تؼَ ى و ِ َصَ بَ ى و ِ عَْ تش َكَ لَ عَ َ خ ُتْ مَ لْ سَ أ َكَ لَ و ُتْ نَ
آم َكِ بَ و ُتْ عَ َ ر َكَ لَّا ل مُ الللَّا
Ketika ruku’ Rasulullah Saw membaca: “Ya Allah kepada-Mu aku
ruku’, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah, kepada-Mu khusyu’
telingaku, pandanganku, otakku, tulangku dan urat sarafku”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 24: Bagaimana pengucapan [ ]تشع الله تظن تزده dan
ucapan [ ] ربنا لك اتضمد ketika bangun dari ruku’ bagi imam, ma’mum dan orang
yang shalat sendirian?
33
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Jawaban: وأما اتظ تدي
في وؿ ف ط عند اتضنابلة وعلى اتظعتمد عند ، في التحميد وللمنف د عند اتضنفية وفي
اتظ ور عند اتضنابلة ً ا للإماـ س اتضنفية
:( ربنا لك اتضمد ) أو ( ربنا ولك اتضمد ) أو (الل م ربنا ولك اتضمد) والأوؿ عند
ال افعية أولذ لورود السنة بو، وأفضلو عند اتضنفية الأخير، ثُ ( ربنا ولك اتضمد )
ثُ الأوؿ .والأفضل عند اتضنابلة واتظالكية :(ربنا ولك اتضمد) . وعند اتظالكية
:الإماـ لا وؿ :( ربنا لك اتضمد ) واتظ
موـ لا وؿ :( تشع الله تظن تزده ) واتظنف
د يَمع بين ما اؿ ال ياـ، لا اؿ رفعو من ال
وع، إذ ال فع ترف بػ ( تشع الله
)، ف ذا اعتدؿ قاؿ :( ربنا ...) الخ . واتطلاصة :إف اتظ تدي عند اتصم ور كتفي بالتحميد . و سن عند ال افعية :اتصمع
ب التسميع والتحميد في ل مصل، منف د وإماـ وم موـ . ، « : والدليل
على اتصمع لدى ال افعية : د ث أبي ى ة قاؿ
ى الله عليو وسلم إذا قاـ إلذ الصلاة
كبردِّ وـ ّ اف رسوؿ الله صل
ثُ كبر ع، ثُ
وؿ :قائم ثُ وؿ وىو ، بو من
ال عة ْ لُ اتضد ث متف »... فع ص :ربنا ولك اتضمد ، تشع الله تظن تزده
Mazhab Hanafi dan pendapat Masyhur dalam Mazhab Hanbali:
Imam dan orang yang shalat sendirian mengucapkan Tahmid secara Sirr.
Mazhab Hanbali dan pendapat Mu’tamad dalam Mazhab Hanafi:
Ma’mum hanya mengucapkan: [ربنا لك اتضمد] atau [ ربنا ولك اتضمد] atau [ ]. الل
م ربنا ولك اتضمد Mazhab Syafi’i: bacaan [ ربنا لك اتضمد] lebih utama, karena
Sunnah menyebutkan demikian. Mazhab Hanafi: bacaan [ الل م ربنا ولك اتضمد]
lebih utama, kemudian bacaan: [ربنا ولك اتضمد], kemudian bacaan: [ ]. ربنا لك
اتضمد Mazhab Hanbali dan Maliki: yang lebih utama adalah bacaan: [ ]. ربنا ولك
اتضمد Mazhab Maliki: imam tidak mengucapkan: [ ربنا لك اتضمد+ dan ma’mum tidak
mengucapkan: *تشع الله تظن ]. تزده Sedangkan orang yang shalat sendirian
menggabungkan bacaan keduanya: [ ], تشع
الله تظن تزده ربنا لك اتضمد bukan ketika bangun dari ruku’, akan tetapi
beriringan antara ucapan * تشع الله] dengan perbuatan bangun dari ruku’. Ketika
telah tegak berdiri, mengucapkan: * ربنا لك اتضمد] dan seterusnya.
Kesimpulan:
Jumhur ulama: Ma’mum cukup mengucapkan Tahmid.
34
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Mazhab Syafi’i: Imam, Ma’mum dan orang yang shalat sendirian
menggabungkan bacaan Tasmi’ dan Tahmid. Dalilnya adalah hadits riwayat Abu
Hurairah: “Ketika Rasulullah Saw melaksanakan shalat, beliau bertakbir ketika
berdiri, bertakbir ketika ruku’, kemudian mengucapkan: * ] تشع الله تظن تزده
ketika menegakkan tulang belakangnya dari posisi ruku’. Kemudian setelah posisi
tegak, beliau mengucapkan: [ربنا ولك اتضمد]. (HR. al-Bukhari dan
Muslim)20.
Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?
Jawaban:
َ اؿَ قُ وْ نَ
الللَّاو ع َ يِضَ ر َ ْ وَ أ ِ بيَ ن أ ْ بِ ا ْ نَ ع : َ اؿَ وع ق ُ ُّ ال ْ نِ ه م ْ َ ظَ عَ فَ ا ر َ ذِ إَ لَّام لَ
سَ وِ وْ يَ لَ لَّاى الللَّاو ع لَ وؿ الللَّاو ص ُ سَ ر َافَ :
ضْ رَْ ء الأ ْلِ مَ ات و َ اوَ ء السلَّام ْلِ د م ْ مَْ ك
اتض َ ا ل َ نّ بػَ لَّا ر مُ الللَّا ُ
هَ دَِ تز ْ نَ مِ الللَّاو ل َ عَِ تش دْ
عَ ء بػ ْ يَ ش ْ نِ ت م ْ ئِ ا ش َ ء م ْلِ مَ و Dari Ibnu Abi Aufa, ia berkata:
“Rasulullah Saw itu ketika mengangkat pundaknya dari ruku’, ia mengucapkan:
“Allah Maha Mendengar ucapan orang yang memuji-Nya, ya Allah Tuhan kami, segala
puji bagi-Mu memenuhi langit dan bumi serta memenuhi apa saja yang Engkau
kehendaki”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 26:
Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai,
telapak tangan atau lutut?
Jawaban:
Hadits pertama:
َ اؿَ قَ ةَ ْ ػَ ُ ى
ِ بيَ أ ْ نَ ع : َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو لَ الللَّاو ص ُوؿُ
سَ ر َ اؿَ ق :{ ِ وْ يَ تػَ بْ ُ رَلْ بَ قػِ وْ َ دَ ْ عَضَ يْ لَ و ، ُيرِ عَ بْ ال ُ ؾُ ْ بػَ
ا ػ َ مَ
ْ ؾُ ْ بػَ ػ َ لاَ ف ، ْ مُ ُ دَ
َ أ َ دَ َ } ا س َإذ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah
seorang kamu sujud, maka janganlah ia turun seperti turunnya unta, hendaklah ia
meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya”. (HR. Abu Daud).
Hadits Kedua:
20 Syekh
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/79.
35
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
لَّاِ النلَّابِ ُتْ َ
أَ ر َ اؿَ قٍ ْ ُ ِ نْ ب ِ لِائَ و ْ نَ
ع-صلى الله عليو وسلم - ِ وْ يَ تػَ بْ ُ رَلْ بَ قػِ وْ َ دَ َ عَ فَ ر َضَ َ ا ػ َ ذِ إَ وِ وْ َ دَ َلْ بَ قػِ وْ يَ تػَ بْ ُ رَ عَضَ و َ دَ َ ا
س َ ذِ إ.
Dari Wa’il bin Hujr, ia berkata: “Saya melihat Rasulullah
Saw, ketika sujud ia meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Ketika
bangun ia mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya”. (HR. Abu Daud,
an-Nasa’I dan Ibnu Majah).
Ulama berbeda
pendapat dalam mengamalkan kedua hadits ini. Imam ash-Shan’ani berkata: دِّ
يِاعَ زْ وَْ الأَ و ، ٍ كِالَ م ْ نَ عٌ ةَ اَ وِ رَ و ، ُ لَّاة ِ وَاد َْ اتع
َبَ ىَ َ ف ، َكِ لَ ذ ِ فيُاءَ مَ لُ عْ ال َفَ لَ تػْ اخ ْ دَ قَ و : ُّ يِاعَ
زْ وَْ الأ َ اؿَ لَّا ق تََّ ، ِ ثِ دَْ
ا اتض َ َِ ِ لَ مَ عْ ال َ إلذ : اَ نْ َ
رْ دَ أ ْ مِ ِ بَ ُ رَلْ بَ قػ ْ مُ َ ػِ دْ َ أ َوفُ : عَضَ
َالنلَّااس دُ اوَ د ِ بيَ ن أ ْ اب َ اؿَ قَ و : ِ ثِ دَْ اتض ِابَحْصَ أ
ُ ؿْ وَ قػ َ وُ ىَ و
Mazhab Syafi’i, Hanafi dan satu riwayat dari Imam Malik
menyebutkan bahwa mereka mengamalkan hadits riwayat Wa’il (mendahulukan lutut
daripada telapan tangan).
Pendapat ulama dalam
masalah ini:
ُّ يِ وَ النلَّاػو َ
اؿَ قَ و : َ ثِ دَ واُ لَّاح جَ ر ِ بَ
ىْ َ مْ ا ال َ َ ىَلْ ىَ لَّا أ نِكَ لَ و ، ِ َ خْ ى الآ َ لَ ع ِْ َ بػَ ىْ َ
مْ الِ دَ َ أُيحِ جْ َ تػ ُ َ ْظَ َ لا
" ٍ لِائَ و " ِ وا في ُالَ قَ
" و ، َ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بيَ أ : " ِ افَ ْ مَْ الأُ وْ نَ ع َيِ
وُ ر ْ دَ قْإذ ، ٌ بِ َطْضُ مُ لَّاو إ .
َ اؿَ قَ ا و َ يِ ف َ اؿَطَ أَ و ِ دِّم يَ ْ ال ُ نْ اب َ لَّا َ َ و : ِ ثِ دَ ِ إفلَّا في " َ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بيَ أ
" َ اؿَ ق ُثْ يَ ، يِ لَّااو ال ْ نِ ا م ً بْ لَ قػ " : ِ وْ يَ تػَ
بْ ُ رَلْ بَ قػِ وْ َ دَ ْ عَضَ يْ لَ و
" ُ وَ لْ صَ لَّا أ فِ إَ و " : ِ وْ َ دَ َلْ بَ قػِ وْ يَ تػَ بْ ُ ر ْ عَضَ يْ لَ و
" َ اؿَ : ق ، ُ وُ لْ وَ قػ َ وُ ىَ
و ، ِ ثِ دَْ اتض ُ لَّاؿ وَ أِ وْ يَ لَ ع ُّ ؿُ دَ َ و " : ُ يرِ عَ بْ ال
ُ ؾُ ْ بػَ ا ػ َ مَ ُ ؾُ ْ بػَ
ػ َ لاَ ف " ِ وؾُ ُ بػ ْ نِ م َوؼُ ْ عَ مْ لَّا ال فِ َ ف ِْ َ لْ
دِّج ى ال َ لَ عِ نْ َ دَ يْ الُ ِ دْ َ تػ َ وُ ىِ يرِ عَ بْال
Imam an-Nawawi berkata: “Tidak kuat Tarjih antara satu
mazhab dengan mazhab yang lain dalam masalah ini, akan tetapi Mazhab Syafi’I
menguatkan hadits Wa’il (mendahulukan lutut daripada tangan). Mereka berkata
tentang hadits riwayat Abu Hurairah bahwa hadits itu Mudhtharib; karena ia
meriwayat kedua cara tersebut.
Imam Ibnu al-Qayyim meneliti dan membahas secara panjang
lebar, ia berkata: “Dalam hadits riwayat Abu Hurairah terdapat kalimat yang
terbalik dari perawi, ia mengatakan: “Hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum
kedua lutut”, kalimat asalnya adalah: “Hendaklah meletakkan kedua lutut sebelum
kedua tangan”. Ini terlihat dari lafaz awal hadits: “Janganlah turun seperti
turunnya unta”, sebagaimana
36
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
diketahui bahwa turunnya unta itu adalah dengan cara lebih
mendahulukan tangan (kaki depan) daripada kaki belakang21.
Pendapat Ibnu Baz: ف شكل ى ا على ثير من أىل العلم ف اؿ بعض م ضع د و
قبل ر بتيو وقاؿ آخ وف بل ضع ر بتيو
قبل د و ، وى ا ىو ال ي الف ب وؾ البعير لأف ب وؾ البعير بدأ بيد و ف ذا ب ؾ اتظ من على ر بتيو ف د خالف
البعير وى ا ىو اتظواف تضد ث وائل بن وى ا ىو الصواب أف س د على ر بتيو أولا ثُ ضع د و
على الأرض ثُ ضع جب تو أ ضا على الأرض ى ا
ىو اتظ وع ف ذا رفع رفع وج و أولا ثُ د و ثُ
ن ض ى ا ىو اتظ وع ال ي جاءت بو
السنة عن النبِ صلى الله عليو وسلم وىو اتصمع ب
اتضد ث ، وأما قولو في د ث أبي ى
ة :وليضع د و قبل ر بتيو فالظاى والله أعلم أ و ا لاب ما
ذ ذلك ابن ال يم رتزو الله إ ا الصواب أف ضع ر بتيو قبل
د و تَّ واف آخ اتضد ث أولو و تَّ تف
مع د ث وائل بن وما جاء في معناه
Masalah ini menjadi polemik di kalangan banyak ulama,
sebagian mereka mengatakan: meletakkan kedua tangan sebelum lutut, sebagian
yang lain mengatakan: meletakkan dua lutut sebelum kedua tangan, inilah yang
berbeda dengan turunnya unta, karena ketika unta turun ia memulai dengan kedua
tangannya (kaki depannya), jika seorang mu’min memulai turun dengan kedua
lututnya, maka ia telah berbeda dengan unta, ini yang sesuai dengan hadits
Wa’il bin Hujr (mendahulukan lutut daripada tangan), inilah yang benar; sujud
dengan cara mendahulukan kedua lutut terlebih dahulu, kemudian meletakkan kedua
tangan di atas lantai, kemudian menempelkan kening, inilah yang disyariatkan.
Ketika bangun dari sujud, mengangkat kepala terlebih dahulu, kemudian kedua
tangan, kemudian bangun, inilah yang disyariatkan menurut Sunnah dari
Rasulullah Saw, kombinasi antara dua hadits. Adapun ucapan Abu Hurairah:
“Hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum lutut, zahirnya –wallahu a’lam-
terjadi pembalikan kalimat, sebagaimana yang disebutkan Ibnu al-Qayyim
–rahimahullah-. Yang benar: meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan, agar
akhir hadits sesuai dengan awalnya, agar sesuai dengan hadits riwayat Wa’il bin
Hujr, atau semakna dengannya22.
Pendapat Ibnu ‘Utsaimin: فحينئ كوف الصواب إذا أرد ا أف تطاب
آخ اتضد ث وأولو "وليضع ر
بتيو قبل د و"؛ لأ و لو وضع اليد ن
قبل ال بت ما قلت لبرؾ
ما برؾ البعير .و ينئ كوف أوؿ اتضد ث وآخ ه متناقضاف . ...وقد ألف
بعض الأخوة رسالة تشاىا (فتح اتظعبود في وضع ال
بت قبل اليد ن في الس ود) وأجاد
فيو وأفاد . ...وعلى ى ا ف ف السنة التي أم
ا ال سوؿ صلى الله عليو وسلم في الس ود أف
ضع الإ ساف ر بتيو قبل د و.
Ketika itu maka yang benar jika kita ingin sesuai antara
akhir dan awal hadits: “Hendaklah meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan”,
karena jika seseorang meletakkan kedua tangan sebelum kedua
21
Lihat Subul as-Salam, Imam ash-Shan’ani: 2/161-165. 22 Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz: 11/19.
37
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
lutut, sebagaimana yang saya nyatakan, pastilah ia turun
seperti turunnya unta, maka berarti ada kontradiktif antara awal dan akhir
hadits.
Adalah salah seorang ikhwah menulis satu risalah berjudul
Fath al-Ma’bud fi Wadh’i ar-Rukbataini Qabl al-Yadaini fi as-Sujud, ia bahas
dengan pembahasan yang baik dan bermanfaat.
Dengan demikian maka menurut Sunnah yang diperintahkan
Rasulullah Saw ketika sujud adalah meletakkan kedua lutut sebelum kedua
tangan23.
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
َ اؿَ ق َ دَ َ ا س َ
ذِ إَ « و ِ هِ دْ مَِ بَِ ى و َ لْ عَ
الأَدِّ بََ ر َافَحْ بُ ا .» س ً ثَلاَ ث. Ketika sujud, Rasulullah Saw
mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan pujian- Nya”. Tiga
kali. (HR. Abu Daud, Ahmad, ad-Daraquthni, ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Riwayat Kedua:
ِ هِودُ ُ س ِ َ اؿَ َ فػ َ دَ َ ا س َ ذِ إَ و ىَ لْ عَ
الأَدِّ بََ ر َافَحْ بُ س ٍ لَّاات َ م َثَلاَ ث
Ketika sujud, Rasulullah Saw mengucapkan pada sujudnya:
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi”, tiga kali. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah,
Ahmad dan ath-Thabrani).
Riwayat Ketiga:
لَّاِ لَّا النلَّابِ
فَ أَ ةَ ِائَ ع ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِ هِودُ ُ سَ وِ وِوعُ ُ ر ِ ُوؿُ َ
ػ َافَ « ِ وحُّ الَ وِ ةَ كِ
ئَلاَ مْ ال ُّبَ ر ٌوسُّ دُ قٌوحُّ بُ .» س Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah
Saw membaca pada ruku’ dan sujudnya:
“Maha Suci, Maha Berkah Tuhan para malaikat dan Jibril”.
(HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, Ahmad, ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Riwayat Keempat:
َ ةَ ِائَ ع ْ نَ ع
-رضى الله عن ا - ُِّ النلَّابِ َافَ ْتَالَ ق -صلى الله عليو وسلم - ِ هِودُ ُ سَ وِ وِوعُ ُ ر ِ ُوؿُ َ ػ
23 Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 13/125.
38
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
« ِ لذ ْ ِ فْ لَّا اا مُ الللَّا ، َ ؾِ دْ مَِ
بَِ ا و َ لَّان بػَ لَّا ر مُ الللَّا
َكَ اَحْ بُ . » س
“Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan pujian-Mu,
ya Allah ampunilah aku”.
(HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Riwayat Kelima:
َ اؿَ ق َ دَ َ ا س َ
ذِ إَ و
« ُ تْ مَ لْ سَ أ َكَ
لَ و ُتْ نَ آم َكِ بَ و ُتْ دَ َ س َكَ لَّا ل مُ الللَّا
َ ِ ِالَْ اتط ُ نَسْ َ أُ الللَّاو َ ؾَ ارَ بَ تػُ هَ َصَ بَ
وُ وَ عَْ لَّا تش َ شَ وُ هَ لَّار وَصَ وُ وَ َ لَ ى خ ِ لَّا لِ ى ل ِ ْجَ و َ
دَ َ .» س
Ketika sujud, Rasulullah Saw mengucapkan:
“Ya Allah, kepada-Mu sujudku, dengan-Mu aku beriman,
kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Dia yang telah
menciptakannya, membentuknya, menciptakan pendengaran dan penglihatannya. Maha
Suci Allah sebaik-baik pencipta”. (HR. Muslim).
Riwayat Keenam:
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِ هِودُ ُ س ِ ُوؿُ َ
ػ َافَ « ُ لَّاه ِ سَ وُ وَ تَ
يِ َلاَ عَ وُ هَ ِ آخَ وُ وَ لَّال وَ أَ وُ لَّاو لِ جَ وُ لَّاو قِ دُ لَّاو
لُ ِ بِْ َ ذ ِ لذ ْ ِ فْ لَّا اا مُ .» الللَّا
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw mengucapkan
dalam sujudnya:
“Ya Allah, ampunilah aku, semua dosa-dosaku, yang halus dan
yang nayata, yang pertama dan terakhir, yang tampak dan yang rahasia”. (HR.
Muslim).
Riwayat Ketujuh:
ُ وؿُ َ ػ ٌ دِ اجَ س ْ وَ أٌ عِ اَ ر َ وُ ا ى َ ذِ
َ « ف َ تْ َ لالَّا أ ِ إَ وَ لِ إَ لا َ
ؾِ دْ مَِ بَِ لَّا و مُ الللَّا َكَ اَحْ
بُ .» س
Ketika ruku’ atau sujud, Rasulullah Saw mengucapkan: “Maha
Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian- Mu, tiada tuhan selain Engkau”. (HR.
Abu Daud dan An-Nasa’i).
39
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Riwayat Kedelapan:
ِ هِودُ ُ س ِ ْ وَ أِ وِ تَلاَ ص ِ ُوؿُ َ ػ
« اً ورُ ِ الذَِ شِ ْ نَ عَ ا و
ًورُ ِ ينَِِ يَ ْ نَ عَ ا و ًورُ ىِ َصَ ب ِ َ ا و ًورُ ىِ عَْ تش ِ َ ا و ًورُ ِ بِْ لَ قػ ِ
ْلَ عْ لَّا اج مُ الللَّا اً
ورُ ِ لذْلَ عْاجَ ا و ًورُ ِ تََّْ تحَ ا و ًورُ ىِ قْ وَ فػَ ا و ًورُ ىِ فْ لَ خَ ا و ًورُ ىِ امَ مَ أَ
» و َ اؿَ ق ْ وَ ا « أ ً ورُ ِ
نِْ لَ عْاجَ .» و
Rasulullah Saw mengucapkan dalam shalat atau sujudnya:
“Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, pada
pendengaranku cahaya, pada penglihatanku cahaya, di sebelah kananku cahaya, di
sebelah kiriku cahaya, di hadapanku cahaya, di belakangku cahaya, di atasku
cahaya, di bawahku cahaya, jadikan untukku cahaya”. Atau, “Jadikanlah aku
cahaya”. (HR. Muslim).
Riwayat Kesembilan:
ِ هِودُ ُ س ِ ُوؿُ َ
« ػ ِ ةَ مَظَ عْالَ وِاءَ ِْ برِكْالَ و ِوتُ كَ لَ مْالَ و ِوتُ َ بػَْ ى
اتص ِ ذ َافَحْ بُ .» س Rasulullah Saw mengucapkan pada sujudnya: “Maha Suci
Pemilik kekuasaan, alam malakut, kebesaran dan keagungan”. (HR. Abu Daud dan
an-Nasa’i).
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua
sujud?
Jawaban:
لَّاِ لَّا النلَّابِ
فَ أ ٍ لَّااس بَ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِْ َ تػَ دْ السلَّا َْ َ بػ ُوؿُ َ ػ َافَ
« ِ نِْ قُ زْ ارَ و ِ نِِّ دْاىَ و ِ نِِافَ عَ و ِ نَِْ تزْ ارَ و ِ لذ ْ
ِ فْ لَّا اا مُ .» الللَّا Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw
diantara dua sujud mengucapkan:
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku
kebaikan, berilah aku hidayah dan berilah aku rezeki”. (HR. Abu Daud,
at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim). وصي ة ى ا الدعاء عند ال افعية واتظالكية
واتضنابلة : ( رب ااف لر وارتزني،
واجبرني، وارفعني، وارزقني، واىدني، وعافني )
Bentuk doa (duduk diantara dua sujud) menurut Mazhab
Syafi’I, Mazhab Maliki dan Mazhab Hanbali:
40
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, muliakanlah aku,
angkatlah aku, berilah aku rezeki, berilah aku hidayah dan berilah aku
kebaikan”24.
Pertanyaan 29:
Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri
atau duduk istirahat sejenak?
Jawaban:
Rasulullah Saw tidak langsung berdiri, akan tetapi duduk
sejenak: ِ ضْ رَ ى الأ َ لَ ع َ دَ مَ تْ
اعَ و َسَ لَ جِ ةَ يِ الثلَّاا ِ ةَ
دْ السلَّا ِ نَ عُ وَ سْ أَ رَ عَ فَ ا ر
َ ذِ إَ و
“Ketika Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari sujud
kedua, beliau duduk dan bertumpu ke tanah (lantai)”. (HR. al-Bukhari). ْ وَ أِ ةَ يِ
الثلَّاا ِ ةَ عْ لَّا الِ اءَ دَِ
لأ ُضَ ْ نػَ لَّا ػ ُ ثُ ، ِ ةَ ثِ
الثلَّاال ِ ةَ عْ لَّا الَ و ، َ ولذُْ الأِ ةَ عْ لَّا ال ْ نِ مِ ةَ يِ الثلَّاا ِ ةَ دْ السلَّا َ دْ عَ بػِ ةَ دْ عَ ْ الِ هِ َ ىِ
لَّاة يِ عْ َ ى ش َ لَ عٌيلِ لَ د ِ ثِ دَْ اتض ِ فيَ و ُ وْ نَ ع ُورُ ْ َ مْالَ
و ، ُ وْ نَ عِورُ ْ َ مْ ال ُ ْ يػَ ا َ وُ ىَ و ، ِ وْ يَ لْ وَ قػِ دَ َ أ ِ في
ُّ يِ عِ ا ال لَّااف َ ِ لَّات يِ عْ َ ِ ب ِ ؿْ وَ ْ ال َ إلذ َبَ ىَ ذ ْ دَ قَ
و ، ِ ةَ اَِ ترْسِ الاَ ةَسْ لِ لَّاى ج مَسُ تَ و ، ِ ةَ عِلَّااب ال َ اؽَحْسِ إَ و َ دَْ تزَ أَ و ٍ كِالَ مَ وِ
لَّاة يِ فَ نَْ اتضَ وِ لَّاة ِ وَاد َْ اتعُيْ أَ ر َ وُ ىَ و : ُ لَّاى
الللَّاو لَ صِ وِ تَ لاَ صِ ةَ فِ ص ِ فيٍ ْ ُ
ِ نْ ب ِ لِائَ و ِ ثِ دَِ بِ َ دِّ لِ دَ تْ سُ م ، ُودُ عُ ْ الُع َ ْ
ُ َ لاُ لَّاو َ أ ِ ظْ فَ لِ بَ لَّام لَ
سَ وِ وْ يَ لَ ع :{ اً مِائَ ى ق َ وَ تػْ
اس ِْ َ تػَ دْ السلَّا ْ نِ مُ وَ سْ أَ
رَ عَ فَ ا ر َ إذ َافَ كَ ف} ُ نْ ابُاهَ
وَ ا ر َِ بَِ و ، ُّيِ وَ النلَّاػو ُ وَ لَّاف عَ ضُ لَّاو َ لَّا أ إلاِ هِ دَ
نْ سُ م ِ في ُ لَّاار لَ بػْ الُ وَ جَ ْخَ أ ٍ لَّااش يَ ع ِ بيَ أِ نْ ب ِافَ
مْ عُّ النػ ِ ثِ دَ ْ نِ مِ رِ ْ نُ " : مْال ْ نِ مُ وَ سْ أَ رَ عَ فَ ا ر َ
إذ َافَ كَ فَ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو لَ صِ الللَّاو ِ وؿُ سَ
ر ِابَحْصَ أ ْ نِ مٍ دِ اَ و َ ْ يػَ ت ا ْ َ رْ دَ أ ْ سِ لَْ يََْ لدَ و َ وُ ا
ى َ مَ َاـَ قِ ةَ ثِ الثلَّاال ِ فيَ وٍ
ةَ عْ َ ر ِ لَّاؿ وَ أ ِ فيِ ةَ . " دْ السلَّا اَِ وُ جُ وِ ب ُ ِ عْ
ُ ِيءِ سُ مْ ال ِ ثِ دَ ِ ا في َ ىُ ْ ِ ذ َافَ ْ فِ إَ و ، َكِ لَ َ كَ ا ف َ َ َ َ تػ ْ نَ
مَ و ، ٌنلَّاةُ ا س َ لَّا ػَِ لَِ ا ف َ
َ لَ عَ فػ ْ نَ مْإذ ، َاةَافَ نُ م َ لاُ لَّاو َ ِ دِّ ب لُ كْ ال ْ نَ ع ُابَُ
يََ و ٌ دَ َ أِ وِ بْلُ َ ػ َْ لد ْ نِكَ
ل ، Dalam hadits ini terkandung dalil disyariatkannya duduk setelah sujud kedua
pada rakaat pertama dan rakaat ketiga, kemudian bangun untuk melaksanakan
rakaat kedua atau keempat. Disebut dengan nama Jilsah al-Istirahah (Duduk
Istirahat). Salah satu pendapat dari Imam Syafi’I menyatakan disyariatkannya
duduk ini, akan tetapi pendapat ini tidak masyhur, pendapat yang masyhur adalah
pendapat al- Hadawiyyah, Mazhab Hanafi, Malik, Ahmad dan Ishaq: tidak
disyariatkan duduk istirahat, mereka berdalil dengan hadits Wa’il bin Hujr
tentang sifat shalat Rasulullah Saw dengan lafaz: “Ketika Rasulullah Saw
mengangkat kepalanya dari sujud kedua, beliau tegak berdiri”. Diriwayatkan oleh
al-Bazzar dalam Musnadnya, akan tetapi Imam an-Nawawi mendha’ifkannya. Mereka
juga berdalil dengan hadits riwayat Ibnu al-Mundzir dari hadits an-Nu’man bin
Abi ‘Ayyasy: “Saya bertemu dengan banyak shahabat Rasulullah Saw, apabila ia
mengangkat kepalanya dari sujud pada rakaat pertama dan ketiga, ia berdiri
sebagaimana adanya, tanpa duduk”.
24 Syekh Wahbah
az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/86.
41
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Semuanya dijawab bahwa itu tidak saling menafikan, siapa
yang melakukannya maka itu Sunnah, yang meninggalkannya juga demikian. Jika
masalah duduk istirahat ini disebutkan dalam hadits tentang orang yang keliru
melaksanakan shalat, seolah-olah duduk istirahat itu wajib, akan tetapi tidak
seorang pun yang berpendapat demikian25.
Pertanyaan 30:
Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke
lantai atau dengan posisi tangan mengepal?
Jawaban:
َ اـَ لَّا ق ُ ثُ ِضْ رَْ ى الأ َ لَ ع َ دَ مَ تْ اعَ و َسَ
لَ جِ ةَ يِ الثلَّاا ِ ةَ دْ السلَّا ْ نِ مُ وَ سْ أَ رَ عَ فَ ا ر َ ذِ َ
ف
Dari Malik bin al-Huwairits, ia berkata: “Ketika Rasulullah
Saw mengangkat kepalanya dari sujud kedua, beliau duduk, dan bertumpu ke tanah
(lantai), kemudian berdiri”. (HR. al-Bukhari).
Ketika Rasulullah Saw akan bangun berdiri dari duduk
istirahat tersebut, ia bertumpu dengan kedua tangannya, apakah bertumpu
tersebut dengan telapak tangan ke lantai atau dengan dua tangan terkepal?
Sebagian orang melakukannya dengan tangan terkepal, berdalil
dengan hadits riwayat Ibnu Abbas:
ُ نِ اجَ عْ الُ عَضَ
اَ مَ ِضْ رَْ ى الأ َ لَ عِ وْ َ
دَ َ عَضَ وِ وِ تَ لاَ ص ِ فيَاـَ ا ق َ
إذ َافَ َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ
لَّاى الللَّاو لَ صِ الللَّاو َوؿُ سَ لَّا ر فَ أ
“Sesungguhnya apabila Rasulullah Saw akan berdiri ketika
shalat, beliau meletakkan kedua tangannya ke tanah (lantai) seperti orang yang
membuat adonan tepung”.
Berikut komentar ahli
hadits tentang hadits ini:
ِ يطِ سَ وْ ى ال َ لَ
عِ وِ مَ لاَ ِ في ِ حَ الصلَّالا ُ نْ اب
َ اؿَ ق : ِ وِ جلَّا ب َ تُْ ْ فَ أ
ُوزَُ يَ َ لاَ و ُؼَ ْ عُ ػ َ لاَ
وُّحِصَ َ لا ُ ثِ دَْ ا اتض َ َ ى . ِ
لَّاب َ ُ مْ ال ِ ح ْ َ ش ِ في ُّيِ وَ النلَّاػو َ اؿَ قَ و : ِ يحِ ْ لَّان التػ
ِ في َ اؿَ قَ و ، ُ وَ لَلْصَ أ َ لاٌ لِاطَ ب ْ وَ أ ، ٌيفِ عَ ض ٌ ثِ دَ اَ َ ى : ِ ح ْ َ ش ِ في َ اؿَ قَ و ، ٌ لِاطَ
ب ٌيفِ عَض ِ لَّاب َ ُ : مْال َ اؿَ ق ،
اَ ْ يػَ لَ ا ع ً دِ مَ تْ عُ مُوـُ َ ػَ وِ وْ َ دَ ُضِ بْ َ ي
ػ ِ لَّا ال َ وُ ىَ وُّحَصَ أ
ِوفُّالنِ بَ و ِ الللَّااي ِ ب َ وُ ىَ و ، ِ وِ سْ رَ د ِ في َ اؿَ قُ لَّاو َ
دِّ أ ِ الرَ لَ ْ ال ْ نَ عَلِ ُ : لَّا
حَ ص ْ وَ لَ و َ اؿَ لَّا ق ُ ثُ ِ ِ َ عْ ال َ نِ اجَ عُادَ ُ مْ ال َسْ يَ لَ و
، ُيرِ بَ كْ الُخْ لَّاي ال َ وُ ىَ و ،
ُ لِ اجَ عْ ال ُ دِ مَ تْ عَ ا ػ َ
مَ ِ وْ َ دَ ِ نْطَ بِ ا ب ً دِ مَ تْ عُ مَاـَ قُاهَ نْ عَ
م َافَ كَ ل ُ ثِ : دَْاتض اَ م ِ نيْ عَ ػ
لَّا فَ أ ، ِ حَ الصلَّالا ُ نْ ابُ هَ َ َ ذ.
اَ نْ لُ ا قػ َ لَّاا إذ مَ َ ف ، ِ الللَّااي ِ ب ُ لِ اجَ عْ ال ْ وَ أ
، ِوفُّالنِ ب ُ نِ اجَ عْ ال َ وُ ىْلَ ىِ وِ سْ رَ د ِ ى في َ كَ لَّاِ الرَ لَ
: ْال ُ نِ اجَ ع َ وُ َ فػ ِوفُّالنِ بُ لَّاو إ ِ حَ الصلَّالا ُ نْ اب َ اؿَ ق ، ِضْ رَْ ى
الأ َ لَ عِ وْ يَ تػَ اَ رُ عَضَ َ لاَ
وُ عِ فَ تْ َ ػَ و ، اَ ْ يػَ لَ ع ُ ئِلَّاك تَ ػَ ا و َ ُّ مُضَ َ وِ وْ لَّاي
فَ َ عِابَصَ أ ُضِ بْ َ ػ ِ لْ بُْ اتط : ْ نِ مٌيرِ ثَ اَ َِ
َلِ مَ عَ و ِ ةَ ُّ الل ِ في َ نِ اجَ عْ لَّا ال فِ َ ف ، ُاهَ نْ عَ م
َكِ لَ ذ ْ نُ كَ َْ لد َتَ بَ ثػ ْ وَ لَ
و ، ْتُ بْ ثَ ػ َْ لد ٍ ثِ دَِ بِ ،
اَِ َ دْ َ ع َ لاِ ةَ الصلَّالا ِ فيٍ
لَّاة يِ عْ َ شٍ ةَ ئْ يَ ى ُاتَ بْ إثػ َ وُ ىَ و ، ِ مَ َ : عْال
25
Imam ash-Shan’ani, Subul as-Salam: 2/152.
42
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ُ ِ ال لَّااع َ اؿَ ق
، ُّ نِ سُ مْ الُلُ لَّاج ال َ وُ ى : َ
اؿَ ق َ نِ اجَ عَ و َتْ نُ ِ ءْ َ مْ ال
ِ اؿَصِ لَّا خ َ َ ف : ِ ِ َ عْ الِ نِ اجَ ع ْ نِ ا م ًوذُ خْ َ م َكِ لَ ِ بَِ
برِكْ ال ُفْصَ و َافَ ْ فِ َ ف اَ ِ
عِابَصَ دِّ أ مَ ضِ لَّاة يِ فْ يَ ِ في
َ لاِ نْ َ دَ يْ ال ِ عْضَ و َ دْ نِ عِادَ مِ تْ عِ الاِ لَّاة دِ ش ِ فيُيوِ بْ
التلَّا َ ف Imam Ibnu ash-Shalah berkata dalam komentarnya terhadap al-Wasith:
“Hadits ini tidak shahih, tidak dikenal, tidak boleh dijadikan sebagai dalil”.
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh al-Muhadzdzab: “Ini
hadits dha’if, atau batil yang tidak ada sanadnya”.
Imam an-Nawawi berkata dalam at-Tanqih: “Haditsh dha’if
batil”.
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh al-Muhadzdzab:
“Diriwayatkan dari Imam al-Ghazali, ia berkata dalam kajiannya, kata ini dengan
huruf Zay [ ُ لِ اجَ عْال] (orang yang lemah) dan huruf Nun [ ُ نِ اجَ عْال]
(orang yang membuat adonan tepung), demikian yang paling benar, yaitu orang
yang menggenggam kedua tangannya dan bertumpu dengannya.
Andai hadits ini shahih, pastilah maknanya: berdiri dengan
bertumpu dengan telapak tangan, sebagaimana bertumpunya orang yang lemah, yaitu
orang yang telah lanjut usia, bukan maksudnya orang yang membuat adonan
tepung. Al-Ghazali menceritakan dalam
kajiannya, apakah dengan huruf Nun [ ُ نِ اجَ عْال] (orang yang membuat adonan
tepung), atau dengan huruf Zay [ ُ لِ اجَ عْال] (orang yang lemah). Jika kita
katakan dengan huruf Nun, berarti orang yang membuat adonan roti, ia
menggenggam jari-jemarinya dan bertumpu dengannya, ia bangkit ke atas tanpa
meletakkan telapak tangannya ke tanah (lantai).
Ibnu ash-Shalah berkata: “Perbuatan seperti ini banyak
dilakukan orang non-Arab, menetapkan suatu posisi dalam shalat, bukan
melaksanakannya, berdasarkan hadits yang tidak shahih. Andai hadits tersebut
shahih, bukanlah seperti itu maknanya. Karena makna [ َ نِ اجَ عْ ال ] menurut
bahasa adalah orang yang telah lanjut usia. Penyair berkata: ‘Sejelek-jelek
perilaku seseorang adalah engkau dan orang lanjut usia’. Jika tua renta
disifati dengan itu, diambil dari kalimat * ِ ِ َ عْ الِ نِ اجَ ع ] (tukang
buat roti yang membuat adonan), penyamaan itu pada kuatnya bertumpu ketika
meletakkan kedua tangan, bukan pada cara mengepalkan jari jemari26.
Komentar Ibnu ‘Utsaimin tentang masalah ini:
و مالك بن و ث - ً أ ضا -ذ أف النبِ صلى الله عليو وسلم [ اف إذا أراد أف وـ اعتمد على
د و] ولكن ىل ىو على صفة العاجن أـ لا؟ ف
ا نبني على صحة اتضد ث الوارد في
ذلك، وقد أ ك النووي رتزو الله في المجموع
صحة ى ا اتضد ث، أي :أ و وـ
26 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, at-Talkhish al-Habir fi Takhrij
Ahadits ar-Rafi’I al-Kabir: 2/12.
فال ي ظ
من اؿ النبِ صلى الله عليو وعلى
آلو وسلم أ و يَلس؛ لأ و بر وأخ ه ٍ
وعلى ل فكاف يَلس ثُ إذا أراد أف ن ض و
وـ اعتمد على د و ليكوف ذلك ، من
الس ود إلذ ال ياـ ً فكاف لا ستطيع الن وض
تداما ،اللحم أس ل لو، ى ا ىو الظاى
من اؿ النبِ صلى الله عليو وعلى
آلو وسلم، وتع ا اف ال وؿ ال اجح في ى ه
اتصلسة -أعني :جلسة الاسترا ة -أ و إف ا تاج إلي ا لكبر أو ث ل أو م ض أو ألد في ر
بتيو أو ما أشبو ذلك فلي لس، ثُ إذا ا تاج إلذ أف
عتمد عند ال ياـ على د و فليعتمد
على أي صفة ا ت، سواء اعتمد على ظ ور
الأصابع، عني :ترع أصابعو ىك ا واعتمد علي
ا أو على را تو، أو اير ذلك، اتظ م إذا ا تاج إلذ الاعتماد فليعتمد، وإف لد تج فلا
عتمد.
Malik bin Huwairits juga menyebutkan bahwa Rasulullah Saw: apabila
ia akan berdiri, ia bertumpu dengan kedua tangannya. Apakah bertumpu ke lantai
itu dengan mengepalkan tangan atau tidak? Ini berdasarkan keshahihan hadits
yang menyatakan tentang itu, Imam an-Nawawi mengingkari keshahihan hadits ini
dalam kitab al-Majmu’, sedangkan sebagian ulama muta’akhirin (generasi
belakangan) menyatakan hadits tersebut shahih. Bagaimana pun juga, yang jelas
dari kondisi Rasulullah Saw bahwa beliau duduk ketika telah lanjut usia dan
badannya berat, beliau tidak sanggup bangun secara sempurna dari sujud untuk
tegak berdiri, maka beliau duduk, kemudian ketika akan bangun dan tegak
berdiri, beliau bertumpu ke kedua tangannya untuk memudahkannya, inilah yang
jelas dari kondisi Rasulullah Saw. Oleh sebab itu pendapat yang kuat tentang duduk
istirahat, jika seseorang membutuhkannya karena usia lanjut atau karena
penyakit atau sakit di kedua lututnya atau seperti itu, maka hendaklah ia
duduk. Jika ia butuh bertumpu dengan kedua tangannya untuk dapat tegak berdiri,
maka hendaklah ia bertumpu seperti yang telah disebutkan, apakah ia bertumpu
dengan bagian punggung jari jemari, maksudnya mengepalkan tangan seperti ini,
kemudian bertumpu dengannya, atau bertumpu dengan telapak tangan, atau selain
itu. Yang penting, jika ia perlu bertumpu, maka hendaklah ia bertumpu. Jika ia
tidak membutuhkannya, maka tidak perlu bertumpu27.
Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud?
Jawaban:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َافَ َ اؿَ قُ لَّاو َ أ ٍ لَّااس بَ عِ
نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ُ وؿُ َ
ػ َافَ كَ ف ِآفْ ُ ْ ال َ نِ مَ ةَ ورُّ ا الس َ نُ دِّم لَ عُ ا ػ َ مَ
َ دُّ َ ا التلَّا َ نُ دِّم لَ عُ ػ
« ُ وُاتَ َ َ بػَ وِ الللَّاو ُ ةَْ تزَ رَ وُِّ ا النلَّابِ َ ُّ ػَ أ
َكْ يَ لَ عُ ـَ السلَّالا ِ لَّاو لِ ل ُاتَ دِّب الطلَّاي ُاتَ وَ لَّال الص
ُاتَ َ ارَ بُ مْ ال ُ لَّاات يِ التلَّاح
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ا ر ً لَّاد مَُ لَّا تػ فَ أ ُ دَ ْ شَ أَ وُ لالَّا
الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا ْ فَ أ ُ دَ ْ شَ أ َ ِِ الصلَّااتض ِ الللَّاو ِادَ بِ
ى ع َ لَ عَ ا و َ نْ يػَ لَ عُ .» ـَ السلَّالا
27 Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh: 65/8.
44
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Dari Abdullah bin Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw
mengajarkan Tasyahhud kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan satu surat dari al-Qur’an.
Beliau mengucapkan:
“Semua penghormatan, keberkahan, doa-doa dan kebaikan hanya
milik Allah. Keselamatan untukmu wahai nabi, rahmat Allah dan berkah-Nya.
Keselamatan untuk kami dan untuk hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi
tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah rasul
utusan Allah”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat?
Jawaban:
Riwayat Pertama: َ
لَّاك ِ إ ، َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى آؿ َ لَ عَ وَيمِاىَ ْ بػِ ى إ َ لَ ع َتْ لَّاي
لَ ا ص َ مَ ، ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى آؿ َ لَ
عَ و ، ٍ لَّاد مَُ ى تػ َ لَ دِّ ع لَ لَّا ص مُ الللَّا ِ ى آؿ َ لَ عَ و ، َيمِاىَ ْ بػِ ى إ َ لَ ع
َتْ َ ارَ ا ب َ مَ ، ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى
آؿ َ لَ عَ و ، ٍ لَّاد مَُ ى تػ َ لَ ع ْ ؾِارَ لَّا ب مُ الللَّا ، ٌيدَِ
تغٌيدَِ تز ٌ يدَِ تغٌيدَِ تز َلَّاك ِ إ ، َيمِاىَ ْ بػِ 28 إ
Riwayat Kedua:
، َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى
آؿ َ لَ ع َتْ لَّاي لَ ا ص َ مَ ، ِ وِ
لَّات دِّ رُ ذَ وِ وِ اجَ وْ زَ أَ وٍ لَّاد مَُ ى تػ َ لَ دِّ ع لَ لَّا ص مُ
الللَّا
ٌ يدَِ تغٌيدَِ تز َلَّاك ِ إ ، َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى آؿ َ لَ ع
َتْ َ ارَ ا ب َ مَ ، ِ وِ لَّات دِّ رُ
ذَ وِ وِ اجَ وْ زَ أَ وٍ لَّاد مَُ ى تػ َ لَ ع ْ ؾِارَ بَ 29 و
Riwayat Ketiga: ،
ٌيدَِ تغٌيدَِ تز َلَّاك ِ إ ، َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى آؿ َ لَ ع َتْ لَّاي لَ ا ص َ
مَ ، ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى آؿ َ لَ عَ وٍ
لَّاد مَُ ى تػ َ لَ دِّ ع لَ لَّا ص مُ الللَّا
ٌ يدَِ تغٌيدَِ تز َلَّاك ِ إ ، َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى آؿ َ لَ ع َتْ َ ارَ ا
ب َ مَ ، ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى آؿ َ لَ عَ
وٍ لَّاد مَُ ى تػ َ لَ ع ْ ؾِارَ لَّا ب مُ 30 الللَّا
Riwayat Keempat:
، َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى
آؿ َ لَ ع َتْ لَّاي لَ ا ص َ مَ ، َكِولُ
سَ رَ و َ ؾِ دْ بَ عٍ لَّاد مَُ ى تػ َ لَ دِّ ع لَ لَّا ص مُ الللَّا
28 Hadits riwayat al-Bukhari. 29 Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim.
30 Hadits riwayat al-Bukhari.
45
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
َ يمِاىَ ْ بػِ ى إ َ لَ ع َتْ َ ارَ ا ب َ مَ ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى آؿ َ لَ عَ وٍ لَّاد مَُ ى
تػ َ لَ ع ْ ؾِارَ بَ 31 و
Riwayat Kelima: ٍ
لَّاد مَُ ى تػ َ لَ ع ْ ؾِارَ بَ وَيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى آؿ َ لَ ع َتْ لَّاي لَ ا
ص َ مَ ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى آؿ َ لَ عَ وٍ
لَّاد مَُ ى تػ َ لَ دِّ ع لَ لَّا ص مُ الللَّا
ٌ يدَِ تغٌيدَِ تز َلَّاك ِ إ َ ِ مَالَ عْ ال ِ َيمِاىَ ْ بػِ إ ِ ى آؿ َ لَ ع َتْ َ ارَ ا ب َ
مَ ٍ لَّاد مَُ تػ ِ ى آؿ َ لَ عَ 32 و
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum
menyebut nama nabi?
Jawaban: قاؿ اتضنفية وال افعية :تندب السيادة لمحمد في الصلوات الإب اىيمة؛
لأف ز ادة الإخبار بالواقع ع سلوؾ الأدب،
ف و أفضل من الل م صل على سيد ا تػمد « : فك ب موضوع .وعليو :أ مل الصلاة على النبِ وآلو »لا
تسودوني في الصلاة« ت و .وأما خبر وعلى آؿ
سيد ا تػمد، ما صليت على سيد ا إب اىيم
وعلى آؿ سيد ا إب اىيم، وبارؾ على سيد ا تػمد وعلى آؿ سيد ا تػمد، ما .
»بار ت على سيد ا إب اىيم، وعلى آؿ سيد ا إب اىيم في العاتظ ، إ ك تزيد تغيد
Mazhab Hanafi dan Syafi’i: Dianjurkan mengucapkan Sayyidina pada Shalawat
Ibrahimiyah, karena memberikan tambahan pada riwayat adalah salah satu bentuk
adab, maka lebih utama dilakukan daripada ditinggalkan. Adapun hadits yang
mengatakan: “Janganlah kamu menyebut Sayyidina untukku”. Ini adalah hadits
palsu. Maka shalawat yang sempurna untuk nabi dan keluarganya adalah: اللهم صل
على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا
إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم،
وعلى آل سيدنا 33إبراهيم في العالمين، إنك
حميد مجيد
Beberapa dalil menyebut Sayyidina sebelum nama Rasulullah
Saw:
Memanggil nabi tidaklah sama seperti menyebut nama orang
biasa, demikian disebutkan Allah Swt: “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul
diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)”.
(Qs. An-Nur [24]: 63). Ini adalah perintah dari Allah SWT, meskipun perintah
ini bukan perintah yang mengandung makna wajib, akan tetapi minimal tidak
kurang dari sebuah anjuran,
31 Hadits riwayat al-Bukhari. 32 Hadits riwayat Muslim. 33 Syekh Wahbah
az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/94.
46
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
dan mengucapkan Sayyidina Muhammad adalah salah satu bentuk
penghormatan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman :
ُ وْ تَ ادَ نَ فػ ُ
ةَ كِ ئَ لاَ مْال َ وُ ىَ و ٌ مِائَ ق ي دِّ لَ صُ ِ في ِ
ابَ ْحِ مْال لَّا فَ أ َ الللَّاو
َ ؾُ دَِّ بُ ػ َ ْحَ يِ ب ا ً دِّق دَصُ م ٍ ةَ مِ لَ كِ ب َ نِ م
ِ الللَّاو ا ً دِّد يَ سَ و ا ً ورُصَ َ و ا ًّ يِ بَ َ و َ نِ م
َ )39( ِِ الصلَّااتض
“Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran
(seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah,
menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu)”. (Qs. Al ‘Imran *3+: 39). Jika
untuk nabi Yahya as digunakan kata *اً دِّد يَ سَ و ], mengapa tidak boleh
digunakan untuk Nabi Muhammad Saw yang Ulul’Azmi dan memiliki keutamaan
lainnya.
Adh-Dhahhak berkata
dari Ibnu Abbas, “Mereka mengatakan, ‘Wahai Muhammad’, dan ‘Wahai Abu
al-Qasim’. Maka Allah melarang mereka mengatakan itu untuk mengagungkan
nabi-Nya”. Demikian juga yang dikatakan oleh Mujahid dan Sa’id bin Jubair.
Qatadah berkata, “Allah memerintahkan agar menghormati nabi-Nya, agar
memuliakan dan mengagungkannya serta menggunakan kata Sayyidina”. Muqatil
mengucapkan kalimat yang sama. Imam Malik berkata dari Zaid bin Aslam, “Allah
memerintahkan mereka agar memuliakan Nabi Muhammad SAW”34.
Adapun beberapa dalil dari hadits, dalam hadits berikut ini
Rasulullah SAW menyebut dirinya dengan lafaz Sayyid di dunia, beliau juga
mengingatkan akan kepemimpinannya di akhirat kelak dengan keterangan yang jelas
sehingga tidak perlu penakwilan, berikut ini kutipannya:
1. Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
اَ َ أ ُ دِّد يَ
س ِ دَ لَ و َ ـَآد
َ ـْ وَ ػ ِ ةَامَ يِ ْ ال “Aku adalah
Sayyid (pemimpin) anak cucu (keturunan) Adam pada hari kiamat”35. Dalam riwayat
lain dari Abu Sa’id Al Khudri dengan tambahan,
َ لاَ و َ ْخَ ف “Bukan keangkukan”36. Dalam riwayat lain
dari Abu Hurairah, اَ َ أ ُ دِّد يَ س
ِ النلَّااس َ ـْ وَ ػ ِ ةَامَ يِ ْ ال “Aku adalah pemimpin manusia
pada hari kiamat”37.
34 Tafsir Ibnu Katsir: 3/306. 35 HR. Muslim (5899), Abu Daud (4673) dan
Ahmad (2/540). 36 HR. Ahmad (3/6), secara panjang lebar. At-Tirmidzi (3148),
secara ringkas. Ibnu Majah (4308). 37 HR. Al Bukhari (3340), Muslim (479),
At-Tirmidzi (2434), Ahmad (2/331), Ibnu Majah (3307), Asy- Syama’il (167), Ibnu
Abi Syaibah (11/444), Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid, hal.242-244, Ibnu Hibban
(6265), Al Baghawi (4332), An-Nasa’i dalam Al Kubra, Tuhfat Al Asyraf
(10/14957).
47
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
2. Dari Sahl bin Hunaif, ia berkata, “Kami melewati aliran
air, kami masuk dan mandi di dalamnya, aku keluar dalam keadaan demam, hal itu
disampaikan kepada Rasulullah SAW, beliau berkata, ‘Perintahkanlah Abu Tsabit
agar memohon perlindungan’. Maka aku katakan, اَ ي ِ دِّد يَ س ى َ قُّ الَ و ٌ ةَِ اتضَ ص ‘Wahai tuanku, bukankah ruqyah
lebih baik’. Beliau menjawab, َ لا َ ةَ
يْ قػُ ر لَّا لاِ إ ِ في ٍ
سْ فَ ػ ْ وَ أ ٍ ةَُ تز
ْ وَ أ ٍ ةَ اْ دَ ل ‘Tidak ada
ruqyah kecuali pada jiwa atau demam panas atau sengatan (binatang berbisa)’.”38
Perhatian, dalam hadits ini Sahl bin Hunaif memanggil Rasulullah SAW dengan
sebutan Sayyidi dan Rasulullah SAW tidak mengingkarinya. Ini adalah dalil
pengakuan dari Rasulullah SAW. Tidak mungkin Rasulullah SAW mengakui suatu
perbuatan shahabat yang bertentangan dengan syariat Islam.
3. Terdapat banyak riwayat yang shahih yang menyebutkan
lafaz Sayyidi yang diucapkan para shahabat. Diantaranya adalah hadits yang
diriwayatkan Aisyah dalam kisah kedatangan Sa’ad bin Mu’adz untuk memimpin di
Bani Quraizhah, Aisyah berkata: وا ُ
ومُ ق َ لذِ إ ِ دِّد يَ س ُ هْ وُ لَ لْ ػَ َ م ف “Berdirilah kamu untuk (menyambut)
pemimpin kamu”, mereka menurunkannya”39. Al Khaththabi berkata dalam penjelasan
hadits ini, “Dari hadits ini dapat diketahui bahwa ucapan seseorang kepada
sahabatnya, “Ya sayyidi (wahai tuanku)” bukanlah larangan, jika ia memang baik
dan utama. Tidak boleh mengucapkan itu kepada seseorang yang jahat”. Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id Al Khudri,
ia berkata, واُومُ ق ْ مُ ِ دِّد يَ سِ ل
“Berdirilah kamu untuk (menyambut) pemimpin kamu”. Tanpa lafaz, “mereka
menurunkannya”40. Berdiri tersebut adalah untuk menghormati Sa’ad RA, bukan
karena ia sakit. Jika mereka berdiri karena ia sakit, maka tentunya ucapan yang
dikatakan kepadanya adalah, “Berdirilah kamu untuk menyambut orang yang sakit”,
bukan “Berdirilah kamu untuk menyambut pemimpin kamu”. Yang diperintahkan untuk
berdiri hanya sebagian mereka saja, bukan semuanya.
4. Diriwayatkan dari Abu Bakarah, ia berkata, “Aku melihat
Rasulullah SAW, Al Hasan bin Ali berada di sampingnya, saat itu ia menyambut
beberapa orang, beliau berkata, لَّا فِ
إ ِ ني ا ْاب َ َ ى ٌ دِّد يَ س
لَّا لَ عَ لَ و َ الللَّاو ْ فَ أ
َ حِ لْ صُ ِ وِ ب َْ َ بػ
ِْ َ تػَ ئِ ف ِْ َ تػَ يمِ ظَ
ع ْ نِ م
َ ِ مِ لْ سُ مْال
38 HR. Ahmad (3/486), Abu Daud (3888), An-Nasa’i dalam ‘Amal Al Yaum wa
Al-Lailah (257), Al Hakim (4/413), ia berkata, “Hadits shahih”, disetujui oleh
Adz-Dzahabi. 39 HR. Ahmad dengan sanad yang shahih (3/22), Al Bukhari (3043),
dalam Al Adab Al Mufrad (945), Muslim (4571) dan Abu Daud (5215). 40 HR. Al
Bukhari (3043), Abu Daud (5215) dan Ahmad (3/22).
48
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga
dengannya Allah mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin”41.
5. Umar bin Al Khaththab RA berkata, وُ بَ أ ٍ ْ كَ ب ا َ ُ دِّد يَ س َ َ تْ عَ أَ و ا َ َ دِّد يَ س ِ نيْ عَ ػ
ً لاَ لاِ ب
“Abu Bakar adalah pemimpin kami, ia telah membebaskan
pemimpin kami”, yang ia maksudkan adalah Bilal42.
6. Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan bahwa Ummu Ad-Darda’
berkata, ِ نيَ لَّاث دَ ي ِ دِّد يَ س و ُ بَ أ ِ اءَ دْ الدلَّار “Tuanku Abu Ad-Darda’
memberitahukan kepadaku, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ُ اءَ عُ د
ِ خَالأ ِ وْ يِ خَلأ ِ ْ َظِ ب ِ بْ يَ
ْال ٌ ابَ َ تْ سُ م “Doa seseorang untuk saudaranya tanpa
sepengetahuannya itu adalah doa yang dikabulkan”43.
7. Rasulullah SAW bersabda,
ُ نَسَْاتض ُْ َسُْاتضَ و ا َ دِّد
يَ س ِ ابَ بَ ش ِ لْ ىَ أ
ِ نلَّاةَْاتص “Al Hasan dan Al Husein adalah dua pemimpin pemuda penghuni
surga”44.
8. Rasulullah SAW bersabda,
و ُ بَ أ ٍ ْ كَ ب
ُ َ مُ عَ و ا َ دِّد يَ س ِ وؿُ
ُ ِ لْ ىَ أ ِ
نلَّاةَْاتص ْ نِ م َ ِ لَّال وَْ
الأ َ نِ ِ خْ الآَ و ا َ م َ لاَ خ
َ دِّ يِالنلَّاب َ ِ لَ سْ ُ
مْالَ و
“Abu Bakar dan Umar adalah dua pemimpin orang-orang tua
penghuni surga dari sejak manusia generasi awal hingga terakhir, kecuali para
nabi dan rasul”45.
9. Rasulullah SAW bersabda, ُ مْ يِ لَْ تضَ ا ٌ دِّد يَ س
ِ في ا َ يْ ػُّ الد ٌ دِّد يَ سَ
و ِ في
ِ ةَ ِ الآخ “Orang yang sabar itu menjadi pemimpin di dunia dan
akhirat”46.
41 HR. Al Bukhari (3/31) dan At-Tirmidzi (3773). 42 HR. Al Bukhari
(3/32). 43 HR. Muslim (15/39). 44 HR. At-Tirmidzi (3768), ia berkata, “Hadits
hasan shahih”. Imam As-Suyuthi memberikan tanda hadits shahih. 45 HR.
At-Tirmidzi (3664).
49
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
10. Rasulullah SAW berkata kepada Fathimah Az-Zahra’
RA,
اَ مَ أ َْ ِضْ َ تػ ْ فَ أ
ِْ نيْ وُ كَ ت َ ةَ دِّد يَ
س ِ اءَسِ ِ نلَّاةَْاتص “Apakah engkau tidak mau
menjadi pemimpin wanita penduduk surga”47.
11. Al Maqburi berkata, “Kami bersama Abu Hurairah, kemudian
datang Al Hasan bin Ali, ia mengucapkan salam, orang banyak membalasnya, ia pun
pergi, Abu Hurairah bersama kami, ia tidak menyadari bahwa Al Hasan bin Ali
datang, lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah Al Hasan bin Ali mengucapkan
salam”, maka Abu Hurairah menjawab, َ كْ
يَ لَ عَ و ا َ ي ِ دِّد يَ س
“Keselamatan juga bagimu wahai tuanku”. Mereka berkata kepada Abu Hurairah,
“Engkau katakan ‘Wahai tuanku’?”. Abu Hurairah menjawab, ُ دَ ْشَ أ
ّ فَ أ َ وؿُ سَ ر ِ الللَّاو ى لَّا لَ ص ُ الللَّاو
ِ وْ يَ لَ ع َ لَّام لَ سَ و َ ؿَ قا “Aku bersaksi bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ُ لَّاو ِ إ ٌ دِّد يَ س“Ia –Al Hasan bin Ali- adalah
seorang pemimpin”48.
Kata Sayyid dan
Sayyidah digunakan pada Fathimah, Sa’ad, Al Hasan, Al Husein, Abu Bakar, Umar
dan orang-orang yang sabar secara mutlak, dengan demikian maka kita lebih utama
untuk menggunakannya.
Dari dalil-dalil
diatas, maka jumhur ulama muta’akhkhirin dari kalangan Ahlussunnah waljama’ah
berpendapat bahwa boleh hukumnya menggunakan lafaz Sayyid kepada Nabi Muhammad
SAW, bahkan sebagian ulama berpendapat hukumnya dianjurkan, karena tidak ada
dalil yang mengkhususkan dalil-dalil dan nash-nash yang bersifat umum ini, oleh
sebab itu maka dalil-dalil ini tetap bersifat umum dan lafaz Sayyid digunakan
di setiap waktu, apakah di dalam shalat maupun di luar shalat.
Imam Ibnu ‘Abidin
berkata dalam kitab Hasyiahnya sesuai dengan pendapat pengarang kitab Ad- Durr,
Ibnu Zhahirah, Ar-Ramli Asy-Syafi’i dalam kitab Syarahnya terhadap kitab Minhaj
karya Imam Nawawi dan para ulama lainnya, menurutnya, “Yang paling afdhal
adalah mengucapkannya dengan lafaz Sayyid”.
Dalam kitab Al Adzkar
karya Imam Nawawi, halaman: 4 disebutkan, “Diriwayatkan kepada kami dari
As-Sayyid Al Jalil Abu Ali Al Fudhail bin ‘Iyadh, ia berkata, ‘Tidak
melaksanakan suatu amal karena orang banyak adalah perbuatan riya’, sedangkan
melaksanakan suatu amal karena orang banyak adalah syirik, keikhlasan akan
membuat Allah mengampunimu dari riya’ dan syirik itu’.” Kitab ini ditahqiq oleh
46
HR. As-Suyuthi dalam Al Jami’ Ash-Shaghir (3831). 47 HR. At-Tirmidzi (3781). 48
HR. Ath-Thabrani dalam Al Kabir (2596), para periwayatnya adalah para periwayat
yang tsiqah, Majma’ Az-Zawa’id (15049).
50
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Abdul Qadir Al Arna’uth, beliau juga melakukan takhrij
terhadap hadits-hadits yang terdapat dalam kitab ini. Pada bagian bawah,
halaman: 4, no.2, beliau berkata, “Di dalamnya terkandung hukum boleh
menggunakan kata Sayyid kepada selain Allah SWT. Ada pendapat yang mengatakan hukumnya makruh
jika dengan huruf alif dan lam ( دُ يِّ سَّ اَ ل ). Ini adalah dalil boleh
hukumnya menggunakan kata As-Sayyid kepada selain Allah SWT. Demikian
penjelasan dari Syekh Abdul Qadir Al Arna’uth dalam kitab Al Adzkar, cetakan
tahun 1971M, Dar Al Mallah.
Bagi orang yang
sedang melaksanakan shalat, pada saat tasyahhud dan pada saat membaca shalawat
Al Ibrahimiah, dianjurkan agar mengucapkan Sayyidina sebelum menyebut nama Nabi
Muhammad SAW. Maka dalam shalawat Al Ibrahimiah itu kita ucapan lafaz
Sayyidina. Karena sunnah tidak hanya diambil dari perbuatan Rasulullah SAW,
akan tetapi juga diambil dari ucapan beliau. Penggunaan kata Sayyidina
ditemukan dalam banyak hadits Nabi Muhammad SAW. Ibnu Mas’ud memanggil beliau
dalam bentuk shalawat, ia berkata, “Jika kamu bershalawat kepada Rasulullah
SAW, maka bershawalatlah dengan baik, karena kamu tidak mengetahui mungkin
shalawat itu diperlihatkan kepadanya”. Mereka berkata kepada Ibnu Mas’ud,
“Ajarkanlah kepada kami”. Ibnu Mas’ud berkata, “Ucapkanlah: لَّا مُ الللَّا ْ لَ
عْاج َ كَ تَ لاَص َ كَ تَْ تزَ رَ
و َ كِاتَ َ َ بػَ و ى َ لَ ع ِ دِّد يَ س
َ ِ لَ سْ ُ مْال ِ اـَ مِ إَ
و َ ِ لَّا تُ مْال ِ َ اتمَ خَ و َ دِّ
يِالنلَّاب ٍ لَّاد مَُ تػ َ ؾِ دْ
بَ ع َ كِولُ سَ رَ و
“Ya Allah, jadikanlah shalawat, rahmat dan berkah-Mu untuk
pemimpin para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, penutup para nabi, Nabi
Muhammad SAW hamba dan rasul-Mu …”49.
Dalam kitab Ad-Durr
Al Mukhtar disebutkan, ringkasannya, “Dianjurkan mengucapkan lafaz Sayyidina,
karena tambahan terhadap berita yang sebenarnya adalah inti dari adab dan sopan
santun. Dengan demikian maka menggunakannya lebih afdhal daripada tidak
menggunakannya. Disebutkan Imam Ar-Ramli Asy-Syafi’i dalam kitab Syarhnya
terhadap kitab Al Minhaj karya Imam Nawawi, demikian juga disebutkan oleh para
ulama lainnya.
Memberikan tambahan
kata Sayyidina adalah sopan santun dan tata krama kepada Rasulullah SAW. Allah
berfirman, “Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka
Itulah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al A’raf *7+: 157). Makna kata
At-Ta’zir adalah memuliakan dan mengagungkan50. Dengan demikian maka
penetapannya berdasarkan Sunnah dan sesuai dengan isi kandungan Al Qur’an.
Sebagian ulama berpendapat bahwa adab dan sopan santun kepada Rasulullah SAW
itu lebih baik daripada melaksanakan suatu amal. Itu adalah argumentasi yang
baik, dalil-dalilnya berdasarkan hadits- hadits shahih yang terdapat dalam
kitab Shahih Al Bukhari dan Muslim, diantaranya adalah ucapan Rasulullah SAW
kepada Imam Ali,
49 HR. Ibnu Majah dalam
As-Sunan (1/293). 50 Mukhtar
Ash-Shahhah, pembahasan kata: . ع ز ر
51
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ُ حْام َ وؿُ سَ
ر ِ الللَّاو . َ اؿَ ق : َ لا ِ الللَّاو َ و َ لا َ
وؾُْ تػَ أ ا ً دَ بَ أ “Hapuslah
kalimat, ‘Rasulul (utusan) Allah’.” Imam Ali menjawab, “Tidak, demi Allah aku
tidak akan menghapus engkau untuk selama-lamanya”51.
Ucapan Rasulullah SAW
kepada Abu Bakar,
اَ م َ كَ عَ نػَ
م ْ فَ أ
َ تُ بْ ثَ تػ ْ ذِ إ َ كُ تْ َ مَ أ َ اؿَ َ فػ و ُ بَ أ ٍ ْ كَ ب ا َ م َ افَ
ِ نْ بِ لا ِ بيَ أ َ ةَافَحُ ق
ْ فَ أ َ دِّي لَ صُ َْ َ بػ
ْ يَ دَ ِ وؿُ سَ ر ِ الللَّاو ى لَّا لَ ص ُ الللَّاو
ِ وْ يَ لَ ع َ لَّام لَ سَ و
“Apa yang mencegahmu untuk menetap ketika aku
memerintahkanmu?”. Abu Bakar menjawab, “Ibnu Abi Quhafah tidak layak
melaksanakan shalat di depan Rasulullah SAW”52.
Adapun hadits yang sering disebutkan banyak orang yang berbunyi, َ لا
ِْ نيْ وُ دِّد يَ سُ ت ِ في ِ ةَ الصلَّالا “Janganlah kamu menggunakan
kata Sayyidina pada namaku dalam shalat”. ini adalah hadits maudhu’ dan dusta,
tidak boleh dianggap sebagai hadits. Al Hafizh As-Sakhawi berkata dalam kitab
Al Maqashid Al Hasanah, “Hadits ini tidak ada asalnya”. Juga terdapat kesalahan
bahasa dalam hadits ini, karena asal kata ini adalah اَ اَ ا
دُ وْا دُ اَل jadi kalimat yang
benar adalah وْ نِ وْ دُ وْا دُ اَل
.53 Cukuplah demikian bagi orang yang
mau menerima dalil, walhamdulillah rabbil ‘alamin.
Jika menambahkan
Sayyidina itu dianggap menambah bacaan shalat, apakah menambah bacaan selain
yang ma’tsur (yang diajarkan Rasulullah Saw) itu membatalkan shalat? Imam Ibnu
Taimiah menyebutkan dalam Majmu’ Fatawa-nya:
ُ لَّاو بِ حَ تْ سَ
َْ لدُنلَّاوِكَ ؛ ل ِورُ ثْ َ مْ الِْ يرَ اِاءَ عُّالدِ بَ ةَ الصلَّالا
ْلِ طْ بُ ػ َْ لدُ لَّاو ِ َ د ف َْ تزَ
أ ِ ؿْ وَ قػ ُ يِ َْ ا تح َ َ ىَ و
Ini adalah tahqiq terhadap ucapan Imam Ahmad bin Hanbal,
sesungguhnya shalat tidak batal dengan doa yang tidak ma’tsur, akan tetapi Imam
Ahmad bin Hanbal tidak menganjurkannya54.
Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika
Tasyahhud?
Jawaban: اتظالكية قالوا
: ندب في الة اتصلوس للت د أف ع
د ما عدا السبابة والإ اـ تحت الإ اـ من
ده اليمنِ وأف يَد السبابة والإ اـ وأف
ؾ السبابة دائما يَينا وشِالا تح
كا وسطا اتضنفية قالوا : ير
بالسبابة من ده اليمنِ ف ط بِيث لو ا ت م طوعة أو عليلة لد ب يرىا من أصابع اليمنِ ولا اليس ى عند ا ت
ائو من الت د بِيث فع سبابتو عند في الألوىية عما سوى الله تعالذ ب ولو :لا إلو إلا الله و ضع ا عند إثبات الألوىية
لله و ده ب ولو :إلا الله فيكوف ال فع
إشارة إلذ النفي والوضع إلذ الإثبات
51 HR. Al Bukhari (7/499) dan Muslim (3/1409). 52 HR. Al Bukhari
(2/167), Fath Al Bari, Muslim (1/316). 53 Al Maqashid Al Hasanah, hal.463,
no.1292. 54 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/215.
52
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
اتضنابلة قالوا : ع د اتطنص
والبنص من ده و ل
ب امو مع الوسطى و ير بسبابتو في ت د ودعائو عند ذ لفظ اتصلالة ولا ا
ال افعية قالوا : بض تريع أصابع
ده اليمنِ في ت ده إلا السبابة وىي
التي تلي الإ اـ و ير ا عند قولو إلا الله و د رفع ا بلا تح
ك إلذ ال ياـ في الت د الأوؿ
والسلاـ في ال د الأخير اظ ا إلذ السبابة في تريع ذلك والأفضل قبض الإ
اـ بجنب ا وأف ضع ا على ط ؼ را تو
Mazhab Maliki: Dianjurkan ketika duduk Tasyahhud agar
menekuk jari jemari kecuali telunjuk dan jempol tangan sebelah kanan,
meluruskan telunjuk dan jempol, telunjuk ke arah bawah jempol, menggerakkan
jari telunjuk secara terus menerus ke kanan dan kiri dengan gerakan sedang.
Mazhab Hanafi: Menunjuk dengan jari telunjuk sebelah kanan
saja, andai terputus atau cacat tidak dapat digantikan jari yang lain dari jari
jemari tangan kanan dan kiri ketika berakhir Tasyahhud. Jari telunjuk diangkat
ketika menafikan tuhan selain Allah pada ucapan: [ لا إلو ], menurunkannya
kembali ketika menetapkan ketuhanan Allah pada lafaz: [إلا الله]. Dengan
demikian maka mengangkat telunjuk sebagai tanda menafikan (tuhan selain Allah)
dan menurunkan telunjuk sebagai tanda menetapkan (Allah sebagai Rabb yang
disembah).
Mazhab Hanbali: Menekuk jari kelingking dan jari manis,
melingkarkan jempol dan jari tengah, menunjuk dengan jari telunjuk pada
Tasyahhud dan doa ketika menyebut lafaz Allah tanpa menggerakkannya.
Mazhab Syafi’i: Menggenggam semua jari jemari tangan kanan,
kecuali telunjuk, menunjuk dengan telunjuk pada lafaz: [ إلا الله ], terus mengangkat
telunjuk tanpa menggerakkannya hingga berdiri pada Tasyahhud Awal dan hingga
salam pada Tasyahhud Akhir, dengan memandang ke arah jari telunjuk selama waktu
tersebut. Afdhal menggenggam jempol di samping telunjuk dan posisi jempol di
tepi telapak tangan55.
Pertanyaan 35:
Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir,
sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya, imam duduk Tawarruk,
bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Jawaban:
: ة جلوس اتظسبوؽ ّ
: ة :إذا جلس اتظسبوؽ مع الإماـ في آخ صلاة الإماـ ففيو أقواؿ ّافعيّ قاؿ ال : ؿّ ال وؿ الأو ّ , حيح اتظنصوص في الأـ ّ وىو الص ب وال لالر ّ
يّ وال اضي أبو الط ّ وبو قاؿ أبو امد
والبند ي ي : ً شاَِ ترْ فُ يَلس اتظسبوؽ م , و ليس بآخ صلاتو ّ لأ
. : انيّوالث للإماـً متابعةً ا دِّ
تورُ اتظسبوؽ يَلس م , افعيّ كاه إماـ اتض م
وال . : الثّوالث
, ؿ للمسبوؽ افترش ّ د الأو ّ
التّ اف جلوسو في تػل ّإف ,ؾّ تور ّوإلا د اتظتابعة فيتابع في اتعيئة ّ
, جلوسو
ينئ لمج ّلأف افعيّ كاه ال . Cara duduk bagi orang yang masbuq.
Mazhab Syafi’i berpendapat: apabila orang yang masbuq duduk
bersama imam di akhir shalat imam, maka dalam masalah ini ada beberapa
pendapat:
Pendapat pertama: Pendapat ash-Shahih yang tertulis secara
teks dalam kitab al-Umm (Karya Imam Syafi’i), ini juga pendapat Abu Hamid,
al-Bandaniji, al-Qadhi Abu Thayyib dan al-Ghazali: orang yang masbuq itu duduk
Iftirasy (duduk tasyahud awal), karena orang yang masbuq itu tidak berada di
akhir shalatnya.
Pendapat Kedua: orang yang masbuq itu duduk tawarruk (duduk
tasyahud akhir) mengikuti cara duduk imamnya. Pendapat ini diriwayatkan Imam
al-Haramain dan Imam ar-Rafi’i.
Pendapat Ketiga: jika duduk itu pada posisi tasyahhud awal
bagi si masbuq, maka si masbuq itu duduk iftirasy. Jika bukan pada posisi
tasyahud awal, maka si masbuq duduk tawarruk. Karena duduk si masbuq saat itu
hanya sekedar duduk mengikuti imam, maka masbuq mengikuti imam dalam bentuk
cara duduk imam, demikian diriwayatkan Imam ar-Rafi’i56.
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud,
apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk?
Jawaban: سواء أ اف
آخ صلاتو أـ لد ، ما وصفنا ً كوف مفترشا ، صفة اتصلوس ب الس دت
، صفة اتصلوس للت د الأخير عند
اتضنفية « ى الله عليو وسلم ّ بدليل د ث
أبي تزيد الساعدي في صفة صلاة رسوؿ الله صل ، كن ى الله عليو وسلم جلس ػ عني ّ أف النبِ صل )275/2 : (رواه البخاري،
وىو د ث صحيح سن ( يل الأوطار »للت د ػ فافترش رجلو اليس ى، وأقبل بصدر اليمنِ على
قبلتو « :وقاؿ وائل بن فلما جلس ػ عني للت
د ػ افترش رجلو ، ى الله عليو وسلم ّ لأ ظ ف إلذ صلاة رسوؿ ا لله صل ، قدمت
اتظد نة : (أخ جو الترم ي، وقاؿ : د ث سن
صحيح ( صب ال ا ة »اليس ى، ووضع ده اليس ى
على فخ ه اليس ى، و صب رجلو اليمنِ )273/2 :،
يل الأوطار419/1
56 Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah: 39/174.
54
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
وقاؿ اتظالكية : في
الت د الأوؿ والأخير ً « ومابعدىا) ، تظا
روى ابن مسعود 329/1 : يَلس متور ا(ال ح
الص ير ى الله ّ أف النبِ صل ً . )533/1 : (اتظ ني » عليو وسلم اف يَلس في وسط الصلاة وآخ ىا متور ا وقاؿ
اتضنابلة وال افعية : سن التورؾ في الت د
الأخير، وىو الافتراش، ولكن ج س
اه من ج ة يَينو و لص ور و بالأرض،
بدليل ، « :ما جاء في د ث أبي تزيد الساعدي ً وقعد على ش و متور ا ، لَّا
رجلو اليس ى أخ ، تَّ إذا ا ت ال عة التي تن ضي في ا صلاتو ( » ثُ سللَّام ً ا )
والتورؾ في الصلاة :ال عود 184/2 : ورواه البخاري تؼتص ( يل الأوطار ، وصححو الترم
ي ، رواه اتطمسة إلا النسائي على الورؾ اليس ى، والور اف :فوؽ الفخ ن
الكعب فوؽ العضد ن .لكن قاؿ
اتضنابلة : ٍ لا تورؾ في ت د الصبح؛ لأ و ليس بت د ، وما ليس فيو إلا ت د وا د لا اشتباه فيو ، وال ي تورؾ فيو النبِ
بِد ث أبي تزيد ىو الت د الثاني للف ؽ
ب الت
د ن ،ٍثاف فلا اجة إلذ الف ؽ . واتطلاصة :إف التورؾ في الت د الثاني سنة عند اتصم ور، وليس بسنة عند
اتضنفية . Mazhab Hanafi:
Bentuk duduk Tasyahhud Akhir menurut Mazhab Hanafi seperti
bentuk duduk antara dua sujud, duduk Iftirasy (duduk di atas telapak kaki
kiri), apakah pada Tasyahhud Awal atau pun pada Tasyahhud Akhir. Berdasarkan
dalil hadits Abu Humaid as-Sa’idi dalam sifat Shalat Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya Rasulullah Saw duduk –maksudnya duduk Tasyahhud-, Rasulullah Saw
duduk di atas telapak kaki kiri, ujung kaki kanan ke arah kiblat”. (Hadits
riwayat Imam al-Bukhari, hadits shahih hasan (Nail al-Authar: 2/275). Wa’il bin
Hujr berkata: “Saya sampai di Madinah untuk melihat Rasulullah Saw, ketika
beliau duduk –maksudnya adalah duduk Tasyahhud- Rasulullah Saw duduk di atas
telapak kaki kiri, Rasulullah Saw meletakkan tangan kirinya di atas paha kiri,
Rasulullah Saw menegakkan (telapak) kaki kanan”. (Hadits riwayat at-Tirmidzi,
ia berkata: “Hadits hasan shahih”. (Nashb ar-Rayah: 1/419) dan Nail al- Authar:
2/273).
Menurut Mazhab Maliki:
Duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada Tasyahhud
Awal dan Akhir. (Asy-Syarh ash-Shaghir:
1/329 dan setelahnya). Berdasarkan riwayat Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya
Rasulullah Saw duduk di tengah shalat dan di akhir shalat dengan duduk Tawarruk
(pantat menempel ke lantai). (al-Mughni: 1/533).
Menurut Mazhab Hanbali dan Syafi’i:
Disunnatkan duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada
Tasyahhud Akhir, seperti Iftirasy (duduk di atas telapak kaki kiri), akan
tetapi dengan mengeluarkan kaki kiri ke arah kanan dan pantat menempel ke
lantai. Berdasarkan dalil hadits Abu Humaid as-Sa’idi: “Hingga ketika pada
rakaat ia menyelesaikan shalatnya, Rasulullah Saw memundurkan kaki kirinya,
Rasulullah Saw duduk di atas sisi kirinya dengan pantat menempel ke lantai,
kemudian Rasulullah Saw mengucapkan salam”. (diriwayatkan oleh lima Imam kecuali an-Nasa’i. Dinyatakan
shahih oleh at-Tirmidzi. Diriwayatkan al-Bukhari secara ringkas. (Nail
al-Authar: 2/184). Duduk Tawarruk (menempelkan pantat ke lantai) dalam shalat
adalah: duduk dengan sisi pantat kiri menempel ke lantai. Makna al-Warikan
adalah: bagian pangkal paha, seperti dua mata kaki di atas dua otot.
55
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pendapat Mazhab Hanbali:
Akan tetapi tidak duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai)
pada duduk Tasyahhud dalam shalat Shubuh, karena duduk itu bukan Tasyahhud
Kedua. Rasulullah Saw duduk Tawarruk berdasarkan hadits Abu Humaid adalah pada
Tasyahhud Kedua, untuk membedakan antara dua Tasyahhud (Tasyahud Pertama dan
Tasyahhud Kedua/Akhir). Adapun shalat yang hanya memiliki satu Tasyahhud, maka
tidak ada kesamaran di dalamnya, maka tidak perlu perbedaan.
Kesimpulan: duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada
Tasyahhud Kedua adalah Sunnat menurut jumhur ulama, tidak sunnat menurut Mazhab
Hanafi57.
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam?
Jawaban:
ِ يمِ لْ التلَّاس َ وِ دُّ َ
التلَّا َْ َ بػ ُوؿُ َ ا ػ َ
م «
ُ تْ فَ ْ سَ ا أ َ مَ و ُتْ نَ لْ عَ ا أ َ مَ و ُتْ رَ ْ سَ ا أ َ مَ و
ُتْ لَّا خَ ا أ َ مَ و ُتْ لَّام دَ ا ق َ م ِ لذ ْ ِ فْ لَّا اا مُ الللَّا دِّ نِِ مِ وِ بُ مَ لْ عَ أ َتْ َ ا أ َ مَ و َ تْ َ لالَّا أ ِ إَ وَ لِ إَ لا ُ دِّ خَ ُ
مْ ال َتْ َ أَ وُ دِّـ دَ ُ مْ ال َتْ َ .» أ Antara Tasyahhud dan Salam,
Rasulullah Saw mengucapkan:
“Ya Allah, ampunilah aku, dosa yang telah lalu dan dosa
belakangan, dosa yang telah aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, perbuatan
berlebihanku, dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku, Engkaulah yang
Pertama dan Engkaulah yang terakhir. Tiada tuhan selain Engkau”. (HR.
Muslim).
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Jawaban:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ اؿَ ق َ اؿَ قَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - « َ نلَّامَ َ ج ِابَ َ ع ْ نِ م َكِ بُوذُ عَ
دِّ أ نِِّ لَّا إ مُ الللَّا ُوؿُ َ ػ ٍ عَ بْ رَ أ ْ نِ مِ الللَّاو ِ ب ْ ِ عَ تْ
سَ يْ لَ فػ ْ مُ ُ دَ َ أ َ لَّاد َ َ ا ت َ ذِ إ ِ لَّااؿ الدلَّاج ِيحِ سَ مْ الِ ةَ نْ تػِ
دِّ ف َ ش ْ نِ مَ و ِاتَ مَ مْالَ ا و َ يْ حَ مْ الِ ةَ نْ تػِ ف ْ نِ مَ وِْ
برَ ْ ال ِابَ َ ع ْ نِ مَ .» و Dari Abu Hurairah , ia
berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu bertasyahhud,
maka mohonlah perlindungan dari empat:
57 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/44.
56
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka
Jahannam, dari azab kubur, dari azab hidup dan mati dan dari kejelekan azab
al-Masih Dajjal”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?
Jawaban: ،وأ ملو وىو السنة أف وؿ :( السلاـ عليكم ورتزة »عليكم« : أقل ما يَلئ في واجب السلاـ م ت عند اتضنفية :السلاـ، دوف قولو ا لله ) م ت . و
نوي الإماـ بالتسليمت السلاـ على من يَينو
و ساره من اتظلائكة ومسلمي الإ س واتصن .و سن عدـ الإطالة في لفظو والإس اع فيو
تضد ث أبي ى ة عند أتزد وأبي داود
:( ؼ التسليم سنة ) قاؿ ابن اتظبارؾ : ً
معناه ألا يَد مدا . وأقل ما يَلئ عند ال افعية واتضنابلة :( السلاـ عليكم ) م ة
عند ال افعية، وم ت عند اتضنابلة وأ ملو
:( السلاـ عليكم ورتزة ا لله ) ية : وفي
الثا ، في الأولذ تَّ ى خده الأيَن ًملتفتا ،ً وشِالاً م ت يَينا السلاـ على من عن يَينو و ساره من ملائكة
ً او ا ، الأ س وإ س وجن .ن ز ادة على ما
سب السلاـ على اتظ تد .وىم
نووف ال د عليو وعلى من سلم علي م من اتظ موم ، ً و نوي الإماـ أ ضا فينو و
اتظ تدوف عن يَ الإماـ عند ال افعية
بالتسليمة الثا ية، ومن عن ساره بالتسليمة
الأولذ .وأما من خلفو وأمامو فينوي ال د ب ي التسليمت شاء . « :ودليل ذلك د ث تش ة بن جندب قاؿ وأف سلم بعضنا ، وأف تحاب ، ى الله عليو وسلم أف د على الإماـ ّ أم ا رسوؿ ا لله صل . ) (رواه أتزد وأبو داود »على
بعض وقاؿ اتضنفية : نوي اتظ موـ ال د على الإماـ في التسليمة الأولذ إف اف في ج ة اليم ، وفي التسليمة الثا ية إف اف في ج ة اليسار، وإف اذاه
واه في التسليمت .وتسن ية اتظنف د اتظلائكة ف ط . ولا ندب ز ادة ( وب اتو ) على اتظعتمد عند ال افعية واتضنابلة،
ودليل م تف مع دليل اتضنفية :وىو د ث ابن مسعود وايره ساره « :اتظت دـ ى الله
عليو وسلم اف سلم عن يَينو وعن :السلاـ عليكم ورتزة ا لله ، السلاـ عليكم
ورتزة الله، تَّ ّ أف النبِ صل ى بياض خده
ُ » . ف ف كس السلاـ ف اؿ :( عليكم السلاـ ) لد يَله عند
ال افعية واتضنابلة .والأصح عندىم ألا يَل و :( سلاـ عليكم ). Mazhab Hanafi:
Minimal ucapan salam yang sah adalah dua kali ucapan [ السلاـ ] (ke kiri dan ke
kanan). Tanpa ucapan [ عليكم ]. Yang sempurna, itulah menurut Sunnah adalah
ucapan: [ ] السلاـ عليكم ورتزة ا لله dua
kali ke kiri dan ke kanan). Dalam kedua salam itu imam berniat mengucapkan
salam untuk yang berada di sebelah kanan dan kirinya dari kalangan malaikat,
kaum muslimin, manusia dan jin. Dianjurkan agar tidak terlalu panjang dan tidak
terlalu cepat dalam pengucapannya, berdasarkan hadits Abu Hurairah dalam Musnad
Ahmad dan Sunan Abi Daud: “Menghapus salam itu adalah Sunnah”. Ibnu al- Mubarak
berkata: “Maknanya adalah tidak terlalu panjang (menggunakan madd)”.
57
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Mazhab Syafi’I dan Hanbali: Minimal salam yang sah adalah [
السلاـ عليكم ], satu kali menurut Mazhab Syafi’i. Dua kali menurut Mazhab
Hanbali. Salam yang sempurna adalah: *السلاـ عليكم ورتزة ا لله], dua kali; ke
kanan dan ke kiri. Pada salam pertama dengan cara menoleh hingga terlihat pipi
sebelah kanan. Pada salam yang kedua hingga terlihat pipi sebelah kiri. Dengan
berniat mengucapkan salam kepada yang berada di sebelah kanan dan kiri dari
kalangan malaikat, manusia dan jin. Imam juga berniat menambah ucapan salam
kepada para ma’mum. Para ma’mum juga berniat
membalas ucapan salam imam dan para ma’mum lain yang mengucapkan salam. Mazhab
Syafi’i: Ma’mum sebelah kanan imam berniat pada salam kedua dan ma’mum di
sebelah kiri imam berniat pada salam pertama. Adapun ma’mum yang berada di
belakang dan selanjutnya berniat sesuai keinginan mereka. Dalilnya adalah
hadits Samurah bin Jundub, ia berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan kami
membalas ucapan salam imam, agar kami berkasih sayang, agar sebagian kami mengucapkan
salam kepada yang lain”. (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Mazhab Hanafi: Ma’mum berniat membalas salam imam pada salam
pertama jika ia berada di sebelah kanan imam, pada salam kedua jika ia berada
di sebelah kiri imam, jika ma’mum berada sejajar dengan imam maka ia berniat
pada kedua salam tersebut. Orang yang shalat sendirian sunnat berniat untuk
malaikat saja. Tidak dianjurkan menambah kalimat [ وب اتو +, demikian menurut pendapat yang
mu’tamad menurut Mazhab Syafi’I dan Hanbali. Dalil mereka sama dengan dalil
Mazhab Hanafi, yaitu hadits Ibnu Mas’ud dan lainnya diatas: “Sesungguhnya
Rasulullah Saw mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri dengan lafaz: [ السلاـ
عليكم ورتزة الله+, hingga terlihat putih pipinya”. Jika seseorang membalik
salam [ عليكم السلاـ +, maka tidak sah menurut Mazhab Syafi’I dan Hanbali.
Menurut pendapat al-Ashahh tidak sah ucapan [ ] سلاـ عليكم 58.
Pertanyaan 40: Ke arah manakah arah duduk imam setelah
salam?
Jawaban:
Sisi kanan tubuh mengarah ke ma’mum, sisi kiri ke arah
kiblat, berdasarkan hadits: ِ الللَّاو ِ
وؿُ سَ ر َفْ لَ ا خ َ نْ لَّايػ لَ ا ص َ ذِ نلَّاا إ ُ َ اؿَ قِ اءَ َ بػْ الِ نَ ع-صلى الله عليو
وسلم - ِ وِ ْجَ وِ ا ب َ نْ يػَ لَ عُلِ بْ ُ
ػ ِ وِينَِ يَ ْ نَ ع َوفُ كَ ْ فَ
ا أ َ نْ بػَ بْ َ أ - َ اؿَ ق - ُ وُ تْ عِ مَسَ ف ُ وؿُ َ « ػ ُ ثَ عْ بػَ تػَ ـْ وَ ػ َكَابَ َ ع ِ نِِ بدِّ ق َ ر - ُ عَ مَْ تج ْ
وَ أ - َ ؾَادَ بِ .» ع
58
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/50.
58
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Dari al-Barra’, ia berkata: “Apabila kami shalat di belakang
Rasulullah Saw, kami ingin agar kami berada di sebelah kanan beliau, maka
beliau menghadap ke arah kami dengan wajahnya. Saya mendengar Rasulullah Saw
mengucapkan: ُ ثَ عْ بػَ تػَ ـْ وَ ػ َكَابَ َ ع ِ نِِ بدِّ ق َ ر - ُ عَ مَْ تج ْ
وَ أ - َ ؾَادَ بِ ع
“Ya Tuhanku, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Engkau
bangkitkan –kumpulkan- hamba-hamba- Mu”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya
membaca di dalam hati, atau dilafazkan?
Jawaban:
Rasulullah Saw tidak hanya mengucapkan di dalam hati, akan
tetapi beliau melafazkannya, ini berdasarkan hadits: ُِّ النلَّابِ َافَ َ تدِّ أ َ رَ الأِ نْ ب ِ
لَّااب بَِ تط ُتْ لُ قػ َ اؿَ قٍ َ مْ عَ م ِ بََ أ ْ نَ ع -صلى الله عليو
وسلم - ْ مَ عَ ػ َ اؿَ قِ ْصَ عْالَ وِ ْ ُّ الظ ِ ُ أَ ْ َ ػ . دِّ ىَ ِ ب ُتْ لُ قػ َ اؿَ ق ِ
وِ تَ يِْ تض ِابَ ِ طْاضِ ب َ اؿَ قُ وَ تَاءَ ِ ق َوفُ مَ لْ عَ تػ ْ مُ تْ
نُ ٍ ءْ ىَ ش.
Dari Abu Ma’mar, ia berkata: “Saya bertanya kepada Khabbab
bin al-Arts, ‘Apakah Rasulullah Saw membaca pada shalat Zhuhur dan ‘Ashr?”.
Khabbab bin al-Arts menjawab: “Ya”. Saya bertanya: “Bagaimana kamu mengetahui
bacaan Rasulullah?”. Khabba bin al-Arts menjawab: “Dari goyang jenggotnya”.
(HR. al-Bukhari).
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Jawaban:
والطم ينة :و : رفعو عن ىو .وأقل ا ً أو سكوف ب ت
بِيث نفصل مثلا ، سكوف بعد ة ً أف تست
الأعضاء في ال وع مثلا بِيث نفصل ال فع عن اتعوي ما قاؿ ال افعية .وذلك ب در ال الواجب ل ا
ه، وأما الناسي فب در أدنِّ سكوف،
ما قاؿ بعض اتضنابلة، والصحيح من اتظ ىب :أنها السكوف وإف قل .أو ىي
تسك اتصوارح قدر تسبيحة في ال وع والس ود، وال فع من ما، ما قاؿ اتضنفية. اتظالكية ما قاؿ ، اف الصلاة . ما في تريع أر ً أو ىي است ار الأعضاء زمنا Thuma’ninah adalah tenang
setelah satu gerakan. Atau tenang setelah dua gerakan, kira-kira terpisah
antara naik dan turun. Minimal Thuma’ninah adalah anggota tubuh merasa tenang,
misalnya ketika ruku’, kira-kira terpisah antara naik dan turun, sebagaimana
pendapat Mazhab Syafi’i. Dapat diukur dengan kadar ingatan wajib bagi orang
yang mengingat. Adapun orang yang lupa kira-kira pada kadar minimal tenang,
sebagaimana pendapat sebagian Mazhab Hanbali. Pendapat Shahih menurut mazhab
adalah: tenang, meskipun sejenak. Atau tenangnya anggota tubuh kira-kira satu
tasbih pada ruku’ dan
59
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
sujud, dan bangun dari ruku’ dan sujud, demikian menurut
pendapat Mazhab Hanafi. Atau tenangnya anggota tubuh pada waktu tertentu dalam
semua rukun shalat, sebagaimana pendapat Mazhab Maliki.
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada
thuma’ninah?
Jawaban:
Tidak sah, karena Rasulullah Saw memerintahkan agar orang
yang tidak thuma’ninah mengulangi shalatnya.
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ رَ دِّى و لَ صُ
َ دِ ْسَ مْ الَلَ خَ دًلاُ جَ لَّا ر فَ أَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع
-صلى الله عليو وسلم - ُ وَ ل َ اؿَ َ فػِ
وْ يَ لَ عَ لَّام لَ سَ فَاءَ َ ف ، ِ دِ ْسَ مْ الِ ةَ يِ اَ ِ « دِّ لَصُ تَْ لد َلَّاك ِ َ ف ، دِّ لَصَ ف
ْ عِ جْ . » ار َ اؿَ َ فػَ لَّام لَ لَّا
س ُ ثُ ، لَّاى لَ صَ فَ عَ جَ َ « فػ دِّ
لَصُ تَْ لد َلَّاك ِ َ ف ، دِّ لَصَ ف ْ عِ جْ ار ، َكْ يَ لَ عَ . » و ِ نِْ مِ لْ عَ َ فِ ةَ ثِ الثلَّاال
ِ َ اؿَ ق . َ اؿَ ، « ق اً عِ اَ لَّا ر نِ ئَ مْطَ لَّا ت
تََّ ْ عَ ْ لَّا ار ُ ثُ ، ِآفْ ُ ْ ال َ
نِ م َكَ عَ م َ سلَّاَ يَ ا تػ َِ بِْ أَ ْاقػَ و ، ْ دِّ بػَ كَ فَ ةَ لْ بػِ ْ
ال ِ لِ بْ َ تػْ لَّا اس ُ ثُ ، َوءُضُ وْ ال ِ غِ بْ سَ َ فِ ةَ الصلَّالا َ لذِ
إ َتْ مُ ا ق َ ذِ إ لَّا نِ ئَ مْطَ لَّا ت تََّ
ْ دُ ْ لَّا اس ُ ثُ ، اًسِالَ لَّا ج نِ ئَ مْطَ تَ و َىِ وَ تْ سَ لَّا ت
تََّ ْ عَ فْ لَّا ار ُ ا ثُ ً دِ اجَ س ،
لَّا نِ ئَ مْطَ لَّا ت تََّ ْ دُ ْ لَّا
اس ُ ثُ ، اً مِائَ ق َ ؿِ دَ تْ عَ لَّا تػ تََّ
َكَ سْ أَ ر ْ عَ فْ لَّا ار ُ ثُ اَ دِّ لُ َكِ تَلاَ ص ِ
َكِ لَ ذْلَ عْ لَّا افػ ُ ثُ ، اً مِائَ ق َىِ وَ تْ سَ لَّا ت تََّ ْ عَ فْ لَّا ار ُ ثُ ، اً دِ اجَ . » س
Dari Abu Hurairah, seorang laki-laki masuk ke dalam masjid,
ia melaksanakan shalat, Rasulullah Saw berada di sudut masjid. Rasulullah Saw
datang, mengucapkan salam kepadanya dan berkata: “Kembalilah, shalatlah,
sesungguhnya engkau belum shalat”. Ia kembali dan melaksanakan shalat.
Rasulullah Saw berkata: “Engkau mesti kembali, shalatlah, sesungguhnya engkau
belum shalat”. Pada kali yang ketiga, ia berkata: “Ajarkanlah kepada saya”.
Rasulullah Saw berkata: “Jika engkau akan melaksanakan shalat, maka
sempurnakanlah wudhu’, kemudian menghadaplah ke kiblat, bertakbirlah. Bacalah
apa yang mudah bagimu dari al-Qur’an. Kemudian ruku’lah hingga engkau
thuma’ninah dalam keadaan ruku’. Kemudian angkat kepalamu hingga engkau tegak
sempurna. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma’ninah sujud. Kemudian bangunlah
hingga engkau thuma’ninah duduk. Kemudian sujudlah hingga engkau thuma’ninah
sujud. Kemudian bangunlah hingga engkau duduk sempurna. Kemudian lakukanlah
seperti itu dalam semua shalatmu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh?
Jawaban:
Mazhab Hanafi dan Hanbali: Tidak ada Qunut pada shalat Shubuh.
Mazhab Maliki: Ada
Qunut pada shalat Shubuh, dibaca sirr, sebelum ruku’.
Mazhab Syafi’i: Ada
Qunut pada shalat Shubuh, setelah ruku’.
60
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut
Shubuh?
Jawaban:
Hadits Pertama:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َتَ نَ قػْلَ ى ٍسَ َ لأ ُتْ لُ قػ َ اؿَ قٍ لَّاد مَُ تػ ْ نَ ع-صلى الله عليو
وسلم -ا ً يرِ سَ ِوعُ ُّ ال َ دْ عَ بػ ْ مَ عَ ػ َ اؿَ ق ِ حْ بُّ الصِ ةَلاَ ص ِ . Dari Muhammad , ia
berkata: “Saya bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah Saw membaca
Qunut pada shalat Shubuh?”. Ia menjawab: “Ya, setelah ruku’, sejenak”. (HR.
Muslim).
Hadits Kedua:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ اؿَ ا ز َ م َ اؿَ ق ٍ كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم -ا َ يْ
ػُّ الد َ ؽَ ارَ لَّا ف تََّ ِ ْ َ فْ ال
ِ ُتُ نْ َ ػ.
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw terus
menerus membaca Qunut pada shalat Shubuh hingga beliau meninggal dunia”.
Hadits ini riwayat Imam Ahmad, ad-Daraquthni dan al-Baihaqi.
Bagaimana dengan hadits lain yang juga diriwayatkan oleh
Anas bin Malik yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw membaca Qunut shubuh selama
satu bulan, kemudian setelah itu Rasulullah Saw meninggalkannya. Berarti dua
riwayat ini kontradiktif?
Tidak kontradiktif, karena yang dimaksud dengan meninggalkannya,
bukan meninggalkan Qunut, akan tetapi meninggalkan laknat dalam Qunut.
Laknatnya ditinggalkan, Qunutnya tetap dilaksanakan. Demikian riwayat
al-Baihaqi: عن عبد ال تزن بن م دى
في د ث ا س قنت ش ا ثُ ت
و قاؿ عبد ال تزن رتزو الله ا ا ت ؾ اللعن
Dari Abdurrahman bin Mahdi, tentang hadits Anas bin Malik:
Rasulullah Saw membaca Qunut selama satu bulan, kemudian beliau
meninggalkannya. Imam Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Yang ditinggalkan hanya
laknat”59.
Yang dimaksud dengan laknat dalam Qunut adalah:
لَّاِ لَّا النلَّابِ
فَ أ ٍ كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ُ وَولُ سَ رَ وَ ا
الللَّاو ُ وَصَ عَ لَّاة يَ صُ عَ و َافَ وْ َ ذَ وًلاْ عِ ر ُ نَ عْ لَ ا ػ ً ْ َ ش َتَ نَ قػ . Dari Anas bin Malik,
sesungguhnya Rasulullah Saw membaca Qunut selama satu bulan beliau melaknat
(Bani) Ri’lan, Dzakwan dan ‘Ushayyah yang telah berbuat maksiat kepada Allah
dan Rasul-Nya”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim).
59 Imam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra: 2/201.
61
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Qunut Shubuh Menurut Mazhab Syafi’i: وأما ال نوت فيستحب في
اعتداؿ الثا ية في الصبح تظا رواه أ س رضي الله عنو قاؿ{ :ما زاؿ رسوؿ الله صلى
الله عليو وسلم نت في الصبح تَّ فارؽ الد يا }رواه الإماـ أتزد وايره قاؿ
ابن الصلاح :قد كم بصحتو اير وا د من
اتضفاظ :من م اتضا م والبي ي والبلخي قاؿ
البي ي :العمل بِ تضاه عن اتطلفاء
الأربعة،
Adapun Qunut, maka dianjurkan pada I’tidal kedua dalam
shalat Shubuh berdasarkan riwayat Anas, ia berkata: “Rasulullah Saw terus
menerus membaca doa Qunut pada shalat Shubuh hingga beliau meninggal dunia”.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam lainnya. Imam Ibnu ash-Shalah berkata,
“Banyak para al-Hafizh (ahli hadits) yang menyatakan hadits ini adalah hadits
shahih. Diantara mereka adalah Imam al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Balkhi”. Al-Baihaqi
berkata, “Membaca doa Qunut pada shalat Shubuh ini berdasarkan tuntunan dari
empat Khulafa’ Rasyidin”.
و وف ال نوت في الثا ية رواه البخاري في صحيحو و و و بعد رفع
ال أس من ال وع فلما رواه ال يخاف عن أبي
ى ة رضي الله عنو أف رسوؿ الله صلى الله
عليو وسلم{ :تظا قنت في قصة قتلى بئ معو ة
قنت بعد ال وع ف سنا عليو قنوت الصبح } عم
في الصحيح عن أ س رضي الله عنو أف رسوؿ
الله صلى الله عليو وسلم{ اف نت قبل ال فع من ال وع }قاؿ البي
ي :لكن رواة ال نوت بعد ال فع أ ث
وأ فظ ف ا أولذ فلو قنت قبل
ال وع قاؿ في ال وضة :لد يَلئو على الصحيح
و س د للس و على الأصح.
Bahwa Qunut Shubuh itu pada rakaat kedua berdasarkan riwayat
Imam al-Bukhari dalam kitab Shahihnya. Bahwa doa Qunut itu setelah ruku’,
menurut riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa ketika
Rasulullah Saw membaca doa Qunut pada kisah korban pembunuhan peristiwa sumur
Ma’unah, beliau membaca Qunut setelah ruku’. Maka kami Qiyaskan Qunut Shubuh
kepada riwayat ini. Benar bahwa dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim
diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Saw membaca doa Qunut sebelum ruku’.
Al-Baihaqi berkata: “Akan tetapi para periwayat hadits tentang Qunut setelah
ruku’ lebih banyak dan lebih hafizh, maka riwayat ini lebih utama”. Jika
seseorang membaca Qunut sebelum ruku’, Imam Nawawi berkata dalam kitab
ar-Raudhah, “Tidak sah menurut pendapat yang shahih, ia mesti sujud sahwi menurut
pendapat al-Ashahh”. ولفظ ال نوت { الل م
اىدني فيمن ىد ت وعافني فيمن عافيت وتولني فيمن توليت وبارؾ لر فيما أعطيت وقني
ش ما قضيت ف ك ت ضي ولا
ضى عليك وإ و لا ؿ من واليت تبار
ت ربنا وتعاليت} ىك ا رواه أبو داود
والترم ي والنسائي وايرىم ب سناد صحيح أعني ب ثبات الفاء في ف ك وبالواو في وإ و لا ؿ .قاؿ ال افعي :وزاد العلماء{ ولا عل من عاد ت }قبل{ تبار ت ربنا وتعاليت}، وقد
جاءت في روا ة البي ي، وبعده{ فلك اتضمد
على ما قضيت
62
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
أست ف ؾ وأتوب إليك .}واعلم أف الصحيح أف ى ا الدعاء لا تع
تَّ لو قنت بآ ة تتضمن دعاء، وقصد ال نوت ت دت السنة ب لك،
Lafaz Qunut:
“Ya Allah, berilah hidayah kepadaku seperti orang-orang yang
telah Engkau beri hidayah. Berikanlah kebaikan kepadaku seperti orang-orang
yang telah Engkau beri kebaikan. Berikan aku kekuatan seperti orang-orang yang
telah Engkau beri kekuatan. Berkahilah bagiku terhadap apa yang telah Engkau
berikan. Peliharalah aku dari kejelekan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya
Engkau menetapkan dan tidak ada sesuatu yang ditetapkan bagi-Mu. Tidak ada yang
merendahkan orang yang telah Engkau beri kuasa. Maka Suci Engkau wahai Tuhan
kami dan Engkau Maha Agung”.
Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i
dan lainnya dengan sanad sahih. Maksud saya, dengan huruf Fa’ pada kata: ف كdan
huruf Waw pada kata: وإ و . لا ؿ Imam
ar-Rafi’i berkata: “Para ulama menambahkan
kalimat: ولا عل من عاد ت (Tidak ada
yang dapat memuliakan orang yang telah Engkau hinakan). Sebelum kalimat: تبار
ت ربنا وتعاليت (Maka Suci Engkau wahai
Tuhan kami dan Engkau Maha Agung).
Dalam riwayat Imam al-Baihaqi disebutkan, setelah doa ini
membaca doa: فلك اتضمد على ما قضيت أست ف
ؾ وأتوب إليك
(Segala puji bagi-Mu atas semua yang Engkau tetapkan. Aku
memohon ampun dan bertaubat kepada- Mu).
Ketahuilah bahwa sebenarnya doa ini tidak tertentu. Bahkan
jika seseorang membaca Qunut dengan ayat yang mengandung doa dan ia
meniatkannya sebagai doa Qunut, maka sunnah telah dilaksanakan dengan itu.
و نت الإماـ بلفظ
اتصمع بل ك ه تخصيص فسو بالدعاء ل ولو صلى الله عليو وسلم{ لا ـ عبد
ً قوما فيخص فسو بدعوة دونهم ف ف
فعل ف د خانهم }رواه أبو داود والترم ي وقاؿ : د ث سن، ثُ سائ
الأدعية في الإماـ لك أي
ك ه لو إف اد فسو ص ح بو ال لالر
في الإ ياء وىو م تضى لاـ الأذ ار للنووي.
Imam membaca Qunut dengan lafaz jama’, bahkan makruh bagi
imam mengkhususkan dirinya dalam berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Saw:
“Janganlah seorang hamba mengimami sekelompok orang, lalu ia mengkhususkan
dirinya dengan suatu doa tanpa mengikutsertakan mereka. Jika ia melakukan itu,
maka sungguh ia telah mengkhianati mereka”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan
at-Tirmidzi. Imam at-
63
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Tirmidzi berkata: “Hadits hasan”. Kemudian demikian juga
halnya dengan semua doa-doa, makruh bagi imam mengkhususkan dirinya saja.
Demikian dinyatakan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin. Demikian
juga makna pendapat Imam Nawawi dalam al-Adzkar. والسنة أف
فع د و ولا يَسح وج و لأ و لد ثبت قالو البي
ي ولا ستحب مسح الصدر بلا خلاؼ
بل ص تراعة على اىتو قالو في ال وضة .و ستحب ال نوت في
آخ وت ه وفي النصف الثاني من رمضاف ا رواه الترم ي عن علي رضي الله عنو وأبو داود
عن أبي بن عب، وقيل نت ل
السنة في الوت قالو النووي في التح ي ف اؿ :إ و مستحب في تريع السنة، قيل نت في تريع رمضاف، و ستحب فيو قنوت عم رضي الله عنو و كوف قبل قنوت الصبح قالو ال
افعي وقاؿ النووي :الأصح بعده لأف قنوت الصبح ثابت عن النبِ صلى الله عليو وسلم في
الوت فكاف ت ديَو أولذ، والله أعلم.
Sunnah mengangkat kedua tangan dan tidak mengusap wajah,
karena tidak ada riwayat tentang itu. Demikian dinyatakan oleh al-Baihaqi.
Tidak dianjurkan mengusap dada, tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini.
Bahkan sekelompok ulama menyebutkan secara nash bahwa hukum melakukan itu
makruh, demikian disebutkan Imam Nawawi dalam ar-Raudhah. Dianjurkan membaca Qunut
di akhir Witir dan pada paruh kedua bulan Ramadhan. Demikian diriwayatkan oleh
Imam at-Tirmidzi dari Imam Ali dan Abu Daud dari Ubai bin Ka’ab. Ada pendapat yang
mengatakan dianjurkan membaca Qunut pada shalat Witir sepanjang tahun, demikian
dinyatakan Imam Nawawi dalam at-Tahqiq, ia berkata: “Doa Qunut dianjurkan
dibaca (dalam shalat Witir) sepanjang tahun”. Ada pendapat yang mengatakan bahwa doa Qunut
dibaca di sepanjang Ramadhan. Dianjurkan agar membaca doa Qunut riwayat Umar,
sebelum Qunut Shubuh, demikian dinyatakan oleh Imam ar-Rafi’i. Imam Nawawi
berkata, “Menurut pendapat al-Ashahh, doa Qunut rirwayat Umar dibaca setelah
doa Qunut Shubuh. Karena riwayat Qunut Shubuh kuat dari Rasulullah Saw pada
shalat Witir. Maka lebih utama untuk diamalkan. Wallahu a’lam60.
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat
tangan?
Jawaban:
Imam an-Nawawi berkata dalam al-Adzkar: اختلف أصحابنا في رفع
اليد ن في دعاء ال نوت ومسح الوجو ما على
ثلاثة أوجو : ا أ و ّأصح ّ ستحب رفع ما
ولا يَسح الوجو . والثاني : فع ويَسحو .
والثالث : لا ُ يَسح ولا فع . واتف وا على أ و لا يَسح اير الوجو من
الصدر وتؿوه بل قالوا : ذلك مك وه Ulama
Mazhab Syafi’I berbeda pendapat tentang mengangkat tangan dan mengusap wajah
dalam doa Qunut, terbagi kepada tiga pendapat:
Pertama, yang paling shahih, dianjurkan mengangkat tangan
tanpa mengusap wajah.
Kedua, mengangkat tangan dan mengusapkannya ke wajah.
60 Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni
ad-Dimasyqi asy-Syafi’i, Kifâyat al-Akhyâr fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr,
1/114-115
64
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Ketiga, tidak mengusap dan tidak mengangkat tangan.
Pertanyaan 47:
Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut,
apakah ia mesti mengikuti imamnya?
Jawaban:
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
اَ ذِ َ ف َ افَ ُ دِّد لَ ُ
مْال ُ دِّد لَ ُ ػ ِ في ٍ ةَ لَ ْ سَ م ا َ اىَ َ ػ َ حَ لْ صَ أ
ِ في ِ وِ نِ د ْ وَ أ
ُ ؿْ وَ ا ْال َِ ُ حَ جْ رَ أ
ْ وَ أ ِ وَْ تؿ َ كِ لَ ذ
َ ازَ ج ا َ َ ى ِ اؽَ اتػدِّف ِ
ب ِ يرِاىََ تر ِ اءَ مَ لُ ع
َ ِ مِ لْ سُ مْال َْ لد ْ دِّـ َُ
َ كِ لَ ذ َ لا و ُ بَ أ َ ةَيفِ نَ
َ لاَ و ٌ كِالَ م َ لاَ و
ُّ يِ عِ ال لَّااف َ لاَ و د َْ
تزَ أ . َ كِ لَ َ َ و ُ ْ تػِ
وْال ُ هُ ْ يػَ اَ و ي ِ َ بْ نَ ػ
ِ وـُ مْ َ مْ لِ ل ْ فَ أ َ عَ بْ تَ ػ
ِ يوِ ف ُ وَامَ إم ْ فِ َ ف
َ تَ نَ قػ َ تَ نَ قػ ُ وَ عَ م
ْ فِ إَ و َْ لد ْ تُ نْ َ ػ
َْ لد ْ تُ نْ َ ػ ْ فِ إَ و ى لَّا لَ ص ِ ثَ لاَ ثِ ب
ٍ اتَ عَ َ ر ٍ ةَولُصْ وَ م َ لَ عَ فػ
َ كِ لَ ذ ْ فِ إَ و َ لَصَ ف
َ لَصَ ف ا ً ضْ َ أ . ْ نِ مَ
و ِ النلَّااس ْ نَ م
ُ ارَ تَْ ِ وـُ مْ َ مْ لِ
ل ْ فَ أ
َ لِصَ ا َ إذ َ لَصَ ف
ُ وُامَ إم ُ لَّاؿ وَْ الأَ
و ُّ حَصَ أ ُ لللَّاو َ اَ و ُ مَ لْ عَ أ . Jika seorang yang bertaklid
itu bertaklid dalam suatu masalah yang menurutnya baik menurut agamanya atau
pendapat itu kuat atau seperti itu, maka boleh berdasarkan kesepakatan jumhur
ulama muslimin, tidak diharamkan oleh Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali.
Demikian juga dengan witir dan lainnya, selayaknya bagi makmum mengikuti
imamnya. Jika imamnya membaca qunut, maka ia ikut membaca qunut bersamanya.
Jika imamnya tidak berqunut, maka ia tidak berqunut. Jika imamnya shalat 3
rakaat bersambung, maka ia melakukan itu juga. Jika dipisahkan, maka ia
laksanakan terpisah. Ada
sebagian orang yang berpendapat bahwa makmum tetap menyambung jika imamnya
melaksanakannya terpisah. Pendapat pertama lebih shahih. Wallahu a’lam62.
Pendapat Ibnu ‘Utsaimin: وسئل فضيلة ال يخ :عن كم ال نوت في صلاة الف ضة؛ والصلاة خلف إماـ نت في الف
ضة؟ ...ف جاب فضيلتو ب ولو :ال
ي ى أف لا قنوت في الف ائض إلا في النوازؿ،
لكن من صلى خلف إماـ نت . لل لوب ً وت ليفا ، للفتنةً فليتابعو درءا
Syekh Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang hukum Qunut pada shalat
Fardhu di belakang imam yang membaca Qunut pada shalat Fardhu?
61
Imam an-Nawawi, al-Adzkar: 146. 62 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn
Taimiah: 5/360.
65
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab: “Menurut kami, tidak ada
Qunut pada shalat Fardhu, kecuali Qunut Nawazil. Akan tetapi, jika seseorang
shalat di belakang imam yang membaca Qunut, maka hendaklah ia mengikuti
imamnya, untuk menolak fitnah dan mempertautkan hati”63.
Pendapat Ibnu ‘Utsaimin Lagi: وسئل فضيلة ال يخ :عن كم ال نوت في الف ائض؟ وما اتضكم إذا لؿ باتظسلم
ازلة؟ ...ف جاب فضيلتو ب ولو :ال
نوت في الف ائض ليس بِ وع ولا نب ي فعلو، لكن إف قنت الإماـ فتابعو لأف اتطلاؼ
ش . ...وإف لؿ باتظسلم
ازلة فلا ب س بال نوت ينئ لس اؿ الله تعالذ رفع ا.
Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang hukum Qunut pada shalat
Fardhu? Apa hukumnya apabila terjadi musibah menimpa kaum muslimin?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab: “Qunut pada shalat Fardhu
tidak disyariatkan, tidak layak dilaksanakan, akan tetapi jika imam membaca
Qunut, maka ikutilah imam, karena berbeda dengan imam itu jelek.
Jika terjadi musibah menimpa kaum muslimin, boleh berqunut
untuk memohon kepada Allah Swt agar Allah mengangkatnya”64.
Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat
wajib?
Jawaban:
: و عنو قاؿ ّ عن أبي
أمامة رضي الل : و عليو وسلم ّ و صلى الل
ّ قيل ل سوؿ الل " : الدعاء أتشع ؟
قاؿ ّأي توباتْ ك َ اتظ ِاتَ وَ لَّال الص ُ ُ بػُ دَ و ِ الآخ ِ لْ الللَّاي ُؼْ وَ ج " قاؿ
الترم ي : د ث سن
Dari Abu Umamah , ia
berkata:
Dikatakan kepada Rasulullah Saw, “Apakah doa yang paling
didengarkan?”.
Beliau menjawab, “Doa di tengah malam dan doa di akhir
shalat wajib”.
Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan”. (HR. at-Tirmidzi).
Hadits ini dinukil Imam an-Nawawi dalam al- Adzkar.
Riwayat Kedua:
63 Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 14/113. 64 Ibid.
66
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أ ٍ لَ بَ جِ نْ بِاذَ عُ م ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ قَ وِ هِ
دَ يِ ب َ َ خَ « أ َ كُّ بِ ُ دِّ لأ
نِِّ إِ الللَّاو َ و َكُّ بِ ُ دِّ لأ نِِّ إِ الللَّاو َ وُاذَ عُ ا م َ » . َ اؿَ
َ « فػ ُ وؿُ َ تػٍ ةَلاَ دِّ ص لُ ِ ُ بُ
د ِ لَّا نَ عَ دَ تَ لاُاذَ عُ ا م
َ َيكِوصُ أ َ كِ تَ ادَ بِ عِ نْسُ َ و َ
ؾِ ْ كُ شَ و َ ؾِ ْ ِ ى ذ َ لَ دِّ ع نِِ عَ لَّا أ مُ .» الللَّا
Dari Mu’adz bin Jabal, sesungguhnya Rasulullah Saw menarik
tangan Muadz seraya berkata: “Wahai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku sangat
menyayangimu, demi Allah sungguh aku sangat menyayangimu. Aku pesankan kepadamu
wahai Mu’adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai shalatmu engkau
ucapkan: “Ya Allah, tolonglah aku agar mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan
beribadah dengan ibadah yang baik kepada-Mu”. (HR. Abu Daud).
Riwayat Ketiga:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َافَ ُافَ مْ يَ لُ س َ اؿَ قَ و-صلى الله
عليو وسلم - ِ وِ تَلاَ صِ ُ بُ د ِ ُوؿُ
َ « ػ ُّ لَّاب ال َتْ َ أ َلَّاك َ أ ٌ يدِ َ ا ش َ َ أٍ ءْ
ىَ دِّ ش لُ بلَّا َ رَ ا و َ لَّان بػَ
لَّا ر مُ الللَّا
ْ مُ لَّا لُ َادَ بِ عْ لَّا ال فَ أ ٌ يدِ َ ا ش َ َ أٍ ءْ
ىَ دِّ ش لُ بلَّا َ رَ ا و َ لَّان بػَ
لَّا ر مُ الللَّا َكُولُ سَ رَ و َ ؾُ دْ
بَ ا ع ً لَّاد مَُ لَّا تػ فَ أ ٌ يدِ َ ا ش َ َ أٍ ءْ ىَ دِّ ش لُ بلَّا َ رَ ا و َ لَّان بػَ لَّا ر مُ الللَّا َكَ ل َ كِ َ شَ لا َ ؾَ دْ َ و ُ
الللَّاو ِ بِ َ تْ اسَ و ْ عَْ اتش ِ اـَ ْ ِالإَ و ِ ؿَلاَْ ا اتص َ ا ذ َ ِ ةَ ِ الآخَ ا و َ يْ ػُّ الد ِ ٍ ةَاعَ دِّ س لُ ِ ىِ
لْ ىَ أَ و َكَ ا ل ًصِ لُْ تؼ ِ نِْ لَ عْ اجٍ ءْ ىَ دِّ ش لُ بلَّا َ رَ ا و َ لَّان بػَ لَّا ر مُ الللَّا ٌ ةَ وْخِ إ ِ ضْ رَالأَ و ِاتَ وَ
السلَّام َورُ لَّا مُ الللَّا ُ َ بػْ َ الأ ُ َ بػْ َ .» أ
Sulaiman berkata: “Setelah selesai shalat Rasulullah Saw
berdoa dengan doa ini “Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, aku saksi
bahwa sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, Engkau Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu.
Ya Allah, Engkau Tuhan segala sesuatu. Aku saksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu
dan rasul-Mu. Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, aku saksi bahwa
hamba-hamba-Mu semuanya adalah bersaudara. Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala
sesuatu, jadikanlah aku ikhlas kepada-Mu, juga keluargaku, dalam setiap saat di
dunia dan akhirat, wahai Yang Memiliki Kemuliaan dan keagungan. Dengarkan dan
perkenankanlah wahai Tuhan Yang Maha Besar. Ya Allah, Engkaulah cahaya langit
dan bumi”. (HR. Abu Daud).
Riwayat Keempat:
ىِاشَ عَ ا م َ يِ ف َتْ لَ عَ ج ِ لَّاتَّ ال َاىَ يْ ػُ د ِ لذ ْحِ لْ صَ
أَ وً ةَ مْصِ ع ِ لذُ وَ تْ لَ عَ ى ج ِ لَّا
ال ِ نِِ د ِ لذ ْحِ لْ صَ لَّا أ مُ الللَّا َ كْ نِ م َكِ بُوذُ عَ أَ و َكِ تَ مْ ِ ْ نِ م َ ؾِ وْ فَ عِ بُوذُ عَ أَ و َكِ طَخَ س
ْ نِ م َ اؾَضِ ِ بُوذُ عَ دِّ أ نِِّ لَّا إ مُ الللَّا ُّ دَْ اتص َكْ نِ دِّ م دَْ ا اتص َ ذُ عَ فْ
نػَ ػ َلاَ و َتْ عَ نػَ ا م َ مِ ل َ ىِ
طْ عُ مَلاَ و َتْ يَطْ عَ ا أ َ مِ لَ عِ اَ
. مَلا اً لَّاد مَُ لَّا تػ فَ أُ وَ لَّاث دَ اً بْ يَ ُ لَّا ص فَ أ ٌبْ عَ ِ نَِ لَّاث دَ َ و َ اؿَ ق-صلى الله عليو وسلم
- ِ وِ تَلاَ ص ْ نِ مِ وِافَ ِصْ ا َ دْ
نِ لَّا ع ن ُُ وتعُ َ ػ َافَ .
67
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang telah Engkau
jadikan sebagai penjaga bagiku. Perbaikilah
untukku duniaku yang telah Engkau jadikan kehidupanku di
dalamnya. Ya Allah aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, aku berlindung
dengan ampunan-Mu dari azab-Mu. Aku berlindung dengan- Mu. Tidak ada yang
mencegah atas apa yang Engkau beri. Tidak ada yang memberi atas apa yang Engkau
cegah. Yang memiliki kemulliaan tidak ada yang dapat memberikan manfaat, karena
kemuliaan itu dari- Mu”. Shuhaib menyatakan bahwa Rasulullah Saw mengucapkan
kalimat ini ketika selesai shalat. (HR. an- Nasa’i).
Adapun berdoa bersama setelah shalat, masalah ini dijelaskan
Imam al-Mubarakfuri dalam Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi: ِ وْ َ دَ
اً عِافَ ر َ وُ عْ دَ ْ فَ أُ وَ
ل ُوزَُ يَْلَ ىِ ةَوبُ تْ كَ مْ الِ ةَ الصلَّالا ْ نِ م َؼَ َصْ ِ ا ا َ ذِ
إَاـَ مِْ لَّا الإ فَ أ ِ في ِافَ لَّام ا الل َ َ ى ِ وا في ُ فَ لَ تػْ خِ ا ْ
دَ ق ِ ثِ دَْ اتض ِ لْ ىَ أَاءَ مَ لُ لَّا ع فَ أ ْ مَ لْ عِ ا َْ لد َكِ لَ
لَّا ذ فِ وا إ ُالَ ق ، ٌ ةَ عْ دِ بُ لَّاو َ أ ْ مُ ْ نػِ ا م ًّ نَ ظِ هِ ازَ
وَ ج ِ ـَ دَ عِ ب ْ مُ ُضْ عَ بػ َ اؿَ قَ و ، ِازَ وَْاتصِ ب ْ مُ ُضْ عَ بػ َ اؿَ
َ فػ ْ م ِ دْ َ ي أ ِ عِافَ ر َ ِومُ مْ
َ مْ ال ْ نِ مُ وَ فْ لَ خ ْ نَ م َ دِّن مَ ُ ػَ و ِ ةَسْ مَِ وا بخ ُّ لَ دَ تْ
اسَ فِازَ وَْاتصِ ب َوفُ لِائَ ْ لَّاا ال مَ أَ وٌ ةَ عْ دِ ب ٍ ثَ دُْ تػُّلُ َ
و ٌ ثَ دُْ تػ ٌ ْ مَ أ َ وُ ىْلَ ب ٍيحِ حَ صٍ دَ نَ سِ بَ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ
لَ عُ لَّاى الللَّاو لَ صِ الللَّاو ِ وؿُ سَ ر ْ نَ ع ْتُ بْ ثَ ػ َ ثِادَ َ
أ.
Ketahuilah bahwa ulama hadits berbeda pendapat pada zaman
ini tentang imam ketika selesai shalat wajib, apakah boleh berdoa dengan
mengangkat tangan dan diaminkan ma’mum yang juga mengangkat tangan. Sebagian
ahli hadits membolehkannya. Sebagian yang lain menyatakan tidak boleh karena
menurut mereka itu perbuatan bid’ah. Menurut mereka perbuatan itu tidak ada
dalam hadits Rasulullah Saw dengan sanad yang shahih, akan tetapi perkara yang
dibuat-buat, semua yang dibuat-buat itu bid’ah. Adapun mereka yang membolehkan
berdalil dengan lima
hadits65.
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa?
Jawaban:
Imam al-Bukhari menulis satu Bab dalam Shahih
al-Bukhari: ِ اءَ عُّ الد ِ ىِ دْ َ الأ ِ عْ فَ باب ر
Bab: Mengangkat Tangan Ketika Berdoa.
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim: ْ نِ ا م ً وَْ ا تؿ َ ْ نػِ ت م ْ عََ تر ْ دَ
قَ و ، َصُْ تح ْ فَ أ ْ نِ م َ ثْ َ أ َ يِ ىَ و ، اءَ ْسِ تْ سِ الا ْ
يرَ ن ا ِاطَ وَ م ِ اء في َ عُّ الد ِ فيَ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ لَّاى
الللَّاو ع لَ صِ وْ َ دَ عْ فَ ر َتَ بَ
ثػ ْ دَ ق لَّاب َ ُ مْ ح ال ْ َ ش ْ نِ ة م َ ة الصلَّالا َ فِ اب ص َ ب ِ اخَ وَ أ ِ ا في َتِمْ َ َ ذَ و ، اَدهَُ َ
أ ْ وَ أ ِْ َيحِ الصلَّاح ْ نِ ا م ً ثِ دَ
َ ِ ثَ لاَ ث
65 Imam al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzy Syarh Sunan at-Tirmidzi:
1/331.
68
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Berdasarkan hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw
mengangkat kedua tangannya ketika berdoa di berbagai kesempatan, bukan pada
saat shalat Istisqa’ saja, terlalu banyak untuk dihitung, saya (Imam an-Nawawi)
telah mengumpulkan lebih kurang 30 hadits dari Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim atau salah satu dari keduanya, saya sebutkan di akhir Bab Shifat Shalat
dalam kitab Syarh al- Muhadzdzab66.
Diantara hadits yang
menyebutkan mengangkat tangan ketika berdoa adalah: إف ربكم ستح
من عبده إذا رفع د و إليو أف دهُا صف ا
“Sesungguhnya Tuhan kamu Maha Hidup dan Maha Mulia , Ia
malu kepada hamba-Nya apabila hamba itu mengangkat kedua tangan kepada-Nya,
lalu Ia menolaknya dalam keadaan kosong”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu
Majah, dari Salman al-Farisi).
“Rasulullah Saw tidak mengangkat kedua tangannya dalam
doanya kecuali pada doa shalat Istisqa’, Rasulullah Saw mengangkat kedua
tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Akan tetapi pendapat ini ditolak dengan beberapa argumentasi:
Pertama, Anas bin Malik tidak melihat, bukan berarti
shahabat lain tidak melihat, terbukti banyak hadits lain yang menyatakan
Rasulullah Saw berdoa mengangkat tangan. Diantaranya hadits: ُِّ النلَّابَِ عَ فَ ر َ َ مُ ع ُ نْ اب َ اؿَ
قَ و -صلى الله عليو وسلم - ِ وْ َ
دَ « ٌ دِالَ خَ عَ نَ لَّاا ص ِ تؽ َكْ
يَ لِ إ ُ أَ ْ بػَ دِّ أ نِِّ لَّا إ مُ . » الللَّا Ibnu Umar berkata:
“Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya, (seraya berkata): “Ya Allah, aku
berlepas diri kepada-Mu atas apa yang dilakukan Khalid”. (HR. al-Bukhari).
Hadits lain:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ َظَ ٍ رْ دَ بُ ـْ وَ ػ َافَ
لَّاا مَ ل َ اؿَ ق ِ طلَّااب َْ اتط ُ نْ ب ُ َ مُ ع ِ نَِ لَّاث دَ -صلى
الله عليو وسلم - ٍ ةَائُِ تذَلاَ ثُ وُابَحْصَ أَ و ٌفْ لَ أ ْ مُ ىَ و َ ِ ِ ْ ُ
مْ ال َ لذِ إ ِ الللَّاو ُِّ بَِ َلَ بْ
َ تػْاسَ فًلاُ جَ ر َ َ َ عَ ةَ عْسِ تَ و-صلى الله عليو وسلم - ِ دِّو بَ ِ ب
ُفِ تْ َ ػ َلَ عَ َ فِ وْ َ دَ لَّا دَ لَّا م ُ ثَُ ةَ لْ بػِ « ْال لَّا مُ
الللَّا ِ نَِ تْ دَ عَ ا و َ م ِ لذ ْ لِْ تؾَ لَّا أ مُ الللَّا ِ ضْ رَ الأ ِ
ْ دَ بْ عُ تػَ لا ِ ـَلاْسِ الإ ِ لْ ىَ أ ْ نِ مُ ةَابَصِ عْ الِ هِ َ ى
ْكِ لْ َ تػ ْ فِ لَّا إ مُ الللَّا ِ نَِ
تْ دَ عَ ا و َ .» م ِآت لَّا تََّ ِ ةَ لْ بػِ ْ الَلِ بْ َ تػْسُ مِ وْ َ
دَ اًّادَ مِ دِّو بَ ِ ب ُفِ تْ َ ػ َ اؿَ ازَ مَ ف ِ وِائَ رَ و ْ نِ مُ وَ مَ
لَ تػْ لَّا ال ُ ثُِ وْ يَ بػِكْ نَ ى م َ لَ عُاهَ ْ لَ َ فُ هَاءَ دِ ر َ َ خَ
َ فٍ ْ كَ و ب ُ بَ أُاهَ تَ َ فِ وْ يَ بػِكْ نَ م ْ نَ عُ هُ اؤَ دِ ر َطَ َ س .
ُ لَّاو ِ َ ف َلَّاك بَ ر َكُ تَ دَاشَ نُ م َ اؾَ َ ِ لَّا الللَّاو ِ بَِ اَ َ اؿَ
قَ و للَّاَ جَ لَّا و لَ عُ الللَّاو َ ؿَ لْ ػَ َ ف َ ؾَ دَ عَ ا و َ م َكَ ل ُ
لِ ْ نُ يػَ س( َ ِ فِ دْ ُ مِ ةَ كِ ئَلاَ مْ ال َ نِ م ٍ فْ لَ ِ ب ْ مُ ُّ دُِ
دِّ تؽ نَِّ أ ْ مُ كَ ل َابَ َ تْ اسَ ف ْ مُ لَّاك بَ ر َوفُيثِ َ تْ سَ تْ ذِ
إ) ُ الللَّاو ُ لَّاه دَ مَ َ ف ِ ةَ كِ
ئَلاَ مْالِ ب.
66 Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala al-Muslim: 3/299.
69
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Umar bin al-Khattab berkata: “Pada saat perang Badar, Rasulullah
Saw melihat kepada kaum musyrikin, jumlah mereka 1000 orang, sedangkan shahabat
Rasulullah Saw 319 orang, maka Rasulullah Saw menghadap kiblat, kemudian
menengadahkan kedua tangannya, ia berdoa kepada Tuhannya: “Ya Allah,
tunaikanlah untukku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah,
berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan kaum
muslimin ini binasa, Engkau tidak akan disembah di atas bumi”. Rasulullah Saw
terus berdoa kepada Tuhannya dengan menengadahkan kedua tangannya menghadap
kiblat hingga selendangnya jatuh dari atas kedua bahunya. Maka Abu Bakar datang
mengambil selendang itu dan meletakkannya di atas bahu Rasulullah Saw , ia
mengikuti Rasulullah Saw dari belakang seraya berkata: “Wahai nabi utusan Allah,
demikian munajatmu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Ia akan menunaikan untukmu apa
yang telah Ia janjikan”. Maka Allah menurunkan ayat:
“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu,
lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”. (Qs.
al-Anfal *8+: 9). Maka Allah Swt menurunkan para malaikatnya”. (HR. al- Bukhari
dan Muslim).
Kedua, jika ada dua hadits yang kontradiktif, maka kaedah
yang dipakai adalah: واتظثبت م دـ على
النا
Yang menetapkan lebih diutamakan daripada yang menafikan.
Ketiga, bahwa yang dimaksud Anas bin Malik “Rasulullah Saw
tidak mengangkat kedua tangannya”, maksudnya adalah: Rasulullah Saw tidak
mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya pada
kesempatan lain, hanya pada saat doa Istisqa’ saja.
Pendapat al-Mubarakfuri dalam Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan
at-Tirmidzi: ِاءَ عُّ الد ِ فيِ نْ َ دَ
يْ ال ِ عْ فَ ر ِ ثِادَ َ أ ِ فيِاءَ عِ وْ ضلَّا ال َ ا ف َلَّااىَ دِّ تش يِوطُ
يُّ لسِ لٌ ةَالَ سِ رِاءَ عُّ الد ِ فيِ نْ َ دَ يْ ال ِ عْ فَ ر ِ فيَ و . َ
يِضَ ر ٍسَ َ أ ِ ثِ دَِ ا بِ ًضْ َ وا أ ُّ لَ دَ تْ اسَ و َ اؿَ قُ وْ نَ ع َ
الذَ عَ تػُ الللَّاو : َ اؿَ َ فػِ ةَ عُ مُْ ـ اتص ْ وَ ػ َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو
لَ صِ الللَّاو ِ وؿُ سَ ر َ لذِ إ ِ وْ دَ بْ ال ِ لْ ىَ أ ْ نِ قٌّ م ِ ابيَ ْ
عَ أٌ لُ جَ ى ر َ تَ أ : ْ تَ كَ لَ ىِ الللَّاو َوؿُ سَ ا ر َ لَّاى لَ صِ
الللَّاو ِ وؿُ سَ رَ عَ م ْ مُ َ ػِ دْ َ أ ُ النلَّااسَ عَ فَ رَ و ، وُ عْ
دَ ِ وْ َ دَ َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو
لَ صِ الللَّاو ُوؿُ سَ رَ عَ فَ َ فػ ، ُ النلَّااس َكَ لَ ى ، ُ اؿَ يِ عْ ال
َكَ لَ ى ، ُ ةَ يِ اشَ مْال َ كِ لَ ِ لَ و ، ِ وِ ا ب ًّصَ تُْ تؼ َسْ يَ
لُنلَّاوِكَ ل ، ِاءَ ْسِ تْ سِ الاِاءَ عُ د ِ في َافَ ْ فِ إَ ا و َ َ كَ ىُ عْ لَّاف ا ال َ َ وا ى
ُالَ ق ُّيِارَخُ بْ الُاهَ وَ ر ، َ ثِ دَْاتض ، َوفُ عْ دَ َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ الللَّاو ِاءَ
عُّ الد ِ َ لْطُ م ِ فيِ نْ َ دَ يْ ال ِ عْ فَ رِازَ وَ ى ج َ لَ ع ِ ثِ دَْ ا
اتض َ َِ ِاتَ وَ الدلَّاع ِابَ تِ ِ في ُّيِارَخُ بْ لَّا ال ؿَ دَ تْ سِ ا . ُ
مَ لْ عَ أ َ الذَ عَ تػُ لللَّاو َ اَ و َ الذَ عَ تػُ الللَّاو َاءَ ش ْ فِ إِ
وْ يَ لَ ع َسْ َ ب َ لا ٌ دَ َ أُ وَ لَ عَ فػ ْ وَ ل ٌ لِائَ جِ ةَ الصلَّالا َ
دْ عَ بػِاءَ عُّ الد ِ فيِ نْ َ دَ يْ الَ عْ فَ لَّا ر فَ ي أ ِ دْ نِ عُحِ
لَّااج ال ُ ؿْ وَ ْقال
Tentang mengangkat kedua tangan ketika berdoa ada satu
risalah yang ditulis oleh Imam as-Suyuthi berjudul Fadhdh al-Wi’a’ fi Ahadits
Raf’ al-Yadain fi ad-Du’a’. Mereka juga
berdalil dengan hadits Anas, ia berkata: “Ada
seorang Arab Badui dari perkampungan badui datang kepada Rasulullah Saw pada
hari Jum’at. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, hewan ternak telah mati, keluarga
telah binasa, orang banyak telah binasa”. Rasulullah Saw mengangkat kedua
tangannya berdoa, orang banyak juga mengangkat tangan mereka bersama Rasulullah
Saw, mereka berdoa”. Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari. Mereka
70
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
berkata: “Mengangkat tangan seperti ini. meskipun dalam dosa
Istisqa’ (minta hujan), akan tetapi bukan khusus pada Istisqa’ saja. Oleh sebab
itu Imam al-Bukhari berdalil dalam kitab ad-Da’awat berdasarkan hadits ini
bahwa boleh mengangkat kedua tangan dalam semua doa (tidak terbatas pada
Istisqa’ saja).
Pendapat yang kuat menurut saya (Imam al-Mubarakfuri) bahwa
mengangkat kedua tangan berdoa setelah shalat itu hukumnya boleh. Jika
seseorang melakukannya, maka boleh insya Allah. Allah Maha Maha Tinggi dan Mah
Mengetahui67.
Doa dengan mengangkat
tangan pula memiliki beberapa cara:
Pertama, dengan punggung telapak tangan ke atas, berdasarkan
hadits:
لوْ وَ قػ :( اءَ السلَّام َ لذِ إِ وْ لَّاي فَ ِ ْ َظِ ب َ ارَ شَ َ ى ف َ ْسَ تْ سِ اَ لَّام
لَ سَ وِ وْ يَ لَ لَّاى الللَّاو ع لَ صِّ لَّا النلَّابِ فِ إ) Hadits:
“Sesungguhnya Rasulullah Saw ketika Istisqa’ memberikan isyarat dengan punggung
telapak tangannya ke langit (ke atas)”. (HR. Muslim). Imam an-Nawawi berkata: ْ ىمْ يرَ اَ ا و َابنَحْصَ أ ْ نِ ة م َاعََ
تر َ اؿَ ق اَ عَ ا د َ ذِ إَ و ، اءَ
السلَّام َ لذِ إِ وْ لَّاي فَ ْ َ ل ظ َ
عَْ يََ وِ وْ َ دَ عَ فْ َ ػ ْ فَ وه أ َْ تؿَ و ِ طْحَ ْالَ ءَ لاَ ب ِ عْ فَ ِ اء ل َ عُ دّلُ ِ نلَّاة في ُّالس ثِ دَْ ا اتض َ َِ واُّ َ تْ ِ اء ا َ السلَّام َ لذِ إِ وْ لَّاي
فَ نْطَ بَلَ عَ يلو ج ِصَْ تحَ ء و ْ يَ
ش ِ اؿَ ُسِ ل . Sekelompok ulama Mazhab Syafi’i dan ulama lain berpendapat:
Sunnah dalam setiap doa untuk menolak bala seperti kemarau panjang dan
sejenisnya dengan cara mengangkat kedua tangan dan menjadikan punggung telapak
tangan ke arah langit (ke atas). Jika berdoa untuk memohon sesuatu yang ingin
dihasilkan, maka menjadikan kedua telapak tangan ke langit (ke atas). Mereka
berdalil dengan hadits ini68.
Kedua, mengusapkan kedua tangan ke wajah, berdasarkan
hadits: : و تعالذ عنو قاؿ ّ عن عم بن اتططاب رضي الل وَ ما
وج َ و عليو وسلم إذا رفع د و في الدعاء
لد طلَّا ما تَّ يَسح ّ و صلى الل ّ الل ُ اف رسوؿ Dari Umar bin al-Khaththab, ia
berkata: “Rasulullah Saw apabila mengangkat kedua tangannya berdoa, ia tidak
menurunkan kedua tangannya hingga ia mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya”.
(HR. at- Tirmidzi). Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab
Bulugh al-Maram tentang status hadits ini: ولو أي تضد ث الترم ي شواىد من ا عند
أبي داود من د ث ابن عباس وايره وتغموع
ا ضي ب
و د ث سن Ada
beberapa hadits lain yang semakna (syawahid) dengan hadits riwayat at-Tirmidzi
ini, terdapat dalam Sunan Abi Daud dari hadits Ibnu Abbas dan lainnya, secara
keseluruhan mengangkat derajat hadits ini menjadi hadits Hasan.
67 Imam al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi:
1/331. 68 Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim: 3/300.
71
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat?
Jawaban:
Imam an-Nawawi menyebutkan dalam kitab al-Adzkar:
: و عنو قاؿ ّ ورو نا
في صحيح مسلم عن ثوباف رضي الل : وقاؿً و عليو وسلم إذا ا ص ؼ من صلاتو است
ف ثلاثا ّ و صلى الل ّ اف رسوؿ الل
ِ اـْ ِالإَ و ِلاؿَ ا اتص َ
ا ذ َتْ َ بارَ تُ السلَّالاـ َكْ نِ مَ وُ السلَّالاـ َتْ لَّا أ مُ
الللَّا " قيل للِوزاعي وىو أ د رواة اتضد ث : يف الاست فار ؟ قاؿ : َ الللَّاو ُ ِ فْ َ تػْ أسَ الللَّاو ُ ِ فْ
َ تػْ اس Telah diriwayatkan kepada kami
dalam Shahih Muslim dari Tsauban, ia berkata:
Rasulullah Saw ketika selesai shalat, beliau beristighfar
tiga kali dan mengucapkan:
“Ya Allah, Engkaulah Maha Keselamatan, dari-Mu keselamatan,
Maha Berkah, wahai Pemilik Kemuliaan dan Keagungan”.
Dikatakan kepada al-Auza’i
-salah seorang perawi hadits- “Bagaimanakah beristighfar itu?”.
Beliau menjawab, “Aku memohon ampun kepada Allah, aku
memohon ampun kepada Allah”.
: و عنو ّ ورو نا في
صحيحي البخاري ومسلم عن اتظ يرة بن شعبة رضي الل م قاؿ ّ غ من الصلاة وسل : و عليو
وسلم اف إذا ف ّ و صلى الل ّ أف رسوؿ الل
" ٌ
ِ دَ قٍ ءْ يَ شّلُ على َ وُ ىَ و
ُ دْ مَ اتضُ وَ لَ و ُكْ ل ُ اتظُ وَ لُ وَ ل َ كِ َ لا ش ُ هَ دْ َ وُ لالَّا
الللَّاو ِ إَ لا إلو ُّ دَ اتص َكْ نِ
دِّ م دَ ا اتص َ ذُ عَ فْ نػَ لا ػ َ و
َتْ عَ نػَ ا م َ مِ ل َ يِ طْ عُ مَلاَ و َتْ يَطْ ا أع َ مِ لَ عِ لَّا لا ما مُ
الللَّا " Telah diriwayatkan
kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari al-Mughirah bin
Syu’bah,
Sesungguhnya Rasulullah Saw apabila selesai shalat, beliau
mengucapkan:
“Tiada tuhan selain Allah, Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya,
bagi-Nya kekuasaan, bagi-Nya pujian, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya
Allah, tidak ada yang mencegah terhadap apa yang Engkau berikan dan tidak ada
yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tahan. Yang bersungguh-sungguh
tidak akan mendatangkan manfaat, dari-Mu lah kesungguhan itu”. و عن ما ّ و بن اللبير رضي الل ّ ورو نا في
صحيح مسلم عن عبد الل صلاة سلم ّ
ل َ ُ بػُ أ و اف وؿ د :
72
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
" َ لَ ع َ وُ ىَ
و ُ دْ مَ اتضُ وَ لَ و ُكْ ل ُ اتظُ وَ لُ وَ ل َ ك َ لا ش ُ هَ د َ وُ لالَّا الللَّاو ِ إ ى َ لا إلو ٌ ِ دَ قٍ ءْ يَ
شّلُ ُ نَسَ اتضُ الثلَّاناء ُ
وَ لَ وُلْضَ الفُ وَ ولُ ةَ مْ النػدِّع ُ وَ لُلَّااه لالَّا إ ِ إُ دُ بْ
عَ ػ َلاَ و و ّ لالَّا الل ِ إَلوِ و لا
إ ّ لالَّا بالل ِ إَ لَّاة وُ قػَلاَ و َ ؿْ وَ
لا َ وفُ ِ الكافَ هِ َ ْ وَ لَ و
َ الددِّ ن ُ وَ ل َ ِصِ لُْ و تؼ ّ لالَّا الل ِ
" إَ لا إلو قاؿ ابن
اللبير :
دِّ صلاة لُ َ ُ بػُ د ّ ل ن ّ و عليو وسلم ل ّ و صلى الل ّ اف رسوؿ الل و Telah
diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin az-Zubair, ia
mengucapkan doa ini setelah selesai shalat, ketika mengucapkan salam:
Tidak ada tuhan selain Allah, Maha Esa, tiada sekutu
bagi-Nya, bagi-Nya kekuasaan, bagi-Nya pujian, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah. Tidak ada tuhan selain Allah. Kita
tidak menyembah kecuali kepada-Nya, Dialah pemilik karunia dan keutamaan.
Bagi-Nya pujian yang baik. Tidak ada tuhan selain Allah. Ikhlas beribadah
kepada-Nya karena menjalankan agama Islam walaupun orang-orang kafir benci”.
Ibnu az-Zubair berkata: “Rasulullah Saw bertakbir
menggunakan takbir ini selesai shalat”.
: و عنو ّ ورو نا في
صحيحي البخاري ومسلم عن أبي ى ة رضي
الل : و عليو وسلم ف الوا ّ و صلى الل ّ
أف ف اء اتظ اج ن أتوا رسوؿ الل صلدِّي ُ وف ما
ُّ لَ صُ لى والنعيم اتظ يم ُ ور بالدرجات
الع ُ ثُّ أىل الد َذىب " : قوف ف اؿ
ّ وف ا و عتم وف ويَاىدوف و تصد ّ و صوموف
ما صوـ وتعم فضل من أمواؿ ْ نَ مِ
وِ ب َوفُ ِ رْ دُ تًئاْ يَ ش ْ مُ كُ دِّم لَ عُ ألا أ ؟ قالوا ْ مُ تْ عَ نػَ ما ص َلْ ثِ ع م َ نَ ص
ْ نَ لالَّا م ِ إ ْ مُ كْ نِ مَلَضْ أف ٌ دَ
أ ُوفُ كَ َلاَ وْ ـِ ُِ ؾَ دْ عَ
بػ ْ نَ مِ وِ ب َوفُ ِ بْ سَ تَ و ْ مُ كَ َ بػَ س : : و قاؿ ّ بلى ارسوؿ الل َ وفُدِّح بَ سُ ت َ لاثَ ثَ وًلاثاَ
ثٍلاةَ صّلُ َفْ لَ خ َوفُ دِّ بػَ كُ تَ
و َوفُ دَ مَْ تحَ و " قاؿ أبو صالح
ال اوي عن أبي ى ة تظا سئل عن يفية ذ
ه ؟ وؿ : ن
ثلاث ُّ ل ّ لللَّاو والللَّاو أ بر تَّ
كوف من ن ُ سبحاف الللَّاو واتضمد وثلاثوف
.الدثور : بفتح الداؿ وإسكاف الثاء اتظثلثة وىو اتظاؿ
الكثير ْ ثَ ترع د Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan
Muslim, dari Abu Hurairah:
Sesungguhnya orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin
datang kepada Rasulullah Saw, mereka berkata: “Orang-orang yang kaya naik ke
tingkatan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi, mereka shalat seperti kami
shalat, mereka berpuasa seperti kami berpuasa, mereka memiliki kelebihan harta,
mereka bisa melaksanakan haji , umrah, berjihad dan bersedekah”.
Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku ajarkan sesuatu
yang membuat kamu mendapatkan apa yang diperoleh orang-orang sebelum kamu dan
kamu dapat mendahului orang-orang setelah kamu dan tidak ada seorang pun yang
lebih baik daripada kamu selain orang yang melakukan amal seperti yang kamu
lakukan?”. Mereka menjawab, “Ya wahai Rasulullah”.
Rasulullah Saw menjawab: “Kamu bertasbih, bertahmid dan
bertakbir setiap selesai shalat 33 kali”.
73
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Abu Shalih –perawi hadits- berkata dari Abu Hurairah ketika
ia ditanya tentang cara menyebutnya:
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah dan Allah Maha Besar”. Setiap kalimat ini disebut
sebanyak 33 kali. و عنو ّ ة رضي الل َ ْ
ُ ورو نا في صحيح مسلم عن عب بن ع " : و عليو وسلم قاؿ ّ و صلى الل ّ عن رسوؿ
الل ٍ ةَوبُ تْ كَ مٍلاةَ صّلُ َ ُ بػُ
لَّا د نُ ُ لِ فاع ْ لَّا أو نُ ُ لِ قائ ُيبَِ
َ لا ٌ دِّبات َ عُ م: ًيرةِ بْ كَ
ت َ ِلاثَ ثَ وًبعاْ وأرً ةَ يدِ مَْ تح َ ِلاثَ ثَ وًلاثاَ ثَ وً ةَيحِ بْ سَ ت َ
ِلاثَ ثَ وًلاثاَ ث " Diriwayatkan
kepada kami dalam Shahih Muslim dari Ka’ab bin ‘Ujrah, dari Rasulullah Saw,
beliau bersabda:
“Kalimat-kalimat, orang yang mengucapkan dan mengamalkannya
tidak akan sia-sia, setiap selesai shalat wajib: 33 kali tasbih, 33 tahmid dan
34 kali takbir”. و عنو ّ ورو نا في صحيح
مسلم عن أبي ى ة رضي الل " : و عليو وسلم قاؿ ّ و صلى الل ّ عن رسوؿ
الل ً لاثاَ ثَ الللَّاو َ لَّا بػَ و َ
لاثَ ثَ وًلاثاَ ثَ الللَّاو َ دَِ تزَ و َ ِلاثَ ثَ وًلاثاَ ثٍلاةَ دِّ ص لُ ِ ُ بُ في د َ الللَّاو َ لَّاح بَ س ْ نَ
م اتظئةَاـَ تد َقاؿَ و َ ِلاثَ ثَ
و: ٌ
ِ دَ قٍ ءْ يَ شّلُ على َ وُ ىَ و
ُ دْ مَ اتضُ وَ لَ و ُكْ ل ُ اتظُ وَ لو ل َ كِ َ لا ش ُ هَ دْ َ وُ لالَّا
الللَّاو ِ إَلوِ لا إ ِ ْحَ البِ دَ بَ
زَلْ ثِ م ْتَ اَ ْإفَ وُ طا اه َ خ ْتَ ِ
فُ ا " Diriwayatkan kepada kami
dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau berkata:
“Siapa yang bertasbih selesai shalat 33 kali, bertahmid 33
kali dan bertakbir 33 kali, dia sempurnakan seratus dengan: Tiada tuhan selain
Allah, Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kuasa, bagi-Nya pujian, Ia
Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Maka diampuni dosanya meskipun sebanyak buih di lautan. : و عنو ّ ورو نا في صحيح البخاري في أوائل تاب اتص اد عن سعد بن أبي وقاص رضي الل الصلاة
لاء الكلمات َ ُ بػُ : ذ د ّ و عليو وسلم
اف تعو ّ و صلى الل ّ أف رسوؿ الل
" يا ْ ُّ الدِ ةَ نْ فتػ ْ نِ م َكِ بُوذُ وأعِ ُ العم ِ ؿَ ذْ رَ لَّا إلذ
أ دَ رُ أ ْ أف َكِ بُوذُأعَ و ِْ بُْ اتص َ نِ م َكِ بُوذُ عَ دِّ أ نيِ لَّا إ
مُ الللَّا ِْ برَ ال ِابَ َ ع ْ من َكِ " بُوذُ وأع
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dalam
awal-awal kitab al-Jihad, dari Sa’ad bin Abi Waqqash, sesungguhnya Rasulullah
Saw memohon perlindungan kepada Allah setiap selesai shalat dengan
kalimat-kalimat ini:
74
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku
berlindung kepada-Mu dikembalikan kepada usia yang hina, aku berlindung
kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur”.
و عن ما ّ و بن عم و
رضي الل ّ ورو نا في سنن أبي داود والترم ي والنسائي عن عبد الل " : و عليو وسلم قاؿ ّ صلى الل ّ عن النبِ
ٌ يرِ سَ اَُ هَُ لَّاة نَ اتصَلَ خَ
إلالَّا د ٌ مِ لْ سُ مٌ دْ بَ ا ع َ مِ ْ يَ لَ عُظِافُ لا ِ لَّاتاف لَ خ ْ أو ِضتافَ لْ صَ خ ٌيلِ
لَ ا ق َ مِِ ُلَ مْ عَ ػ ْ نَ مَ و : ِ باللدِّساف ٌ ةَ ئِ وم َوفُسَْ
تس َكِ لَ َ فً ا ْ َ دِّ ع برَ كُ وً ا ْ
َ عُ دَ مَْ َ وً ا ْ َ عٍلاةَ صّلُ َ ُ بػُ
عالذ د َ تُ الللَّاو ُدِّح بَ سُ ِ اَ يل
ِ في اتظ ٍ ةَ ئِ . مُسَْ وتس ٌفْوأل ٌ ةَ
ئِ م َلكَ َ ف َ لاثَ ثَ وًلاثاَ ثُدِّح بَ سُ َ و َ لاثَ ثَ وًلاثاَ ثُ دَ مْ َ
وُ ةَ عَ ْضَ م َ َ ا أخ َ إذَ ِلاثَ ثَ وًعاَ بْ أر ُ دِّ بػَ كُ َ و ِ : اف . "قاؿ َ باتظيل ٌ وألف ِ
باللدِّساف : و عليو وسلم ع دىا بيده قالوا ّ و صلى الل ّ فل د رأ ت رسوؿ
الل و يف ّ ارسوؿ الل هُا سير ومن
عمل ما قليل ؟ قاؿ " : ِ وِلاتَ في ص ِيوِ و ت ُ وَولُ َ
ػ ْ أفَلْ بَ قػُ وُ دِّم وَ نػُ يػَ فػِ وِنامَ عني ال يطاف في م ْ مُ َ دَ أ ِ تي
ا ََ وتعُ َ ػ ْ أفَلْ بَ قػً ةَ اج ُ هَ دِّ
َ ُ يَ فػ "إسناده صحيح إلا أف فيو عطاء بن السائب وفيو اختلاؼ بسبب
اختلاطو وقد أشار السختياني إلذ
صحة د ثو ى ا ُ أ وب Telah diriwayatkan
kepada kami dalam Sunan Abi Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I dari Abdullah bin
‘Amr, dari Rasulullah Saw:
“Ada
dua perbuatan baik yang dilakukan seorang hamba yang muslim, maka ia akan masuk
surga. Keduanya ringan dan orang yang melakukannya sedikit:
“Bertasbih setelah selesai shalat 10 kali, bertahmid 10
kali, bertakbir 10 kali, maka itu terhitung 150 di lidah dan 1500 di timbangan
amal.
Bertakbir 34 kali ketika akan tidur, bertahmid 33 kali dan
bertasbih 33 kali. Aka itu seratus di lidah dan seribu di timbangan amal.
“Saya melihat Rasulullah Saw menghitung dengan tangannya”.
Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin amal itu ringan akan
tetapi yang mengamalkannya sedikit?”.
Rasulullah Saw menjawab: “Datang setan kepada salah seorang
kamu dalam tidurnya, lalu membuatnya tertidur sebelum ia sempat membaca doa
ini. Setan juga datang ketika ia shalat, setan itu mengingatkan hajatnya
sebelum ia sempat mengucapkan doa ini”.
Sanad hadits ini shahih, hanya saja terdapat ‘Atha’ bin
as-Sa’ib, ada perbedaan pendapat tentang diriya disebabkan ia pikun. Abu Ayyub
mengisyaratkan keshahihan hadits
riwayatnya ini. : و عنو قاؿ ّ
ورو نا في سنن أبي داود والترم ي والنسائي وايرىم عن ع بة بن عام رضي الل
75
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ل صلاة َ ُ بػُ " ذت
د .وفي روا ة أبي داود ّ و عليو وسلم أف أق أ باتظعو ّ و صلى الل ّ أم ني
رسوؿ الل ذات "فينب ي أف ّباتظعو
أ :الناس ّ الفل
وقل أعوذ ب ب ّ و أ د وقل أعوذ ب ب ّ قل ىو الل
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Sunan Abu Daud,
at-Tirmidzi, an-Nasa’I dan selain mereka dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata:
“Rasulullah Saw memerintahkan saya membaca al-Mu’awwidzatain
(al-Falaq dan an-Nas) setiap selesai shalat. Dalam riwayat Abu Daud:
al-Mu’awwidzat, selayaknya membaca: al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas.
: و عنو ّ ورو نا ب
سناد صحيح في سنن أبي داود والنسائي عن معاذ رضي الل " : و عليو وسلم أخ بيده وقاؿ ّ الللَّاو صلى الل َ أف رسوؿ َ اؿَ ف
َكُّ بِ ُ لأ ّ نيِ إِ الللَّاو َ وُاذَ عُ ا م : لَّا نَ عَ دَ لا ت ُعاذُ ا م َيكِوصُ أ ُ وؿُ َ تػٍلاةَ صّلُ ِ ُ بُ د ِ في: َ كِ تَ بادِ عِ نْسُ َ و َ ؾِ ْ كُ شَ و َ ؾِ
ْ ِ دِّ على ذ نيِ لَّا أع مُ الللَّا
" Diriwayatkan kepada kami dengan sanad shahih dalam Sunan Abu
Daud, an-Nasa’I dari Mu’adz:
Sesungguhnya Rasulullah Saw menarik tangannya seraya
berkata:
“Wahai Mu’adh, demi Allah aku menyayangimu. Aku wasiatkan
kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau meninggalkan setiap selesai shalat agar
engkau ucapkan:
“Ya Allah, tolonglah aku agar mengingat-Mu, bersyukur
kepada-Mu dan beribadah dengan ibadah yang baik kepada-Mu”. : و عنو قاؿ ّ عن أ س رضي الل ّ ورو نا
في تاب ابن السني و بيده اليمنِ ثُ قاؿ َ
جب ت َ و مسح َ ضى صلات َ : و عليو وسلم
إذا ق ّ الللَّاو صلى الل ُ رسوؿ َ اف
" َ لَّا واتضلف م َ دِّ اتع نيَ ع ْبِ ىْ لَّا أذ مُ الللَّا ُيمِ لَّا ال ُ نَْ لَّاتز الُ لالَّا الللَّاو ِ إَ لا إلو ْ أف ُ دَ
" ْأش Telah diriwayatkan kepada
kami dalam kitab Ibnu as-Sinni, dari Anas, ia berkata:
Rasulullah Saw ketika selesai shalat, beliau mengusap
keningnya dengan tangan kanan sambil mengucapkan:
“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Ya Allah, hilangkanlah dariku susah hati dan kesedihan”.
76
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
و عنو قاؿ ّ مامة رضى
الل ُ ورو نا فيو عن أبي أ :
و وؿ ُ ع إلا تشعت ُّ مكتوبة ولا تطو ُ بُ : و عليو وسلم في د ّ و
صلى الل ّ من رسوؿ الل ُ ما د وت " ِ
نيْ ِ عْ لَّا ا مُ لَّا ا الللَّا لُ َ
طا اي َ خَ وبي و ُ ُ لر ذ ْ ِ فْ لَّا اا مُ الللَّا
َ تْ َ لالَّا أ ِ ا إ َ دِّئ يَ س ُؼِ ْصَ َلاَ ا و ِاتضَصِ ي ل ِ دْ َ ػ َ لاُ لَّاو
إ ِلاؽْالأخَ و ِماؿْ ح الأع ِالَصِ ل ِ نيِ دْاىَ و ِ نيْ ُ بػْ واج " Telah diriwayatkan kepada kami dari Abu Umamah , ia
berkata:
“Setiap kali saya mendekati Rasulullah Saw setelah selesai
shalat wajib dan sunnat, beliau mengucapkan:
“Ya Allah, ampunilah dosaku dan kesalahanku semuanya. Ya Allah
senangkanlah aku, cukupkanlah aku, berikanlah hidayah kepadaku untuk beramal
shaleh dan berakhlaq, sesungguhnya tidak ada yang menunjukkan hidayah kepada
kebaikannya dan tidak ada yang memalingkan kejelekannya kecuali Engkau”.
: و عنو ّ رضي الل ّ
ورو نا فيو عن أبي سعيد اتطدري غ من صلاتو لا أدري قبل أف سلدِّم أو بعد أف سلدِّم
وؿ : و عليو وسلم اف إذا ف ّ صلى الل ّ أف النبِ " َ ِ مَالَ الع ّبَ رِ لَّاو لِ ل ُ دْ مَاتضَ و
َ ِ لَ سْ ُ على اتظ ٌلاـَ سَ و َوفُ فِصَ
لَّاا مَ عِ لَّاة لِ بدِّ الع َ ر َ ربدِّك َحافْ بُ س "
Diriwayatkan kepada kami dari Abu Sa’id al-Khudri,
sesungguhnya Rasulullah Saw ketika selesai shalat, saya tidak tahu apakah
sebelum salam atau setelah salam, ia mengucapkan:
“Maha Suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, Maha Suci ia dari apa
yang mereka sifati. Kesalamatan bagi para rasul. Segala puji bagi Allah Rabb
semesta alam”.
و عنو قاؿ ّ س رضي الل
َ ورو نا فيو عن أ : : و عليو وسلم وؿ إذا ا ص ؼ من الصلاة ّ اف النبِ صلى الل " َ اؾْ ألَ ـْ وَ لَّاامي ػ َ أ َ ْ يػَ خْلَ عْاجَ وُ وَِ واتدَ ي خ ِ
لَ مَ ع َ ْ يػَ خَ وُ هَ ِ ي آخ ِ ُ مُ ع َ ْ يػَ خْلَ عْ لَّا اج مُ
الللَّا " Telah diriwayatkan
kepada kami dari Anas, Rasulullah Saw mengucapkan ini ketika selesai shalat:
“Ya Allah, jadikanlah kebaikan umurku di akhirnya. Kebaikan amalku
penutupnya. Dan jadikanlah kebaikan hari-hariku ketika aku bertemu dengan-Mu”.
77
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
: و عنو ّ ورو نا فيو
عن أبي بك ة رضي الل
ب الصلاة ُ
: و عليو وسلم اف وؿ في د ّ و صلى الل ّ أف رسوؿ الل " ِْ
برَ ال ِابَ َ عَ وِ ْ َالفَ وِ ْ فُ الك
َ نِ م َكِ بُوذُ لَّا إني أع مُ الللَّا "
Diriwayatkan dari Abu Bakarah, sesungguhnya Rasulullah Saw
mengucapkan ini selesai shalat:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran,
kefakiran dan azab kubur”.
: و قاؿ ّ ورو نا فيو
ب سناد ضعيف عن فضالة بن عبيد الل "
: و عليو وسلم ّ و صلى الل ّ قاؿ رسوؿ الل ّ دِّي على النلَّابِ لَ صُ لَّاُ ثُِ وْ يَ لَ الثلَّاناء ع َ عالذ و َ تِ
الللَّاو ِيدِ مْحَ تِ أ ب َ دْ بَ يْ لَ فػْ مُ ُ دَ لَّاى أ لَ ا ص َإذ َاءَ ا ش
َِ و بِ ُ عْ دَ ليُْ " و عليو وسلم
ثُ ّ صلى الل Telah diriwayatkan kepada kami dengan sanad dha’if, dari Fadhalah
bin ‘Ubaidillah, ia berkata:
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu berdoa,
maka hendaklah ia memulainya dengan memuji Allah, kemudian bershalawat kepada
nabi, kemudian berdoa dengan doa yang ia inginkan”.
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat?
Jawaban: : و عن ما
قاؿ ّ عن ابن عباس رضي الل . و عليو وسلم
بالتكبير ّ و صلى الل ّ ا ضاء صلاة رسوؿ
الل ُ أع ؼ ُ نت وفي روا ة مسلم " اّ
ن " : و عن ما ّ وفي روا ة في
صحيحي ما عن ابن عباس رضي الل الصوت بال َ أف رفع و عليو وسلم ّ و صلى الل ّ رسوؿ
الل ِ . على ع د َ من اتظكتوبة اف ُ
النلَّااس ُ نص ؼ وقاؿ ابن عباس : وُ إذا ا ص فوا ب لك إذا تشعت ُ أعلم ُ نت
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Abbas, beliau berkata:
“Aku mengetahui bahwa shalat Rasulullah Saw telah selesai
ketika terdengar suara takbir”.
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Kami mengetahui”.
Dalam riwayat lain dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari
Ibnu Abbas, “Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir selesai shalat
wajib telah dilakukan sejak masa Rasulullah Saw”.
78
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Ibnu Abbas berkata, “Saya mengetahui bahwa mereka telah
selesai melaksanakan shalat ketika saya mendengarnya”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
الس اؿ :فضيلة ال يخ :ما
كم رفع الصوت بال ع ب الصلاة
اتظكتوبة؟ ال يخ :سنة، إلا إذا اف إلذ
جنبك رجل تم وتخ ى إف رفعت الصوت أف ت وش
عليو فلا ت فع صوتك. السائل :والدليل ا شيخ؟ ال يخ :الدليل د ث عبد الله بن عباس رضي الله عن ما في صحيح
البخاري قاؿ( : اف رفع الصوت بال نص
ؼ الناس من اتظكتوبة على ع د النبِ صلى الله عليو وسلم، و نت أع ؼ ا ضاء صلاتي ب لك.)
Penanya:
Syekh yang mulia, apa hukum mengangkat suara berzikir
setelah shalat wajib?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
Sunnah, kecuali jika di samping anda ada seseorang yang
menyempurnakan shalat dan anda khawatir jika anda mengangkat suara anda akan
mengganggunya, maka jangan keraskan suara anda.
Penanya:
Dalilnya syekh?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
Hadits Abdullah bin Abbas dalam Shahih al-Bukhari:
“Mengangkat suara berzikir ketika setelah selesai shalat wajib telah ada pada
masa Rasulullah Saw, saya mengetahui shalat telah selesai dengan itu”.
Ayat Memerintahkan Zikir Sirr. Ada ayat yang memerintahkan agar berzikir
sirr di dalam hati. Allah Swt berfirman:
دِّ وُ دُ ْالِ ب ِ ؿْ وَ ْ ال َ نِ مِ ْ َْ اتص َوفُ دَ وً ةَيفِ خَ ا و ً
عُّ َضَ ت َكِ سْ فَ ػ ِ في َلَّاك بَ ر ْ
ُ ْ اذَ و “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara”. (Qs. al-A’raf *7+: 205). Imam
as-Suyuthi memberikan jawaban dalam kitab Natijat al-Fikr fi al-Jahr bi
adz-Dzikr:
79
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
الأوؿ :إنها مكية لأنها من الأع اؼ وىي مكية آ ة الإس اء) ولا تج بصلاتك ولا تخافت ا( وقد
للت اف النبِ صلى الله عليو
وآلو وسلم يَ بال آف فيسمعو اتظ وف فيسبوف ال
آف ومن أ للو فام ه الله بترؾ اتص
سدا لل ر عة ما نهى عن سب الأصناـ
في قولو :)ولا تسبوا ال ن دعوف من دوف الله فيسبوا الله عدوا ب ير علم(
وقد زاؿ ى ا اتظعنِ. Pertama: ayat ini turun di Mekah, karena bagian dari surat al-A’raf, surat ini
turun di Mekah, seperti ayat dalam surat
al-Isra’: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Qs.
al-Isra’ *17 +: 110), ayat ini turun ketika Rasulullah Saw membaca al-Qur’an
secara jahr lalu didengar orang-orang musyrik, lalu mereka mencaci maki
al-Qur’an dan Allah yang menurunkannya, maka Allah memerintahkan agar jangan
membaca jahr untuk menutup pintu terhadap perbuatan tersebut, sebagaimana
dilarang mencaci-maki berhala dalam ayat: “Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”. (Qs. al-An’am *6 +:
108). والثاني :أف تراعة من اتظفس ن من م
عبدال تزن بن ل د بن أسلم شيخ مالك وابن
ج تزلوا الآ ة على ال اؿ ق اءة ال
آف وأ و أم ه بال على ى ه الصفة تعظيما
لل آف الك أف ت فع الأصوات عنده و و و اتصالو ب ولو تعالذ )وإذا ق ئ ال آف فاستمعوا لو وا صتوا لعلكم ت تزوف( Kedua: sekelompok ahli Tafsir, diantara
mereka Abdurrahman bin Yazid bin Aslam guru Imam Malik dan Ibnu Jarir memaknai
perintah zikir sirr ini ketika ada bacaan al-Qur’an. Diperintahkan zikir sirr
ketika ada bacaan al-Qur’an untuk mengagungkan al-Qur’an. Ini kuat hubungannya
dengan ayat: “Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Qs. al-A’raf *7 +:
204). الثالث :ما ذ ه علماء الصوفية من أف الأم في الآ ة خاص بالنبِ صلى الله عليو وآلو وسلم
واما ايره فمن ىو تػل الوساوس واتطواط فم
مور باتص لأ و أشد ت ثيرا في دفع ا Ketiga: Sebagaimana yang disebutkan para
ulama Tasauf bahwa perintah dalam ayat ini khusus kepada Rasulullah Saw, adapun
kepada selain Rasulullah Saw maka mereka adalah tempatnya was-was dan lintasan hati,
maka diperintahkan zikir jahr karena zikir jahr itu lebih kuat pengaruhnya
dalam menolak was-was.
Ayat lain yang
memerintahkan zikir sirr:
) ْ مُ لَّاك بَ وا ر
ُ ع ا ْاد ً عُّ َضَ ت َ نِ دَ تْ عُ مْ ال ُّبُِ
َ لاُ لَّاو ِ إً ةَ يْ فُ خَ و ( “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf: 55).
Jawaban: ا دهُا :أف ال اجح في تفسيره أ و تجاوز اتظ مور أو
اختراع دعوة لا أصل تعا في ال ع فعن عبدالله
بن م فل رضي الله عنو أ و تشع ابنو كوف في
الأمة قوـ « وؿ :(الل م إني أس لك ال
ص الأبيض عن يَ اتصنة ف اؿ إني تشعت رسوؿ الله صلى الله عليو
وآلو وسلم وؿ .)وق أ ى ه الآ ة ف ا تفسير صحابي وىو أعلم باتظ اد » عتدوف في
الدعاء والط ور Pertama: Pendapat yang kuat tentang makna melampaui batas dalam
ayat ini adalah melampaui batas yang diperintahkan, atau membuat-buat doa yang
tidak ada dasarnya dalam syariat Islam, diriwayatkan dari Abdullah bin
Mughaffal, ia mendengar anaknya berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu istana
80
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
yang putih di sebelah kanan surga”, maka Abdullah bin
Mughaffal berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Ada di antara ummatku
suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa dan bersuci. Kemudian ia membaca
ayat ini: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs.
Al-A’raf * 7+: 55). Ini penafsiran seorang shahabat nabi tentang ayat ini, ia
lebih mengetahui maksud ayat ini.
الثاني :على ت د
التسليم فالآ ة في الدعاء لا في ال
والدعاء بخصوصو الأفضل فيو الإس ار لأ و أق ب إلذ الإجابة ول ا قاؿ تعالذ
)إذ ادى ربو داء خفيا(. Kedua: ayat ini tentang doa, bukan
tentang zikir. Doa secara khusus lebih utama dengan sirr, karena lebih dekat
kepada dikabulkan, sebagaimana firman Allah: “Yaitu tatkala ia berdoa kepada
Tuhannya dengan suara yang lembut”. (Qs. Maryam *19+: 3).
Keutamaan Zikir Jahr Bersama-sama Menurut al-Qur’an dan
Sunnah. Banyak ayat-ayat al-Qur’an
menyebut kata zikir dalam bentuk jamak.
Firman Allah Swt: ْ
مِِ وُ نُ ى ج َ لَ عَ ا و ًودُ عُ قػَ ا و ًامَ يِ قَ الللَّاو
َوفُ ُ ْ َ َ نِ لَّا ال
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring”. (Qs. Al ‘Imran *3+: 191).
Firman Allah Swt:
اً يمِ ظَ ا ع ً ْجَ أَ وً ةَ ِ فْ َ م ْ م َُ تعُ لَّا
الللَّاو دَ عَ أ ِاتَ ِ لَّاا الَ ا و ًيرِ ثَ
َ الللَّاو َ نِ ِ لَّاا الَ و
“Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Qs. Al-Ahzab [33]:
35).
Firman Allah Swt:
اًيرِ ثَ اً ْ ِ ذَ وا الللَّاو ُ ُ ْ
وا اذ ُ نَ مَ آ َ نِ لَّا ا ال َ ُّ ػَ ا أ َ (41) ً يلاِصَ أَ وً ةَ ْ كُ بُوهُدِّح بَ سَ )42( و
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak- banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya
diwaktu pagi dan petang”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 41-42).
Hadits-Hadits Tentang Zikir Jahr Beramai-ramai dan
Keutamaannya.
81
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Hadits Pertama: إف لله ملائكة طوفوف في الط ؽ تلمسوف أىل ال ف ذا « عن أبي ى ة رضي الله عنو قاؿ :قاؿ رسوؿ الله صلى الله
عليو وآلو وسلم وجدوا قوما وف الله
تنادوا ىلموا إلذ اجتكم قاؿ :فيحفونهم ب
جنحت م إلذ السماء الد يا قاؿ :فيس تعم ر م وىو أعلم من م :ما وؿ عبادي؟ قاؿ : ولوف
سبحو ك و كبرو ك و مدو ك ويَ دو ك قاؿ في وؿ :ىل رأوني؟ قاؿ في ولوف لا
والله ما رأوؾ قاؿ : في وؿ : يف لو رأوني؟ قاؿ
ولوف لو رأوؾ ا وا أشد لك عبادة
وأشد لك تد يدا وأ ث لك تسبيحا قاؿ وؿ فما
س لوني؟ قاؿ : س لو ك اتصنة قاؿ :
وؿ :وىل رأوىا؟قاؿ ولوف لا
والله ا رب ما رأوىا قاؿ وؿ فكيف لو أنهم رأوىا؟ قاؿ في لوف لو أنهم
راوىا ا وا أشد علي ا صا وأشد تعا طلبا وأعظم في ا رابة قاؿ
فمم تعوذوف ؟ قاؿ : ولوف من النار قاؿ وؿ وىل رأوىا ؟ قاؿ ولوف لا والله ما رأوىا قاؿ وؿ فكيف لو رأوىا؟ قاؿ ولوف لو رأوىا ا وا أشد من ا ف ارا وأشد تعا تؼافة قاؿ في وؿ :ف ش د م أني قد اف ت تعم قاؿ وؿ ملك من اتظلائكة في م فلاف ليس من م إ ا
جاء تضاجة قاؿ :ىم اتصلساء لا ى م جليس م
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Swt memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan
mencari ahli zikir, apabila para malaikat itu menemukan sekelompok orang
berzikir, maka para malaikat itu saling memanggil: “Marilah kamu datang kepada
apa yang kamu cari”. Para malaikat itu
menutupi majlis zikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia.
Tuhan mereka bertanya kepada mereka, Allah Maha Mengetahui daripada mereka:
“Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka bertasbih
mensucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, memuliakan-Mu”.
Allah bertanya: “Apakah mereka pernah melihat Aku?”. Malaikat menjawab: “Demi
Allah, mereka tidak pernah melihat Engkau”. Allah berkata: “Bagaimana jika
mereka melihat Aku?”. Para malaikat menjawab:
“Andai mereka melihat-Mu, tentulah ibadah mereka lebih kuat, pengagungan mereka
lebih hebat, tasbih mereka lebih banyak”. Allah berkata: “Apa yang mereka mohon
kepada-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka memohon surga-Mu”. Allah berkata:
“Apakah mereka pernah melihat surga?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka
tidak pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka melihatnya?”.
Malaikat menjawab: “Andai mereka pernah melihat surga, pastilah mereka lebih
bersemangat untuk mendapatkannya, lebih berusaha mencarinya dan lebih hebat
keinginannya”. Allah berkata: “Apa yang mereka mohonkan supaya dijauhkan?”.
Malaikat menjawab: “Mereka mohon dijauhkan dari neraka”. Allah berkata: “Apakah
mereka pernah melihat neraka?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak
pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka pernah melihatnya?”.
Malaikat menjawab: “Pastilah mereka lebih kuat melarikan diri dari nereka dan
lebih takut”. Allah berkata: “Aku persaksikan kepada kamu bahwa Aku telah
mengampuni orang-orang yang berzikir itu”. Ada
satu malaikat berkata: “Ada
satu diantara mereka yang bukan golongan orang berzikir, mereka datang karena
ada suatu keperluan saja”. Allah berkata: “Mereka adalah teman duduk yang tidak
menyusahkan teman duduknya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi dan Ahmad bin Hanbal).
Hadits Kedua:
82
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
عن جاب رضي الله عنو
قاؿ :خ ج علينا النبِ صلى الله عليو وآلو وسلم ف اؿ : ا أ ا الناس إف لله س ا ا من اتظلائكة تحل وت ف على
تغالس ال في الأرض فارتعوا في ر اض
اتصنة قالوا وأ ن ر اض اتصنة؟ قاؿ :تغالس ال
فاادوا ورو وا في ذ الله وذ
وا أ فسكم من اف ب أف
علم منللتو عند الله فلينظ يف
منللة الله عنده ف ف الله نلؿ العبد
منو يث أ للو من فسو. Dari
Jabir , ia berkata:
“Rasulullah Saw keluar menemui kami, ia berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya
Allah Swt memiliki sekelompok pasukan malaikat yang menempati dan berhenti di
majlis-majlis zikir di atas bumi, maka nikmatilah taman-taman surga”. Para shahabat bertanya: “Di manakah taman-taman surga
itu?”. Rasulullah Saw menjawab: “Majlis-majlis zikir. Maka pergilah,
bertenanglah dalam zikir kepada Allah dan jadikanlah diri kamu berzikir
mengingat Allah. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka
hendaklah ia melihat bagaimana kedudukan Allah bagi dirinya. sesungguhnya Allah
menempatkan seorang hamba di sisi-Nya sebagaimana hamba itu menempatkan Allah
bagi dirinya”. (Hadits riwayat Al-Hakim dalam al-Mustadrak). Komentar Imam
al-Hakim terhadap hadits ini: ى ا د ث
صحيح الإسناد و لد جاه Hadits ini
sanadnya shahih, tapi tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab
mereka. Hadits Ketiga: إذا م رتم ب اض اتصنة فارتعوا قالوا ا رسوؿ الله وما ر اض « وعن أ س رضي الله عنو
قاؿ :قاؿ رسوؿ الله صلى الله عليو وآلو وسلم اتصنة؟ قاؿ : ل
ال . Dari Anas, ia berkata:
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kamu melewati taman surga, maka nikmatilah”,
para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah taman surga itu?”. Rasulullah
Saw menjawab: Halaqah-halaqah (lingkaran-lingkaran) majlis zikir”. (HR.
At-Tirmidzi). Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Hasan.
(Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi).
Hadits Keempat: عن أبي سعيد اتطدري قاؿ خ ج معاو ة إلذ اتظس د ف اؿ ما
يَلسكم قالوا جلسنا الله قاؿ آلله ما
أجلسكم إلا ذاؾ قالوا والله ما أجلسنا إلا ذاؾ قاؿ أما إني لد أستحلفكم تِمة لكم
وما اف أ د بِنللتي من رسوؿ الله صلى الله
عليو وسلم أقل د ثا عنو مني إف رسوؿ الله
صلى الله عليو وسلم خ ج على ل ة من أصحابو
ف اؿ ما يَلسكم قالوا جلسنا الله وتؿمده
تظا ىدا ا للإسلاـ ومن علينا بو ف اؿ آلله ما أجلسكم إلا ذاؾ قالوا آلله ما أجلسنا
إلا ذاؾ قاؿ أما إني لد أستحلفكم لت مة لكم إ و أتاني جبر ل ف خبرني أف الله باىي بكم اتظلائكة Dari Abu Sa’id al-Khudri,
ia berkata: Mu’awiyah pergi ke masjid, ia berkata: “Apa yang membuat kamu
duduk?”. Mereka menjawab: “Kami duduk berzikir mengingat Allah”. Ia bertanya:
“Demi Allah, apakah kamu duduk hanya
karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, hanya itu yang membuat kami duduk”.
Mu’awiyah berkata: “Aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu,
tidak seorang pun yang kedudukannya seperti aku bagi Rasulullah Saw yang hadits
riwayatnya lebih sedikit daripada aku, sesungguhnya Rasulullah Saw keluar
menemui halaqah (lingkaran) majlis zikir para shahabatnnya, Rasulullah Saw
bertanya: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Para
shahabat menjawab: “Kami duduk berzikir dan memuji Allah karena telah
memberikan hidayah Islam dan nikmat yang telah Ia berikan kepada kami”.
Rasulullah Saw berkata: “Demi Allah, kamu hanya duduk karena itu?”. Mereka
83
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
menjawab: “Demi Allah, kami duduk hanya karena itu”.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku meminta kamu bersumpah, bukan karena
aku menuduh kamu, sesungguhnya malaikat Jibril telah datang kepadaku, ia
memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kamu kepada para malaikat”.
(Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi).
Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Shahih. (Dalam Shahih
wa Dha’if Sunan at- Tirmidzi).
Hadits Kelima: اف
سلماف في عصابة وف الله فم م رسوؿ الله صلى الله عليو و سلم ف اءىم
قاصدا تَّ د ا من م فكفوا عن اتضد ث
إعظاما ل سوؿ الله صلى الله عليو و سلم ف اؿ
:ما نتم ت ولوف ف ني رأ ت ال تزة
تنلؿ عليكم ف ببت أف أشار كم في ا و قد ا
ت ا بجعف بن سليماف ف ما أبو سلمة سيار
بن اتم اللاىد ف و عابد عص ه و قد أ ث أتزد بن
نبل ال وا ة عنو Salman al-Farisi bersama sekelompok shahabat berzikir,
lalu Rasulullah Saw melewati mereka, Rasulullah Saw datang kepada mereka dan
mendekat. Lalu mereka berhenti karena memuliakan Rasulullah Saw. Rasulullah Saw
bertanya: “Apa yang kamu ucapkan? Aku melihat rahmat turun kepada kamu, aku
ingin ikut serta dengan kamu”. (Hadits riwayat Imam al-Hakim). Komentar Imam
al-Hakim terhadap hadits ini: ى ا د ث صحيح و لد جاه Ini hadits shahih, tidak disebutkan Imam
al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka. Komentar Imam adz-Dzahabi: تعلي ال ىبِ قي التلخيص :صحيح
Komentar Imam adz-Dzahabi dalam kitab at-Talkhish: Hadits
Shahih. Hadits Keenam: وعن عبد الله بن
اللبير قاؿ : اف رسوؿ الله صلى الله عليو
وسلم إذا سلم من صلاتو وؿ بصوته الأعلى
" : لا إلو إلا الله و ده لا ش ك لو
لو اتظلك ولو اتضمد وىو على ل شيء قد لا وؿ
ولا قوة إلا بالله لا إلو إلا الله لا إلو إلا الله ولا عبد إلا إ اه لو النعمة ولو الفضل ولو الثناء
اتضسن لا إلو إلا الله تؼلص لو الد ن
ولو ه الكاف وف " .رواه مسلم Dari Abdullah bin az-Zubair, ia berkata:
Rasulullah Saw apabila telah salam dari shalat, ia mengucapkan dengan suara
yang tinggi: لا إلو إلا الله و ده لا
ش ك لو لو اتظلك ولو اتضمد وىو على ل شيء قد
لا وؿ ولا قوة إلا بالله لا إلو
إلا الله لا إلو إلا الله ولا عبد إلا إ
اه لو النعمة ولو الفضل ولو الثناء اتضسن لا إلو إلا الله تؼلص لو الد ن ولو
ه الكاف وف
84
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Komentar Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: Hadits
Shahih.
Hadits Ketujuh:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ اؿَ ق َ اؿَ قَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ
« - ع-صلى الله عليو وسلم َ ِ ُ وَ
عَ ا م َ َ أَ و ِ ى بَ ِ دْ بَ دِّ ع نَ ظ َ دْ نِ ا ع َ َ للَّا أ َ جَ لَّا و
لَ عُ الللَّاو ُوؿُ َ ػ اً ْ بػِ دِّ ش نِِ م َ لَّاب َ َ تػ ْ فِ إَ وْ مُ ْ نػِ
م ٌ ْ يػَ خْ مُ ى ٍ لإَ م ِ ُ وُ تْ َ َ
ذ ٍ لإَ م ِ ِ نَِّ َ َ ذ ْ فِ إَ ى و ِ
سْ فَ ػ ِ ُ وُ تْ َ َ ذِ وِ سْ فَ ػ ِ ِ
نَِّ َ َ ذ ْ فِ إ ِ نُِّ ُ ْ َ ً ةَ لَ
وْ َ ىُ وُ تْ يَ تػَ ى أ ِ َْ يَ ِ انَِّ تَ أ ْ فِ إَ ا و ًاعَ بُ وْ نِ م ُتْ
لَّاب َ َ ا تػ ًاعَ رِ لَّا ذ َ لذِ إ َ لَّاب َ َ تػ ْ فِ إَ ا و ًاعَ رِ ذِ وْ
يَ لِ إ ُتْ لَّاب َ َ .» تػ Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw
bersabda: Allah Swt berfirman: “Aku menurut prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku
bersamanya ketika ia berzikir mengingat Aku. Jika ia berzikir sendirian, maka
Aku menyebutnya di dalam diriku. Jika ia berzikir bersama kelompok orang
banyak, maka aku menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok
mereka. Jika ia mendekat satu jengkal kepadaku, maka Aku mendekat satu hasta
kepdanya. Jika ia mendekat satu hasta, maka Aku mendekat satu lengan kepadanya.
Jika ia datang berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari”.
(Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Hadits Kedelapan: دِِّ النلَّابِ
ِ دْ َ ى ع َ لَ ع َافَ ِ ةَوبُ تْ كَ مْ
ال َ نِ م ُ النلَّااس ُؼِ َصْ نَ ػ َ
ِ ِ ْ دِّ الِ ب ِ تْ الصلَّاو َ عْ فَ لَّا ر فَ أ-صلى
الله عليو وسلم .- َ اؿَ ق َ اؿَ قُ لَّاو َ أَ و ُ وُ تْ عَِ ا تش َ ذِ إ َكِ لَ
ِ وا ب ُ فَ َصْ ا ا َ ذِ إُ مَ لْ عَ أ ُتْ نُ
ٍ لَّااس بَ عُ . نْاب Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir
setelah selesai shalat wajib sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Ibnu Abbas
berkata: “Aku tahu bahwa mereka telah selesai shalat ketika aku mendengarnya
(zikir dengan suara jahr)”. (Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim). Hadits Kesembilan: ما من قوـ وف الله إلا فت م
اتظلائكة وا يت م ال تزة و للت علي م السكينة وذ
ىم الله فيمن عنده Tidaklah
sekelompok orang berzikir mengingat Allah, melainkan para malaikat mengelilingi
mereka, mereka diliputi rahmat Allah, turun ketenangan kepada mereka dan mereka
dibanggakan Allah kepada para malaikat yang ada di sisi-Nya. (Hadits riwayat
Imam at-Tirmidzi). Komentar Syekh al-Albani dalam shahih wa dha’if Sunan
at-Tirmidzi: Hadits Shahih. Hadits
Kesepuluh: عن أ س بن مالك عن رسوؿ الله صلى الله عليو و سلم قاؿ :ما من قوـ اجتمعوا وف الله لا دوف ب لك الا وج و الا اداىم مناد من السماء اف قوموا م فورا لكم قد
بدلت سيئاتكم سنات Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah Saw,
beliau bersabda: “Sekelompok orang berkumpul berzikir mengingat Allah, tidak
mengharapkan kecuali keagungan Allah, maka ada malaikat dari langit yang
memanggil mereka: “Berdirilah kamu, dosa-dosa kamu telah diganti dengan
kebaikan”. Hadits riwayat Imam Ahmad bin
Hanbal dalam kitab al-Musnad. Komentar Syekh Syu’aib al-Arna’uth tentang hadits
ini: وى ا إسناد سن، صحيح ل يره Shahih li ghairihi, sanad ini
sanad hasan.
85
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Hadits Kesebelas: لأف أذ
الله تعالذ مع قوـ بعد صلاة الف
إلذ طلوع ال مس «عن أ س رضي الله عنو عن رسوؿ الله صلى الله عليو وآلو وسلم
قاؿ أ ب الر تؽا طلعت عليو ال مس ولأف أذ
الله مع قوـ بعد صلاة العص إلذ أف
ت يب ال مس أ ب إلر من الد يا وما في ا. Dari Anas, dari Rasulullah Saw, beliau
bersabda: “Aku berzikir mengingat Allah bersama orang banyak setelah shalat
shubuh hingga terbit matahari lebih aku sukai daripada terbitnya matahari. Aku
berzikir bersama orang banyak setelah shalat ashar hingga tenggelam matahari
lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya”. (Hadits riwayat Imam as-Suyuthi
dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir dengan tanda: Hadits Hasan).
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu?
Jawaban:
ما يَعلو اتظصلي أمامو
تظنع اتظ ور ب د و.
Sesuatu yang diletakkan orang yang shalat di hadapannya
untuk mencegah orang lewat di depannya.
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah?
Jawaban:
Fungsi Sutrah agar orang lain tidak melewati orang yang
sedang shalat, karena Rasulullah Saw bersabda:
ْ فَ أ َافَ كَ لِ وْ يَ لَ ا ع َاذَ دِّى م لَ صُ مْ ال ِىَ دَ َْ َ بػ ُّ ارَ مْ الُ مَ لْ عَ ػ ْ وَ ل ا ً ْ يػَ خ َ ِ عَ بْ رَ أ َفِ
َ ِ وْ َ دَ َْ َ لَّا بػ َُ يَ ْ فَ أ ْ نِ مُ وَ ل
“Kalaulah orang yang melewati orang yang sedang shalat itu
mengetahui hukuman baginya, maka berdiri 40 tahun lebih baginya daripada
melewati orang yang sedang shalat”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ancaman bagi orang
yang melewati orang yang sedang shalat sangat keras, oleh sebab itu dianjurkan
menahan orang yang akan melewati tersebut dengan cara meluruskan tangan untuk
menyelamatkannya dari murka Allah Swt:
َْ َ بػ َ ازَ تَْ يَ ْ فَ أ ٌ دَ َ أَادَ رَ َ ف ، ِ النلَّااس َ نِ مُ هُ
ُ تػْسَ ٍ ءْ ىَ ش َ لذِ إ ْ مُ ُ دَ َ
لَّاى أ لَ ا ص َ ذِ إ ُ وْ عَ فػْ دَ يْ لَ فػِ وْ َ دَ ٌ افَطْ يَ ش َ وُ ا ى َلَّا ِ َ ف ، ُ وْ
لِاتَ ُ يػْ لَ فػ َ بََ أ ْ فِ َ ف ،
“Apabila salah seorang kamu melaksanakan shalat menghadap
sesuatu yang dapat menghalanginya dari orang lain (agar tidak melewatinya),
jika ada seseorang yang akan melewatinya di depannya, maka hendaklah ia
menolaknya, jika orang itu melawan, maka hendaklah ia memeranginya, karena
sesungguhnya dia adalah setan”. (HR. Al-Bukhari).
86
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Oleh sebab itu dianjurkan shalat menghadap Sutrah.
Rasulullah Saw bersabda: ف و شيطاف ، فلي
اتلو ، ف ف جاء أ د يَ ، يَ ب د و ً ولا
دع أ دا ، ف من ا ْ دَ يْول ، إذا صل أ د م فليصل إلذ سترة
“Apabila salah seorang kamu shalat, maka hendaklah ia shalat
menghadap sutrah, hendaklah ia mendekat ke sutrah, janganlah ia membiarkan
seseorang lewat di hadapannya, jika seseorang datang melewatinya, maka
hendaklah ia memeranginya, karena sesungguhnya itu adalah setan”. (HR. Abu
Daud, an-Nasa’I dan Ibnu Majah, dari Abu Sa’id al-Khudri).
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Jawaban: ولعدـ التلاـ
، في الصلاة ً إذ لا للـ من عدم ا بطلاف
الصلاة وليست ش طا ، وليست واجبة باتفاؽ الف
اء؛ لأف الأم باتخاذىا للندب «
ولأف ، ولو ا ت واجبة لأثُ اتظصلي ، ولأف
الإثُ على اتظار أماـ اتظصلي ، لالتلموهً ولو
اف واجبا ، السلف اتخاذىا ى الله عليو ّ النبِ صل .رواه البخاري »وسلم صلى
في فضاء ليس ب د و شيء Tidak wajib
berdasarkan kesepakatan ahli Fiqh, karena perintah memakai sutrah itu bersifat
anjuran, karena tidak menggunakan sutrah tidak menyebabkan shalat menjadi
batal, bukan pula syarat sahnya shalat, karena kalangan Salaf tidak melazimkan
diri memakai sutrah, andai wajib pastilah mereka melazimkannya, karena dosa
bagi orang yang lewat di depan orang shalat, seandainya wajib pastilah orang
yang shalat itu ikut berdosa, juga karena hadits menyebut: Rasulullah Saw
pernah shalat di tanah lapang, tidak ada apa-apa di depannya. (HR.
al-Bukhari)69.
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw
shalat tidak menghadap Sutrah?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
Hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ رَ
و -صلى الله عليو وسلم - ٍ ارَ دِ جِْ يرَ
ا َ لذِ إ ً نِِِ بِ ِالنلَّااسِ دِّى ب لَ صُ
“Rasulullah Saw shalat bersama orang banyak di Mina ke
(arah) tanpa ada dinding”. (HR. Al-Bukhari).
Hadits ini dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
al-‘Asqalani:
لوْ وَ قػ :( ارَ دِ ج ْ يرَ ا َ لذِ إ) ْ يَ أ : ّ يِ عِ ال لَّااف ُ وَالَ ة ق َ ْ تػُ
س ْ يرَ ا َ لذِ إ.
69 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/118.
87
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Kalimat: “Ke (arah) tanpa dinding” artinya: ke (arah) tanpa
ada Sutrah”. Demikian menurut Imam Syafi’i70.
Riwayat Kedua:
والنبِ صلى الله عليو
وسلم صلى اتظكتوبة ليس ل يء ستره
“Rasulullah Saw melaksanakan shalat wajib, tidak ada sesuatu
yang menutupinya (tanpa Sutrah)”. (HR. al-Bazzar).
Riwayat Ketiga:
َ اؿَ ق ، ٍ لَّااس بَ
عِ نْ ابِ نَ ع : ُ وْ نَ ا ع َ نْ لَ لَ نػَ فػ ، دِّي لَ صُ َ وُ ىَ دِّ صلى الله عليو وسلم و ِ النلَّابِ
ِ يَ دَ َْ َ ا بػ َ ْ رَ َ مَ ف ، ٍارَِ
ى تز َ لَ ع ٍ مِاشَ ى ِ نيَ ب ْ نِ مٌلاـُ اَ ا و َ َ أ ُتْ ئِ ج َ اؿَ ق ْ وَ أ
، ِضْ رَ الأ ِ لْ َ بػ ْ نِ مُلُ ْ َ َ
ارَ مِْ ا اتض َ نْ َ َ تػَ : و ، ٌ لُ جَ
ر َ اؿَ َ فػِ الصلَّالاة ِ فيُ وَ عَ ا م َ نْ لَ خَ دَ ف ، ِضْ رَ الأ ِاتَ
بَ ػ ْ نِ م : َ اؿَ ؟ ق ٌ ةَ لَ نػَ عِ
وْ َ دَ َْ َ بػ َافَ َ أ :لا Dari Ibnu
Abbas, ia berkata: “Saya datang bersama seorang anak/sahaya dari Bani Hasyim
menunggang keledai, kami melewati bagian depan Rasulullah Saw, ketika itu
beliau sedang shalat, kami turun, kami tinggalkan keledai memakan tanaman
tanah. Kami ikut shalat bersama Rasulullah Saw. Seseorang bertanya: “Adakah
tongkat di hadapan Rasulullah?”. Ia menjawab: “Tidak ada”. (HR. Abu Ya’la).
Komentar al-Hafizh al-Haitsami:
رواه أبو على ورجالو
رجاؿ الصحيح . Diriwayatkan oleh Abu Ya’la, para periwayatnya adalah para
periwayat shahih71.
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan
sujud?
Jawaban:
Tidak boleh berdasarkan hadits:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َفَ َ َ اؿَ ق ٍ لَّااس بَ عِ نْ ابِ نَ
ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ َ فػٍ ْ كَ ب ِ بََ أ َفْ لَ خ ٌوؼُ فُ ص ُ النلَّااس
َ وَ ةَ ارَ دِّت « الس اَ ُّ ػَ أ ْ وَ ا
أ ً عِ اَ ر َآفْ ُ ْ الَ أَ ْ قػَ أ ْ فَ أ ُيتُِ دِّ نه نِِّ إَ وَلاَ أُ وَ ى ل
َ ُ تػ ْ وَ أُ مِ لْ سُ مْ ا ال َ اىَ َ ػ
ُ ةَِ ا الصلَّااتض َ ْ ؤُّ لالَّا ال ِ إِ لَّاة وُ بػُّ الن ِاتَ دَِّ بُ م ْ نِ م َ ْ بَ ػ َْ لدُ لَّاو ِ إ ُ النلَّااس ْ مُ كَ ل َابَ
َ تْ سُ ْ فَ أٌ نِ مَ َ فػِاءَ عُّ الد
ِ واُ دِ َ تْ اجَ فُودُ ُّ لَّاا الس مَ
أَ للَّا و َ جَ لَّا و لَ لَّابلَّا ع
الِيوِ وا ف ُ ظدِّم َ عَ فػُوعُ ُّ لَّاا ال مَ َ ا ف ً دِ اجَ .» س Dari
Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah Saw menyingkap tirai ketika banyak orang
berbaris di belakang Abu Bakar. Rasulullah Saw berkata: “Wahai manusia,
sesungguhnya tidak ada yang tersisa dari kabar gembira kenabian selain mimpi
yang benar yang dilihat seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya.
70 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari: 1/125. 71 Al-Hafizh
al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id, 2/78
88
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Ketahuilah sesunggguhnya aku dilarang membaca al-Qur’an
ketika ruku’ atau sujud. Adapun ruku’ maka agungkanlah Allah di dalamnya,
adapun sujud maka berusahalah dalam berdua agar layak dikabulkan
bagi kamu”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud?
Jawaban:
Boleh, bahkan diperintahkan, berdasarkan hadits:
ِ الللَّاو َوؿُ سَ
لَّا ر فَ أَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق َ اءَ عُّ وا الد ُ ِ ثْ َ َ ف ٌ دِ اجَ س
َ وُ ىَ وِ دِّو بَ ر ْ نِ م ُ دْ بَ عْ الُوفُ كَ اَ م ُبَ ْ قػَ .» أ Dari Abu Hurairah,
sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Seorang hamba paling dekat dengan
Tuhannya ketika ia sujud, perbanyaklah doa”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 58: Apakah
boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat?
Jawaban:
ٍ اـَسْ قَ أُ ةَسَْ
تسُاءَ عُّالدَ ف : ُّ بَحَ تْ سُ مْالَ و ُبِ اجَ وْ ال َ وُ ع ى َ ْ ُ يِ لَّا ال . َ ةَ الصلَّالا ُلِ طْ بُ ػ َ لاَ و ُّبَحَ تْ سُ َ لاَ فُاحَ بُ مْ لَّاا ال مَ أَ و . اَ ُ لِ
طْ بُ ػ َ لاَ وُ هَ ْ كُ ُوهُ ْ كَ مْالَ و ِودُ عُ ْ ال ِ في َ أَ َ قػ
ْ وَ أ ِ اـَ يِ ْ ال ِ في َ لَّاد َ َ ت ْ وَ ا ل َ مَ َ وِ ةَ الصلَّالا ِ في
ِاتَ فِ تْ لِ الاَ . ِ ـَ لاَ كْ ال ْ نِ
مُ لَّاو َِ ا ؛ لأ َ ُ لِ طْ بُ ػ ُ
لَّاـ َحُ مْالَ و.
Doa itu lima
macam: Doa yang disyariatkan, itulah yang wajib dan dianjurkan. Doa yang mubah
(boleh), tidak dianjurkan dan tidak membatalkan shalat. Doa yang makruh, makruh
dibaca tetapi tidak membatalkan shalat, seperti menoleh saat shalat, juga
seperti bertasyahhud saat berdiri atau membaca ayat saat duduk. Doa yang haram,
membatalkan shalat, karena ucapan biasa72.
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam
shalat?
Jawaban:
Imam an-Nawawi berkata:
ولا يَوز اف ترع دعوة
اير م ثورة و تى ا الع مية بلا خلاؼ وتبطل ا الصلاة
72 Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 2/215.
89
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
“Tidak boleh membuat-buat doa yang tidak ma’tsur (bukan dari
al-Qur’an dan Sunnah), kemudian diucapkan dalam bahasa asing (bukan Arab),
tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, shalat menjadi batal disebabkan
perbuatan tersebut”73.
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat
malam?
Jawaban:
َ ةَ ِائَ ع ْ نَ ع
-رضى الله عن ا - ِ لَّا الللَّاو ِ
بَِ لَّا فَ أ -صلى الله عليو وسلم - ُ عَ نْ صَ تَِ لدُ ةَ ِائَ ع ْتَالَ َ فػُاهَ
مَ دَ ق َ طلَّا َ فَ تػَ لَّا تػ تََّ ِ
لْ الللَّاي َ نِ مُوـُ َ ػ َافَ َ اؿَ ق َ لَّا خَ َ ا ت َ مَ و َكِ بْ َ ذ ْ
نِ مَ لَّاـ دَ َ ا تػ َ م َكَ لُ الللَّاو َ َ فَ ا ْ دَ قَ وِ الللَّاو َوؿُ سَ
ا ر َ اَ َ « ى اً ورُ كَ ا ش ً دْ بَ ع َوفُ َ أ ْ فَ أ
ُّبِ ُ أَلاَ فَ . » أ
Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw melaksanakan shalat
malam hingga bengkak kedua kakinya. Aisyah berkata: “Mengapa engkau melakukan
ini wahai Rasulullah. Allah telah mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan
datang”. Rasulullah Saw menjawab: “Apakah tidak boleh jika aku ingin menjadi
hamba yang bersyukur”. (HR. al-Bukhari).
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi?
Jawaban:
ِ الللَّاو ِ وؿُ سَ
رَ عَ م ُتْ مُ ق َ اؿَ دِّ ق ىِ عَ ْشَ الأ ٍ كِالَ مِ نْ ب ِ ؼْ وَ ع ْ نَ ع-صلى
الله عليو وسلم - َ فَ قَ لالَّا و ِ إٍ ةَْ تزَ رِ ةَ آِ ب ُّ َُ يََ لاِ ةَ َ َ
بػْ الَ ةَ ورُ س َ أَ َ َ فػَاـَ َ فػً ةَ لْ يػَ ل َ لَّاذ وَ عَ تػَ فػ َفَ قَ
لالَّا و ِ إ ٍابَ َ عِ ةَ آِ ب ُّ َُ يََلاَ و َ ؿَ َ سَ ف - َ اؿَ ق - ِ وِوعُ ُ
ر ِ ُوؿُ َ ػ ِ وِ امَ يِ قِ رْ دَ ِ بَ عَ َ لَّا ر
ُ « ثُ ِ اءَ ِْ برِكْالَ و ِوتُ كَ لَ
مْالَ و ِوتُ َ بػَْ ى اتص ِ ذ َافَحْ بُ س ِ ةَ مَظَ عْالَ .» و َ كِ لَ ذَلْ ثِ مِ هِودُ ُ س ِ َ اؿَ لَّا ق ُ ثُِ وِ امَ يِ قِ رْ دَ ِ ب َ
دَ َ لَّا س ُ ثُ - ً ةَ ورُ سً ةَ ورُ س َ أَ َ لَّا قػ ُ ثُ َافَ ْ مِ ع ِ آؿِ ب
َ أَ َ َ فػَاـَ لَّا ق ُ ثُ.
Dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i, ia berkata: “Saya shalat
malam bersama Rasulullah Saw pada suatu malam, beliau berdiri, lalu membaca
surat al-Baqarah, tidak melewati ayat rahmat melainkan beliau berhenti dan
berdoa, tidak melewati ayat azab melainkan berhenti dan memohon perlindungan,
kemudian beliau ruku’ seperti tegaknya, dalam ruku’nya ia membaca: “Maha Suci
Pemilik Kekuasaan, Keagungan, Kebesaran dan Kemuliaan”. Kemudian beliau sujud
seperti tegaknya. Kemudian beliau mengucapkan doa dalam sujudnya seperti itu.
Kemudian beliau berdiri dan membaca surat Al
‘Imran, kemudian membaca surat demi surat ”. (HR. Abu Daud,
an-Nasa’I, Ahmad, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam
as-Sunan al-Kubra).
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Jawaban:
73 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 16/212.
90
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Pendapat Imam an-Nawawi: (الثامنة )قد سب اف النوافل لا ت ع اتصماعة في ا الا في العيد ن والكسوف والاستس اء و
ا التراو ح والوت بعدىا إذا قلنا
بالاصح اف اتصماعة في ا أفضل وأما باقى النوافل
السنن ال اتبة مع الف ائض والضحي والنوافل اتظطل ة فلا ت ع في ا اتصماعة أي لا تستحب لكن لو صلاىا تراعة
جاز ولا اؿ ا و مك وه وقد ص ال افعي رتزو الله في تؼتص ي البو طي وال بيع
علي ا و لا باس باتصماعة في النافلة ودليل جوازىا تراعة ا اد ث ثيرة في الصحيح من ا د ث عتباف ابن مالك رضى الله عنو أف النبِ صلي
الله عليو وسلم " جاءه في بيتو بعد ما اشتد الن ار ومعو أبو بك رضي الله عنو ف اؿ النبِ صلي الله عليو وسلم أ
ن تحب أف أصلى من بيتك فاش ت إلذ اتظكاف ال ى أ ب اف صلى فيو ف اـ وصفنا خلفو ثُ سلم وسلمنا سلم " رواه البخاري ومسلم وثبتت اتصماعة
في النافلة مع رسوؿ الله صلي الله عليو وسلم من روا ة ابن عباس وأ س بن مالك وابن
مسعود و فة رضى الله عن م وا اد ث م ل ا في الصحيح
الا د ث فة ففى مسلم ف ط والله أعلم.
(Ke Delapan) telah disebutkan sebelumnya bahwa shalat-shalat
sunnat tidak disyariatkan dilaksanakan berjamaah, kecuali shalat Idul Fitri dan
Idul Adha, gerhana matahari dan bulan, shalat Istisqa’ (minta hujan), demikian
juga Tarawih dan Witir setelahnya. Jika kami katakan menurut pendapat
al-Ashahh, sesungguhnya berjamaah afdhal dalam semua itu, adapun shalat-shalat
sunnat yang lain seperti shalat sunnat Rawatib bersama Fardhu, shalat Dhuha,
shalat sunnat mutlaq, tidak disyariatkan berjamaah, artinya tidak dianjurkan,
akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka hukumnya boleh, tidak
dikatakan makruh. Imam Syafi’I menyebutkan secara teks dalam Mukhtashar
al-Buwaithi dan ar-Rabi’ bahwa boleh dilaksanakan berjamaah, dalil bolehnya adalah
banyak hadits dalam kitab Shahih, diantaranya adalah hadits ‘Itban bin Malik,
sesungguhnya Rasulullah Saw datang ke rumahnya setelah panas terik, bersama
Rasulullah Saw ada Abu Bakar. Rasulullah Saw berkata: “Di manakah engkau suka
aku laksanakan shalat di dalam rumahmu?”. Maka saya tunjuk tempat yang saya
sukai agar Rasulullah Saw shalat di tempat itu. Rasulullah Saw berdiri,
kemudian kami menyusun shaf di belakang beliau, kemudian Rasulullah Saw
mengucapkan salam, kami pun ikut mengucapkan salam ketika beliau mengucapkan
salam. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Shalat sunnat berjamaah bersama Rasulullah
Saw juga berdasarkan hadits-hadits shahih dari riwayat Ibnu Abbas, Anas bin
Malik, Ibnu Mas’ud dan Hudzaifah. Semua hadits mereka ada dalam Shahih al-Bukhari
dan Muslim, kecuali hadits Hudzaifah hanya ada dalam Shahih Muslim saja.
Wallahu a’lam74.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
ُ ةَ لاَص ِ عُّ وَالتلَّاط ِ في ٍ ةَاعََ تر
ِ افَ عْ وَ ػ: ا َُ هُُ دَ َ أ :
ا َ م ُّ نَسُ ت ُ وَ ل
ُ ةَاعَ مَْاتص ُ ةَ بِلَّاات
ال ِ وؼُسُ كْالَ ِ اءَ ْسِ تْ سِ الاَ و ِ اـَ يِ قَ و
َ افَضَ مَ ر ا َ َ َ فػ ُ لَ عْ
فُ ػ ِ في ِ ةَاعَ م ا َْاتص ً مِائَ د ا َ مَ ْ تَضَ م
ِ وِ ب ُ . نلَّاةُّالس
74 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 4/55.
91
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ِ الثلَّااني : ا َ
م َ لا
ُّ نَسُ ت ُ وَ ل ُ ةَاعَ
مَْاتص ُ ةَ بِلَّاات ال : ِ اـَ يِ َ
ِ لْ الللَّاي ِ نَ نُّ السَ
و ِ بِاتَ لَّاو ال ِ ةَ لاَصَ و ى َ حُّالض ِ لَّاة يَِ تحَ و ِ دِ ْسَ
مْال ِ وَْ تؿَ و َ كِ لَ ذ . اَ َ َ فػ ا َ إذ َ لِ عُ ف
ً ةَاعََ تر ا ً اَ يْ َ أ َ ازَ
ج.
Shalat sunnat terbagi kepada dua:
Pertama: shalat sunnat yang disunnatkan untuk dilaksanakan
secara berjamaah seperti shalat Kusuf (Gerhana Matahari), shalat Istisqa’
(minta hujan) dan shalat malam Ramadhan. Shalat-shalat sunnat ini dilaksanakan
secara berjamaah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.
Kedua: shalat sunnat yang tidak dianjurkan untuk
dilaksanakan secara berjamaah seperti shalat Qiyamullail, shalat sunnat
Rawatib, shalat Dhuha, shalat sunnat Tahyatulmasjid dan shalat-shalat sunnat
lainnya. Shalat-shalat sunnat jenis ini jika dilaksanakan secara berjamaah,
maka hukumnya boleh, jika dilaksanakan sekali-sekali75.
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at?
Jawaban:
لَّاِ لَّا النلَّابِ
فَ أ ٍ لَّااس بَ عِ نْ ابِ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - ِ ةَ عُ مُْ اتصَ ـْ
وَ ػ ِ ْ َ فْ الِ ةَلاَ ص ِ ُ أَ ْ َ
ػ َافَ ( ُ لِ لْ نَ الد تػ) َ وُ
ةَ ( دْ السلَّا ِ افَسْ ِ ى الإ َ لَ ى ع َ تَ أْلَ ى ِ ْ الدلَّاى َ نِ م ٌ ِ
) لَّاِ لَّا النلَّابِ فَ أَ و-صلى الله
عليو وسلم - َ ِ ِافَ نُ مْالَ وِ ةَ عُ مُْ اتصَ ةَ ورُ سِ ةَ عُ مُْ اتصِ ةَلاَ
ص ِ ُ أَ ْ َ ػ َافَ
. Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw membaca pada shalat
Shubuh hari Jum’at (surat ) Alif Lam Mim Tanzil
as-Sajdah dan Hal Ata ‘Ala al-Insan Hinun min
ad-Dahr (Surat
al-Insan). Rasulullah Saw pada shalat Jum’at membaca surat
al-Jumu’ah dan surat
al-Munafiqun. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
Jawaban: عن عبد الله بن مسعود أف النبِ صلى الله عليو وآلو
وسلم : اف أ في صلاة الصبح وـ اتصمعة الد تنل ل الس دة ، و ىل أتى على الإ
ساف د
ذلك
Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Rasulullah Saw
membaca pada shalat Shubuh hari Jum’at Alif Lam Tanzil as-Sajdah dan surat al-Insan,
melakukannya terus menerus. (HR. ath-Thabrani dalam al- Mu’jam ash-Shaghir).
Pendapat Ibnu Baz:
75 Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/381.
92
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
أ و اف صلى الله عليو
وسلم د
ذلك أي : داوـ على ق اءة السورت
اتظ ورت ، فالسنة اتظداومة . Rasulullah Saw
melaksanakannya secara terus menerus, artinya: terus menerus membaca dua surat tersebut, maka
sunnah melaksanakannya secara terus menerus76.
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir?
Jawaban: س دة التلاوة مثل س ود الصلاة ف ذا س د في الصلاة عند
الس ود كبر وإذا رفع كبر إذا
اف في الصلاة والدليل على ى ا ما ثبت عن رسوؿ الله صلى الله عليو وسلم أ و
في الصلاة كبر في ل خفض ورفع ، إذا س د بر وإذا نهض
بر -ىك ا أخبر الصحابة عنو صلى
الله عليو وسلم من د ث أبي ى ة وايره
-أما إذا س د للتلاوة في خارج الصلاة فلم
و إلا التكبير في أولو ، ى ا ىو اتظع وؼ
ما رواه أبو داود واتضا م .
Sujud Tilawah sama seperti sujud shalat, apabila seseorang
sujud dalam shalat, maka ketika sujud itu ia bertakbir, ketika bangun juga
bertakbir, dalilnya adalah hadits shahih dari Rasulullah Saw bahwa ketika
beliau shalat bertakbir saat akan sujud dan bangun dari sujud, demikian
diriwayatkan oleh para shahabat dari hadits Abu Hurairah dan lainnya.
Adapun sujud Tilawah di luar shalat, tidak ada riwayat
melainkan hanya takbir pada awalnya saja, demikian yang diketahui umum
sebagaimana yang diriwayatkan Abu Daud dan al-Hakim77.
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib?
Jawaban:
ْ تَالَ ا ق َ ْ نػَ
عُ الللَّاو َ يِضَ ر َ ِ نِ مْ ُ مْ دِّ ال ـُ أَ ةَيبِ بَ دِّ ـُ أ ْ نَ عَ و : ُ وؿُ َ ػ َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو
لَ صِ الللَّاو َوؿُ سَ ت ر ْ عِ َ تش :{
ِ فيً ةَ عْ َ رَ ةَ ْ َ عَْ تيَ نْ لَّاى اثػ لَ ص ْ نَ م ِنلَّاةَْ اتص ِ
في ٌتْ يَ لَّا بػ نِِ ُ وَ لَِ نيُ بِ وِ
تَ لْ يػَ لَ وِ وِ مْ وَ ػ} ٌ مِ لْ سُ
مُاهَ وَ ر
Dari Ummu Habibah Ummul Mu’minin, ia berkata: “Saya
mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang shalat 12 rakaat sehari semalam, dibangunkan
untuknya satu tempat di surga”. (HR. Muslim).
Penjelasan 12 rakaat tersebut terdapat dalam riwayat Imam
at-Tirmidzi:
76 Majmu’ Fatawa Ibn Baz: 12/323. 77 Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz:
11/221.
93
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ِ ْ َ فْ الِ ةَ لاَ صَلْ بَ قػ ِْ َ تػَ عْ َ رَ و ، ِاءَ ِ
عْ ال َ دْ عَ بػ ِْ َ تػَ عْ َ رَ و ، ِ بِ ْ َ مْ ال َ دْ عَ بػ ِْ َ تػَ عْ َ
رَ ا و َ ىَ دْ عَ بػ ِْ َ تػَ عْ َ رَ و ، ِ ْ ُّ الظَلْ بَ ا قػ ً عَ بػْ رَ أ
4 rakaat sebelum Zhuhur. 2 rakaat setelah Zuhur. 2 rakaat
setelah Maghrib. 2 rakaat setelah Isya’. Dan 2 rakaat sebelum Shubuh. Menurut
riwayat Ibnu Umar: 2 rakaat sebelum Zhuhur.
Sedangkan 2 rakaat sebelum Ashar, 2 rakaat sebelum Maghrib
dan 2 rakaat sebelum Isya’ masuk dalam hadits:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر َ اؿَ ق َ اؿَ دِّ ق ِ نَِّ لُ مْ ال ٍ لَّال فَ ُ مِ
نْ بِ الللَّاو ِ دْ بَ ع ْ نَ « - ع-صلى
الله عليو وسلم ٌ ةَلاَ ص ِْ َ ا ػ َ ذَ دِّ أ لُ
َْ َ بػ - ِ ةَ ثِ الثلَّاال ِ َ اؿَ
ا ق ً ثَلاَ ا ث ََ اتعَ ق - ْ نَ مِ ل َاءَ .» ش Dari Abdullah bin Mughaffal
al-Muzani, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Antara adzan dan iqamah ada
shalat. Antara adzan dan iqamah ada shalat. Antara adzan dan iqamah ada shalat,
bagi siapa yang mau melaksanakannya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling
kuat?
Jawaban:
{ ِ ْ َ فْ الَْ تيَ
عْ َ ى ر َ لَ عُ وْ نِ ا م ً دُاىَ عَ لَّا تػ دَ شَ أ ِ لِافَ النلَّاػو ْ نِ مٍ
ءْ يَ ى ش َ لَ عَ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو لَ صُِّ النلَّابِ ْ
نُ كَ َْ لد} ِ وْ يَ لَ ع ٌ َ لَّاف تػُ م . Dari Aisyah,
Rasulullah Saw tidak pernah sangat kuat melaksanakan shalat sunnat melebihi dua
rakaat Fajar (Qabliyah Shubuh)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). اَ يِ ا ف َ مَ ا
و َ يْ ػُّ الد ْ نِ م ٌ ْ يػَ خِ ْ َ فْ ا ال َ تَ عْ َ ر
“Dua rakaat Fajar (Qabliyah Shubuh) lebih baik daripada
dunia dan seisinya”. (HR. Muslim). ِ
الللَّاو ُوؿُ سَ ر َافَ ْتَالَ قَ ةَ
ِائَ ع ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم -ا َ مُ ُ دِّف فَُ َ و َافَ ذَ الأَ عِ َ ا تش
َ ذِ إِ ْ َ فْ ال َِ تََّ عْ َ دِّى ر لَ صُ
. Dari Aisyah , ia berkata: “Rasulullah Saw melaksanakan dua
rakaat Fajr apabila telah mendengar adzan, beliau melaksanakannya ringan
(pendek)”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan
shalat Fajar?
Jawaban:
صلاة الف ىي صلاة
الصبح ، لا ف ؽ بين ما ، وىي ر عتاف مف وضتاف
، .، بدأ وقت ا من طلوع الف الصادؽ إلذ طلوع ال مس عتاف ر ، ةّ وتعا سنة قبلي وتسمى سنة الف أو سنة الصبح ، أو ر عتي الف .
94
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Shalat Fajar adalah shalat Shubuh, tidak ada perbedaan
antara keduanya.
Dua rakaat yang diwajibkan, dimulai dari terbit fajar shadiq
hingga terbit matahari.
Shalat Shubuh
memiliki sunnat Qabliyyah dua rakaat, disebut Sunnat Fajar atau Sunnat Shubuh
atau dua rakaat Fajar78.
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah
Shubuh, apakah bisa diqadha’?
Jawaban: قضاء سنة الف
بعد صلاة الف لا ب س بو على ال وؿ
ال اجح، ولا عارض ذلك د ث الن ي عن الصلاة بعد صلاة الف ؛ لأف اتظن ي عنو الصلاة التي لا سبب تعا، ولكن
إف أخ قضاءىا إلذ الضحى، ولد ش من
سيانها، أو الا اؿ عن ا ف و أولذ
. Qadha’ sunnat Fajar (Qabliyah Shubuh) setelah shalat Shubuh hukumnya boleh
menurut pendapat yang kuat (rajih). Tidak bertentangan dengan hadits larangan
melaksanakan shalat setelah shalat Shubuh, karena yang dilarang adalah shalat
yang tidak ada sebabnya. Akan tetapi jika qadha’, sunnat fajar tersebut ditunda
pelaksanaannya hingga waktu Dhuha, tidak khawatir terlupa, atau sibuk, maka itu
lebih baik79.
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib?
Jawaban:
دِِّ النلَّابِِ نَ
عُِّ نَِّ لُ مْ الِ الللَّاو ُ دْ بَ ع -صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ
« ق ِ بِ ْ َ مْ الِ ةَلاَ صَلْ بَ وا قػ ُّ لَ - . » ص ِ ةَ ثِ الثلَّاال ِ َ اؿَ ق - َ اءَ ش ْ نَ مِ ل
Dari Abdullah al-Muzani, dari Rasulullah Saw: “Shalatlah
kamu sebelum Maghrib. Shalatlah kamu sebelum Maghrib. Shalatlah kamu sebelum
Maghrib, bagi siapa yang mau”. (HR. Al-Bukhari).
َ اؿَ ق ٍ لَّااس بَ
عِ نْ اب ْ نَ ع{ :ا َ نَ ْ نػَ ػ َْ لدَ ا و َ ْ ُ مْ َ ْ مَ لَ فػ ، اَ اَ َ ػ َ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو
لَ صُِّ النلَّابِ َافَ َ و ، ِسْ ال لَّام ِوبُ ُ ا َ دْ عَ بػ ِْ َ تػَ عْ َ
دِّي ر لَ صُ نلَّااُ } . Dari Ibnu Abbas: “Kami melaksanakan shalat
dua rakaat setelah tenggelam matahari, Rasulullah Saw melihat kami, beliau
tidak memerintahkan kami dan tidak pula melarang kami”. (HR. Muslim).
78 Fatawa al-Islam Su’al wa Jawab: 1/6126. 79 Majmu’ Fatawa wa Rasa’il
Ibn ‘Utsaimin: 14/242.
95
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
دِِّ النلَّابِ
ِابَحْصَ أ ْ نِ م ٌاسَ َاـَ ق َ لَّاف ذَ
ا أ َ ذِ إ ُ دِّف ذَ ُ مْ ال َافَ َ اؿَ
ق ٍ كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع -صلى الله عليو وسلم - ُِّ النلَّابَِج ُ َْ لَّا تََّ
َىِارَ السلَّاو َوفُ رِ دَ تْ بَ ػ -صلى الله عليو وسلم - ٌ ءْ ىَ شِ ةَامَ قِ الإَ و ِافَ ذَ الأ َْ َ
بػ ْ نُ كَ َْ لدَ و ، ِ بِ ْ َ مْ الَلْ
بَ قػ ِْ َ تػَ عْ لَّا ال َوفُّ لَ
صُ َكِ لَ َ ْ مُ ىَ و
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Ketika mu’adzin telah
mengumandangkan azan, para shahabat shalat menghadap tiang hingga Rasulullah
Saw keluar (rumah), para shahabat sedang melaksanakan shalat dua rakaat sebelum
Maghrib. Tidak ada apa-apa antara adzan dan iqamah. (HR. Al-Bukhari).
ِ بِ ْ َ مْ الِ ةَلاَ
صَلْ بَ قػ ِْ َ تػَ عْ َ رُ عَ ْ َ ػ
ٍيمَِ تد ِ بََ أ ْ نِ م َكُ بِ ْ عُ أَلاَ أ ُتْ لُ َ لَّا فػ ِ نَِ ُْ اتصٍ ِ
امَ ع َ نْ بَ ةَ بْ ُ ع ُتْ يَ تػَ أ َ اؿَ لَّا ق ِ نَِّ لَ يػْ الِ الللَّاو ِ
دْ بَ ع َ نْ ب َ دَ ثْ َ م . ُ ةَ بْ ُ ع َ اؿَ َ فػ ِ الللَّاو ِ وؿُ سَ رِ دْ َ
ى ع َ لَ عُ وُ لَ عْ فَ نلَّاا ػ ُ لَّاا ِ إ -صلى الله عليو وسلم . - ُ لْ ُّ
ال َ اؿَ ق َ الآف َكُ عَ نػَْ ا يَ َ مَ ف ُتْ لُ قػ.
Martsad bin Abdullah al-Yazani berkata: “Saya datang menemui
‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani, saya katakan kepadanya: “Apakah tidak aneh bagaimu
melihat Abu Tamim shalat dua rakaat sebelum Maghrib?”. ‘Uqbah menjawab: “Kami
melaksanakannya pada masa Rasulullah”. Saya bertanya: “Apa yang membuatmu tidak
melaksanakannya sekarang?”. Ia menjawab: “Kesibukan”. (HR. Al-Bukhari).
Pertanyaan 71:
Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid
dan Qabliyah, apakah shalat Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
Jawaban: اتظ وع في
مثل ى ا أف صلي ال اتبة وتكفي عن
التحية ما لو دخل اتظس د والف ضة ت اـ ف
و دخل مع الإماـ وتكفيو الف ضة عن تحية اتظس د ل وؿ النبِ صلى الله عليو
وسلم :إذا أقيمت الصلاة فلا صلاة إلا اتظكتوبة
خ جو مسلم في صحيحو . ولأف اتظ صود أف لا
يَلس اتظسلم في اتظس د تَّ صلي ما تيس
من الصلوات ف ذا وجد ما وـ م اـ
التحية فى ذلك الف ضة
وصلاة ال اتبة وصلاة الكسوؼ وتؿو ذلك . من
ب امج (
ور على الدرب ) . Dalam kasus seperti ini disyariatkan agar melaksanakan
shalat sunnat Rawatib (Qabliyah), sudah tercakup di dalamnya shalat
Tahyatalmasjid. Sama halnya jika seseorang masuk ke dalam masjid, ia dapati
shalat wajib sedang dilaksanakan, maka ia langsung ikut menyertai shalat wajib
bersama imam, tidak perlu lagi shalat Tahyatalmasjid, berdasarkan hadits:
“Apabila shalat wajib dilaksanakan, maka tidak ada shalat lain kecuali shalat
wajib”. Hadits riwayat Muslim dalam Shahihnya.
Karena tujuannya adalah agar seorang muslim tidak duduk di
dalam masjid hingga ia melaksanakan shalat yang mungkin untuk ia laksanakan.
Apabila ia mendapati shalat yang dapat menempati shalat
96
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Tahyatalmasjid, maka itu sudah mencukupi, seperti shalat
Wajib, shalat Rawatib, Shalat Kusuf (Gerhana Matahari), atau sejenisnya.
*Dikutip dari Acara Nur ‘Ala
ad-Darb]80.
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat
Jama’/Qashar?
Jawaban: م تذاف
وتذا يلو وسبع مئة وأربعة أمتار، و ص تَّ
لو قطع تلك اتظسافة 88.704: م) وعلى وجو
الدقة 89(وت در بِوالر بساعة وا دة،
السف بالطائ ة والسيارة وتؿوىا
Diukur dengan ukuran sekarang lebih kurang 89km, detailnya:
88.708m. Tetap shalat Qashar meskipun dapat ditempuh dalam satu jam perjalanan,
seperti musafir menggunakan pesawat, mobil dan sejenisnya81.
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’?
Jawaban:
Mazhab Hanafi: ف اؿ اتضنفية : للمو ، ف ف وى تلك اتظدة ،ًفصاعدا ،ً ويَتنع عليو ال
ص إذا
وى الإقامة في بلد تسسة ع وما ،
ً صير اتظساف م يما الإتداـ، وإف وى أقل من ذلك قص .
Tetap boleh shalat Qashar hingga menjadi mukim, tidak boleh
qashar shalat jika berniat mukim di suatu negeri selama 15 hari lebih. Jika
berniat mukim selama itu, maka mesti shalat normal. Jika berniat kurang
daripada itu, maka shalat qashar.
Mazhab Malik dan Mazhab Syafi’i: قاؿ اتظالكية وال افعية
:إذا وى اتظساف إقامة أربعة أ اـ بِوضع، أتم صلاتو؛ لأف الله
تعالذ أباح ال ص ب ط الض ب في الأرض، واتظ يم والعازـ على الإقامة
اير ضارب في الأرض،
80 Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz: 11/204. 81 Syekh Wahbah az-Zuhaili,
al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/477.
97
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Jika orang yang musafir itu berniat menetap empat hari, maka
ia shalat secara normal, karena Allah membolehkan shalat Qashar dengan syarat
perjalanan. Orang yang mukim dan berniat mukim tidak dianggap melakukan
perjalanan وقدر اتظالكية اتظدة اتظ ورة
بع ن صلاة في مدة الإقامة، ف ذا صت عن ذلك قص
. ولد سب اتظالكية وال افعية ومي الدخوؿ واتط وج على الصحيح عند ال افعية؛
لأف في الأوؿ ط الأمتعة، وفي الثاني
ال يل، وهُا من أش اؿ السف . Mazhab Maliki mengukur kadar mukim tersebut
dengan 20 shalat. Jika kurang dari itu, boleh shalat Qashar.
Mazhab Maliki dan Syafi’I tidak menghitung hari masuk dan
hari keluar, menurut pendapat shahih dalam Mazhab Syafi’I, karena yang pertama
adalah hari meletakkan barang-barang dan yang kedua adalah hari keberangkatan,
kedua hari tersebut hari kesibukan dalam perjalanan.
Mazhab Hanbali:
وقاؿ اتضنابلة
:إذا وى أ ث من أربعة أ اـ أو أ ث من ع
ن صلاة، أتم،
Jika orang yang musafir itu berniat mukim lebih dari empat
hari atau lebih dari 20 shalat, maka ia shalat secara normal.
Perjalanan Tidak Pasti:
جاز لو ال ص عند ،ً فيوماً ف
ف اف
نتظ قضاء اجة
توقع ا ل وقت أو جوتؾا
ا أو ج اد عدو أو على أىبة السف
وما اتظالكية واتضنابلة، م ما طالت اتظدة، ما لد نو الإقامة،
ما ق ر اتضنفية .وقاؿ ال افعية :
اير ومي الدخوؿ ً لو ال ص تذا ية ع
وما واتط وج؛ لأ و ص الصلاة
، ى الله عليو وسلم أقام ا بِكة عاـ الفتح تض ب ىوازف ّصل Jika menunggu
urusan yang tidak pasti kapan selesai, ditunggu di setiap waktu, atau berharap
selesai, atau jihad memerangi musuh, atau melakukan perjalanan hari demi hari
tanpa diketahui berakhirnya, boleh shalat Qashar menurut Mazhab Maliki dan
Hanbali, meskipun berlangsung lama, selama tidak berniat mukim, sebagaimana
ditetapkan mazhab Hanafi. Menurut Mazhab Syafi’i: orang tersebut boleh shalat
Qashar selama 18 hari, tidak termasuk hari masuk dan hari keluar, karena
Rasulullah Saw berada di Mekah pada peristiwa Fathu Makkah karena peperangan Hawazin
beliau tetap shalat Qashar82.
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
Jawaban:
82 Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/481-483.
98
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Inti dari shalat adalah zikir mengingat Allah Swt,
sebagaimana firman Allah Swt. يِ ْ ِ ِ لَ ةَ الصلَّالا ِ مِ قَ أَ و
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. (Qs. Thaha
*20+: 14).
Oleh sebab itu Allah Swt mengecam orang yang shalat tetapi
tidak mengingat Allah: َ دِّ لَ صُ مْ لِ
لٌ لْ َ وَ )4( فػ َ وفُاىَ س ْ مِِ تَِ
لاَ ص ْ نَ ع ْ مُ ى َ نِ لَّا )5( ال
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya”. (Qs. al-Ma’un *107+: 4-5).
Zikir mengingat Allah Swt dalam shalat tidak dibangun sejak
Takbiratul-Ihram, akan tetapi jauh sebelum itu. Rasulullah Saw sudah
mengajarkan kekhusyu’an hati sejak berwudhu’. Dalam hadits disebutkan: ِارَ فْشَ أ ِ تَْ تح ْ نِ م َج ُ َْ لَّا تخ
تََّ ِ وِ ْجَ و ْ نِ مُاهَ اَطَ خ ْتَ جَ
َ خُ وَ ْجَ وَلَسَ ا ا َ ذِ َ فِ وِ فْ َ أَ وِ وِ مَ ف ْ نِ مُاهَ اَطَ خ ْتَ جَ
َ خ َ َ ْ نَ تػْاسَ و َضَ مْضَ مَ فَ لَّا ضَ وَ تػ ْ نَ م ِ وْ يَ لْ ج ِ رَلَسَ
ا ا َ ذِ َ فِ وْ يَ ػُ ذُ أ ْ نِ م َج ُ َْ لَّا تخ تََّ ِ وِ سْ أَ ر ْ نِ مُاهَ اَطَ خ ْتَ جَ َ خُ وَ
سْ أَ ر َ حَسَ ا م َ ذِ َ فِ وْ َ دَ ْ
نِ مُاهَ اَطَ خ ْتَ جَ َ خِ وْ َ دَ
َلَسَ ا ا َ ذِ َ فِ وْ يَ نػْ يػَ ع ً ةَ لِافَ ِ دِ ْسَ مْ ال َ لذِ إُ وُ يْ َ مَ وُ وُ
تَلاَ ص ْتَ اَ َ وِ وْ يَ لْ ج ِ رِارَ فْظَ أ ِ تَْ تح ْ نِ م َج ُ َْ لَّا تخ
تََّ ِ وْ يَ لْ ج ِ ر ْ نِ مُاهَ اَطَ خ
ْتَ جَ َ خ
“Siapa yang berwudhu’, ia berkumur-kumur dan memasukkan air
ke hidung, maka keluar dosanya dari mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh
wajahnya maka keluar dosanya dari wajahnya hingga keluar dari kelopak matanya.
Apabila ia membasuh kedua tangannya maka keluar dosanya dari kedua tangannya.
Apabila ia mengusap kepalanya maka keluar dosanya dari kepalanya hingga keluar
dari kedua telinganya. Apabila ia membasuh kedua kakinya maka keluar dosanya
dari kedua kakinya hingga keluar dari bawah kuku kakinya. Shalatnya dan
langkahnya ke masjid dihitung sebagai amal tambahan”. (HR. Ibnu Majah).
Wudhu’ bukan sekedar kebersihan fisik, tapi juga telah
mengajak hati untuk khusyu’ kepada Allah Swt dan meninggalkan semua keduniawian
yang dapat melalaikan hati dari Allah Swt, meskipun hal kecil, oleh sebab itu
Rasulullah Saw melarang menjalinkan jari-jemari dan membunyikannya setelah
berwudhu’ menjelang shalat: ِ الللَّاو
َوؿُ سَ لَّا ر فَ أَ ةَ ْ ُ عِ نْ ب ِ بْ عَ
ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ
« ق َ لاَ فِ دِ ْسَ مْ ال َ لذِ ا إ ً دِ امَ عَج َ َ لَّا خ ُ ثُُ
هَوءُضُ و َ نَسْ َ َ ف ْ مُ ُ دَ َ أَ لَّا ضَ وَ ا تػ َ ذِ إ ٍ ةَلاَ ص ِ ُ لَّاو ِ َ فِ وِ عِابَصَ أ َْ َ لَّا بػ نَ
دِّك بَ ُ .
99
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila salah seorang kamu berwudhu’, ia berwudhu’ dengan baik, kemudian ia
pergi ke masjid, maka janganlah ia menjalinkan jari jemarinya, karena
sesungguhnya ia berada dalam shalat”. (HR. at-Tirmidzi).
Menunggu dan
menantikan kehadiran shalat dengan persiapan hati untuk memasukinya. Rasulullah
Saw bersabda: ِ الللَّاو َوؿُ سَ لَّا ر
فَ أَ ةَ ْ ػَ ُ ى ِ بََ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق ِ اتَ جَ الدلَّار ِ وِ بُ عَ فْ َ ػَ ا و
َ اَطَْ اتطِ وِ بُ و الللَّاو ُحَْ ا يَ َ ى م َ لَ ع ْ مُ كُّ لُ دَ أَلاَ .» أ اَ
ىَ لَ وا بػ ُالَ ق ِ الللَّاو َوؿُ سَ ر . َ اؿَ « ق ُ اطَ دِّب الُ مُ كِ لَ َ فِ ةَ الصلَّالا َ دْ عَ بػِ ةَ
الصلَّالا ُ ارَظِ تْ اَ وِ دِ اجَسَ مْ ال َ لذِ ا إ َطُْ اتطُ ةَ ْ ثػَ َ وِ هِ
ارَ كَ مْ ى ال َ لَ عِوءُضُ وْ الُاغَ بْ سِ .» إ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku
tunjukkan perbuatan yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan mengangkat derajat?”.
Para shahabat menjawab: “Ya wahai Rasulullah”.
Rasulullah Saw bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ pada saat tidak menyenangkan,
memperbanyak langkah kaki ke masjid, menunggu shalat setelah shalat. Itulah
ikatan (dalam kebaikan)”. (HR. Muslim).
Menjawab seruan azan.
Rasulullah Saw bersabda:
ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ر
َ اؿَ « - ق-صلى الله عليو وسلم ُ َ بػْ َ
أُ الللَّاو ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ دِّف ذَ ُ مْ ال َ اؿَ ا ق َ ذِ إ . ُ َ بػْ
َ أُ الللَّاو ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ مُ ُ دَ َ أ َ اؿَ َ فػ . َ لا ْ فَ أ ُ دَ
ْشَ أ َ اؿَ لَّا ق ُ ثُ ُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ لِ إ . ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ا ر
ً لَّاد مَُ لَّا تػ فَ أ ُ دَ ْشَ أ َ اؿَ لَّا ق ُ ثُُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ
لِ إَ لا ْ فَ أ ُ دَ ْشَ أ َ اؿَ ق . ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ا ر ً لَّاد مَُ لَّا تػ
فَ أ ُ دَ ْشَ أ َ اؿَ ق . ِ ةَ ى الصلَّالا َ لَ لَّا ع ىَ َ اؿَ لَّا ق ُ ثُ . ِ الللَّاو ِ لالَّا ب ِ
إَ لَّاة وُ قػَلاَ و َ ؿْ وَ َ لا َ اؿَ
ق . ِ حَلاَ فْ ى ال َ لَ لَّا ع ىَ َ اؿَ
لَّا ق ُ ثُ . ِ الللَّاو ِ لالَّا ب ِ إَ لَّاة وُ قػَلاَ و َ ؿْ وَ َ لا َ اؿَ ق . ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ َ بػْ
َ أُ الللَّاو َ اؿَ لَّا ق ُ ثُ . ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو َ
اؿَ ق . ُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا َ اؿَ لَّا ق ُ ثُ . ُ لالَّا
الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا َ اؿَ ق . َ نلَّاةَْ اتصَلَ خَ دِ وِ بْ لَ قػ ْ نِ .»
م Rasulullah Saw bersabda: “Apabila mu’adzin
mengucapkan: * ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ] (Allah Maha
Besar). Salah seorang kamu menjawab
dengan: [ ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ] (Allah Maha
Besar). Kemudian mu’adzin mengucapkan: *
ُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا ْ فَ أ ُ دَ ْشَ أ] (aku bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah). Ia menjawab dengan: [ ُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا ْ
فَ أ ُ دَ ْشَ أ] (aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah). Mu’adzin
mengucapkan: * ِ الللَّاو ُوؿُ سَ ا ر ً لَّاد مَُ لَّا تػ فَ أ ُ دَ ْشَ أ ]
(aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah). Ia menjawab dengan: [ ِ
الللَّاو ُوؿُ سَ ا ر ً لَّاد مَُ لَّا تػ فَ أ ُ دَ ْشَ أ ] (aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah). Mu’adzin
mengucapkan: * ِ ةَ ى الصلَّالا َ لَ لَّا ع ىَ
] (Marilah melaksanakan shalat).
100
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Ia menjawab dengan: [ ِ الللَّاو ِ لالَّا ب ِ إَ لَّاة وُ قػَلاَ
و َ ؿْ وَ َ لا] (tiada daya dan upaya
selain dengan Allah). Mu’adzin mengucapkan: * ِ حَلاَ فْ ى ال َ لَ لَّا ع ىَ ]
(Marilah menuju kemenangan). Ia menjawab dengan: [ ِ الللَّاو ِ لالَّا ب ِ إَ
لَّاة وُ قػَلاَ و َ ؿْ وَ َ لا] (tiada
daya dan upaya selain dengan Allah). Mu’adzin mengucapkan: * ُ َ بػْ َ أُ
الللَّاو ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ] (Allah Maha Besar). Ia menjawab dengan: [ ُ َ بػْ َ أُ الللَّاو ُ
َ بػْ َ أُ الللَّاو ] (Allah Maha Besar).
Mu’adzin mengucapkan: * ُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا] (tiada tuhan
selain Allah). Ia menjawab: : [ ُ لالَّا الللَّاو ِ إَ وَ لِ إَ لا+ (tiada
tuhan selain Allah), dari hatinya, maka ia masuk surga”.
(HR. Muslim).
Menjawab ucapan mu’adzin dari hati membimbing hati ke dalam
kekhusyu’an shalat.
Menutup dengan doa
wasilah. Rasulullah Saw bersabda:
َ اءَ الندِّد ُ عَ مْسَ
َ ِ َ اؿَ ق ْ نَ م
ِ ةَ مِائَ ْ الِ ةَ الصلَّالا َ وِ التلَّااملَّاة ِ ةَ وْ
الدلَّاع ِ هِ َ بلَّا ى َ لَّا ر مُ الللَّا
ُ وَ تْ دَ عَ ى و ِ لَّا ا ال ًودُ مَْ ا تػ ًامَ َ مُ وْ ثَ
عْابػَ وَ ةَيلِضَ فْالَ وَ ةَيلِ سَ وْ ا ال ً لَّاد مَُ تػ ِآت ِ ةَامَ يِ ْ الَ ـْ وَ ػ ِ تََّاعَ فَ شُ وَ ل ْ لَّات لَ
Siapa yang ketika mendengar seruan azan mengucapkan:
“Ya Allah Rabb Pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang
didirikan, berikanlah kepada nabi Muhammad Saw al-Wasilah dan keutamaan,
bangkitkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan”.
Maka layaklah ia mendapat syafaatku pada hari kiamat”. (HR.
al-Bukhari.
Memahami makna lafaz
yang dibaca dalam shalat. Pemahaman tersebut mendatangkan kekhusyu’an di dalam
hati. Ketika seorang muslim yang sedang shalat membaca:
101
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan
sumber
َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ ى ل ِاتََ تؽَ و َاىَ يَْ
تػَ ى و ِكُسُ َ ى و ِ تَلاَ لَّا ص فِ إ
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya
untuk Allah Rabb semesta alam”. Ia fahami maknanya, maka akan mendatangkan kekhusyu’an
yang mendalam, bahkan dapat meneteskan air mata karena penyerahan diri yang
seutuhnya kepada Allah Swt.
Merasakan dialog dengan Allah Swt. Ketika sedang membaca
al-Fatihah, seorang hamba sedang berdialog dengan Tuhannya. Dalam sebuah hadits
Qudsi disebutkan: ُ دْ بَ عْ ال َ اؿَ ا
ق َ ذِ َ ف َ ؿَ َ ا س َ ى م ِ دْ بَ عِ لَ و ِْ َ فْصِ ىِ دْ بَ ع َْ َ بػَ و ِ نِْ يَ بػَ ةَ
الصلَّالا ُتْ مَسَ ق َ الذَ عَ تػُ الللَّاو َ اؿَ ق( َ ِ مَالَ عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ ل ُ
دْ .) مَْاتض َ الذَ عَ تػُ الللَّاو َ اؿَ
ق َ اؿَ ا ق َ ذِ إَ ى و ِ دْ بَ ع ِ نَِّ دَِ تز( ِ يمِ لَّا الِ نَْ لَّاتز ال ) .ى ِ دْ بَ لَّا ع ىَ لَ
ع َ نِْ ثػَ أ َ الذَ عَ تػُ الللَّاو َ اؿَ ق . َ اؿَ ا ق َ ذِ إَ و( ِ الددِّ ن
ِ ـْ وَ ػ ِ كِالَ م) . ىِ دْ بَ ع ِ نَِّ
لَّادَ تغ َ اؿَ ق - ً لَّاة َ م َ اؿَ قَ و ىِ دْ بَ لَّا ع َ لذِ إ َ لَّاض وَ فػ
- َ اؿَ ا ق َ ذِ َ ف( ُ ِ عَ تْ سَ َ
لَّااؾ ِ إَ و ُ دُ بْ عَ ػ َ لَّااؾ ِ إ)
. َ ؿَ َ ا س َ ى م ِ دْ بَ عِ لَ ى و ِ دْ بَ ع َْ َ بػَ و ِ نِْ يَ ا بػ َ َ ى َ
اؿَ ق . َ اؿَ ا ق َ ذِ َ ف( َ اطَ ا الصدِّ َ ِ دْاى َ الضلَّاالدِّ َلاَ و ْ مِ ْ يَ لَ ع ِوبُضْ َ
مْ الِْ يرَ ا ْ مِ ْ يَ لَ ع َتْ مَ عْ ػ َ أ َ نِ لَّا ال َاطَ ِ صَيمِ َ تْ سُ .) مْال َ ؿَ َ ا س َ ى م ِ دْ بَ عِ لَ ى و ِ
دْ بَ عِ ا ل َ َ ى َ اؿَ .» ق
Allah berfirman: “Aku membagi shalat itu antara Aku dan
hamba-Ku menjadi dua bagian, bagi hamba-Ku apa yang ia mohonkan. Ketika hamba-Ku itu mengucapkan: [ َ ِ مَالَ
عْ بدِّ ال َ رِ لَّاو لِ ل ُ دْ مَْاتض] (segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam). Allah menjawab: [ىِ دْ بَ ع ِ نَِّ دَِ تز] (hamba-Ku memuji Aku). Ketika
orang yang shalat itu mengucapkan: [ ِ يمِ لَّا الِ نَْ لَّاتز ال ] (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Allah menjawab: [ىِ دْ بَ لَّا ع ىَ لَ ع َ نِْ ثػَ أ] (hamba-Ku menghormati
Aku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [ ِ الددِّ ن ِ ـْ وَ ػ ِ كِالَ م ] (Raja di hari pembalasan).
Allah menjawab: [ ىِ دْ بَ ع ِ نَِّ لَّادَ تغ] (hamba-Ku mengagungkan Aku). Dan
[ ىِ دْ بَ لَّا ع َ لذِ إ َ لَّاض وَ فػ] (hamba-Ku melimpahkan (perkaranya)
kepada-Ku). Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [ ُ ِ عَ تْ سَ َ لَّااؾ ِ إَ و ُ دُ بْ عَ ػ َ لَّااؾ ِ إ ] (kepada Engkau kami
menyembah dan kepada Engkau kami meminta tolong). Allah menjawab: [ َ ؿَ َ ا س َ ى م ِ دْ بَ عِ
لَ ى و ِ دْ بَ ع َْ َ بػَ و ِ نِْ يَ ا بػ َ َ ى] (ini antara Aku dan hamba-Ku,
ia mendapatkan apa yang ia mohonkan).
102
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [ ِوبُضْ َ مْ الِْ
يرَ ا ْ مِ ْ يَ لَ ع َتْ مَ عْ ػ َ أ َ نِ لَّا
ال َاطَ ِ صَيمِ َ تْ سُ مْ ال َاطَ ا الصدِّ َ ِ دْاى َ الضلَّاالدِّ َلاَ و ْ مِ ْ يَ لَ ع]
(tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau berikan kepada
mereka, bukan jalan orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang
sesat). Allah menjawab: [ َ ؿَ َ ا س َ ى
م ِ دْ بَ عِ لَ ى و ِ دْ بَ عِ ا ل َ َ ى] (ini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku itu
mendapatkan apa yang ia mohonkan). (HR. Muslim).
Merasakan seolah-olah
itulah shalat terakhir yang dilaksanakan menjelang kematian tiba sehingga tidak
ada kesempatan untuk beramal shaleh sebagai bekal menghadap Allah Swt.
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat?
Jawaban:
Allah Swt berfirman:
ِ النلَّااس َ نِ م ٍ
لْ بَ َ وِ الللَّاو َ نِ م ٍ لْ بَِ لَّا بِ لاِ وا إ ُ فِ ُ ا ث َ م َ نْ َ أُ
لَّاة دِّل الُ مِ ْ يَ لَ ع ْتَ بِ ُ ض
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada,
kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia”. (Qs. Al ‘Imran *3+: 112). Hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan manusia terjalin ketika seorang hamba sedang melaksanakan shalat.
Dalam shalat seorang
hamba merasakan kedekatan dengan Allah Swt, ia mengadukan semua keluh kesah
hidupnya, ia hadapkan semua persoalan hidupnya kepada Dia Yang Maha Besar
Pencipta langit dan bumi, sehingga semua terasa kecil di hadapan-Nya: َ ضْ رَالأَ و ِاتَ وَ السلَّام َ َطَ ى ف ِ
لَّا لِ ل َ ىِ ْجَ و ُتْ لَّا جَ و “Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah
menciptakan langit dan bumi”. Shalat mendatangkan ketenangan hati. Karena
menyerahkan hati kepada pemiliknya:
ُ اءَ َ ُثْ يَ ُ وُ دِّف َصُ
ٍ دِ اَ و ٍ بْ لَ َ ِ نَْ
لَّاتز ال ِ عِابَصَ أ ْ نِ م ِْ َ عَ بػْصِ
إ َْ َ ا بػ َ لَّا لُ َ ـَ آد ِ نَِ ب
َوبُ لُ لَّا قػ فِ إ
“Sesungguhnya semua hati anak Adam (manusia) berada diantara
jari-jemari Allah Yang Maha Pengasih seperti satu hati, Ia mengarahkannya
sesuai kehendak-Nya”. (HR. Muslim).
103
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website:
www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan
sumber
Shalat juga
mendatangkan kesehatan fisik, jika dilaksanakan dengan gerakan yang benar dan
dengan thuma’ninah yang sempurna.
Shalat membentuk
kepribadian muslim yang bebas dari penyakit hati, diantaranya kesombongan.
Dalam shalat seorang muslim dilatih melepaskan dirinya dari sifat angkuh dan
sombong, betapa tidak, ia berada dalam satu shaf dengan siapa saja, tidak
melihat derajat dan status sosial. Ia menempelkan tempat yang paling tinggi dan
mulia pada tubuhnya, ia tempelkan ke tempat yang paling rendah, ia menempelkan
dahinya ke lantai. Ia sedang menyelamatkan dirinya dari sifat sombong yang
dapat menghalanginya menuju surga Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda: ٍْ برِ
ْ نِ مٍ لَّاة رَ ذ ُ اؿَ ْ ثػِ مِ وِ بْ لَ قػ ِ َافَ ْ
نَ مَنلَّاةَْ اتصُلُ خْ دَ َ لا
“Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada
sombong sebesar biji sawi”. (HR. Muslim).
Tidak hanya yang
batin saja, akan tetapi zahir dan batin, shalat yang diterima Allah Swt mampu
mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar. Allah Swt berfirman: َ ةَ لَّا الصلَّالا فِ إ ِ اءَ ْحَ فْ الِ نَ
ى ع َ ْ نػَ تػ ِ َ كْ نُ مْالَ و
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar”. (Qs. al- ‘Ankabut *29+: 45).
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti?
Jawaban:
Ya, wajib. Dalil:
Imam Muslim menulis satu bab khusus dalam Shahih
Muslim: اَ ِائَضَ ق ِ يلِ ْ عَ تػ ِابَ
بْ حِ تْ اسَ وِ ةَ تِائَ فْ الِ ةَ الصلَّالا ِاءَضَ باب ق.
Bab: Qadha’ (mengganti) shalat yang tertinggal dan anjuran
menyegerakan shalat Qadha’. ِ الللَّاو
َوؿُ سَ لَّا ر فَ أ ٍ كِالَ مِ نْ ب ِسَ َ أ ْ نَ ع-صلى الله عليو وسلم - َ اؿَ « ق َ كِ لَ لالَّا ذ ِ ا إ ََ تعَ ةَ لَّاار
فَ َ ا لا َ ىَ َ َ ا ذ َ ذِ ا إ َ دِّ لَ
صُ يْ لَ فػً ةَلاَ ص َ ىِ سَ ْ نَ .» م
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang
terlupa shalat, maka ia wajib melaksanakannya ketika ia ingat. Tidak ada yang
dapat menebus shalat kecuali shalat itu sendiri”. (HR. Muslim).
104
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
اَ مِ الللَّاو َوؿُ
سَ ا ر َ َ اؿَ ق ٍشْ َ ُ قػ َ لَّاار
فُ ُّبُسَ َلَ عَ َ ف ، ُسْ ال لَّام ِ تَ بَ َ ا ا َ م َ
دْ عَ بػ ِ ؽَ دْ نَْ اتطَ ـْ وَ ػ َاءَ ج
ِ طلَّااب َْ اتط َ نْ ب َ َ مُ لَّا ع فَ أِ الللَّاو ِ دْ بَ عِ نْ بِ ِابَ ج ْ
نَ ع ُ بُ ْ َ تػ ُسْ ال لَّام ِ تَادَ
لَّا تََّ َ ْصَ عْ دِّى ال لَ صُ
أ ُتْ . دِ ُِّ النلَّابِ َ اؿَ « - ق -صلى الله عليو وسلم اَ ُ تػْ لَّاي لَ ا
ص َ مِ الللَّاو َ ، . » و َ افَحْطُ ب َ
لذِ ا إ َ نْ مُ َ فػ َ بِ ْ َ مْ ا ال َ ىَ دْ عَ لَّاى بػ لَ لَّا ص ُ ثُ ، ُسْ
ال لَّام ِ تَ بَ َ ا ا َ م َ دْ عَ بػ َ ْصَ عْ لَّاى ال لَ صَ ا ف ََ ا تع َ ْ
لَّا ضَ وَ تػَ و ، ِ ةَ لصلَّالا ِ لَ لَّا ضَ وَ تػَ فػ.
Dari Jabir bin Abdillah, sesungguhnya Umar bin al-Khaththab
datang pada perang Khandaq, ia datang setelah matahari tenggelam. Umar mencaci
maki orang-orang kafir Quraisy seraya berkata: “Wahai Rasulullah, aku hampir
tidak shalat ‘Ashar hingga matahari hampir tenggelam”. Rasulullah Saw berkata:
“Demi Allah saya pun tidak melaksanakannya”. Lalu kami pergi menuju lembah
Buth-han, Rasulullah Saw berwudhu’, kemudian kami pun berwudhu’. Rasulullah Saw
melaksanakan shalat ‘Ashar setelah tenggelam matahari. Kemudian setelah itu
beliau melaksanakan shalat Maghrib”. (HR. al-Bukhari).
Pendapat Imam an-Nawawi: اترع العلماء ال ن
عتد م علي اف من ت ؾ صلاة عمدا
للمو قضاؤىا وخالف م أبو تػمد على ابن لـ
ف اؿ لا در علي قضائ ا ابدا ولا صح فعل ا ابدا قاؿ بل كث من
فعل اتطير وصلاة التطوع ليث ل ميلا و وـ
ال يامة و ست ف الله تعالر و توب وى ا ال
ى قالو مع أ و تؼالف للاتراع باطل من ج ة الدليل وبسط ىو الكلاـ في الاستدلاؿ لو
وليس فيما ذ دلالة أصلا وتؽا دؿ علي وجوب ال ضاء د ث أبَ ى
ة رضى الله عنو اف النبِ صلي الله عليو وسلم (أم المجامع في نهار رمضاف اف صوـ
وما مع الكفارة أي بدؿ اليوـ ال ى افسده باتصماع عمدا) رواه البي ى باسناد جيد وروي أبو داود تؿوه ولا و إذا وجب
ال ضاء علي التارؾ اسيا فالعامد أولذ
Diantara dalil yang mewajibkan Qadha’ adalah hadits Abu
Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw memerintahkan orang yang melakukan
hubungan intim di siang Ramadhan agar melaksanakan puasa dengan membayar
kafarat. Artinya, ia mengganti hari puasa yang telah ia rusak secara sengaja
dengan hubungan intim tersebut. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan Sanad
Jayyid. Abu Daud juga meriwayatkan yang sama dengan itu. Jika orang yang
meninggalkan karena lupa tetap wajib meng- qadha’, maka orang yang meninggalkan
secara sengaja lebih utama untuk mengqadha’83.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
83 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh
al-Muhadzdzab: 3/71.
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
ٌ نَسَ اَ َ عَ مِ نَ نُّ السُاءَضَ َ فػ ِ تِائَ وَ
فْ الِ لَّاة لِ قَ عَ لَّاا م مَ أَ و ِ لِافَ النلَّاػو ِ ا ب َ ْ نػَ ع ِ اؿَ ِ
تْ شِ الا ْ نِ م َ لذْ وَ أِ ةَ يرِ ثَ كْ ال ِ تِائَ وَ فْ الِاءَضَ ق َ إلذُ ةَ
عَ ارَسُ . مْال لَّاى لَ لَّا ص ِ لَّا
النلَّابِ فِ َ ف ِ ةَ الصلَّالا ْ نَ عُ وُابَحْصَ أَ و َ وُ ىَاـَ لَّاا مَ لَ لَّام لَ سَ وِ وْ يَ لَ عُ
الللَّاو - ِ ْ َ فْ الِ ةَ - لاَص َ ةَ
ضِ َ فْالَ وَنلَّاةُّ ا الس ْ وَضَ
ن ق َاـَ ع . ِ ؽَ دْ نَْ اتطَ ـْ
وَ ػ ُ ةَ الصلَّالا ُ وْ تَ اتػَ لَّاا ف
مَ لَ و ٍ نَ نُ س َ لاِ ب َضِائَ َ فْ ى ال َضَ ق . َ اؿَ قَ لَّام لَ سَ وِ وْ
يَ لَ عُ لَّاى الللَّاو لَ لَّا ص ِ لَّا النلَّابِ فِ َ ف ِاتَ قْ وَْ الأ ِيعَِ
تر ِ ى في َضْ ُ تػُ ةَوضُ ْ فَ مْ ال ُتِائَ وَ فْالَ و :{ ْ نِ مً ةَ عْ َ ر َ ؾَ رْ دَ أ ْ نَ م ىَ ْخُ
ا أ َ ْ يػَ دِّ إل لَصُ يْ لَ فػ ُسْ ال لَّام َ عُ لْطَ ت ْ فَ أَلْ بَ قػِ ْ
َ } فْال ُ مَ لْ عَ أُ لللَّاو َ اَ و .
Menyegerakan diri melaksanakan qadha’ shalat yang banyak
tertinggal lebih utama daripada menyibukkan diri dengan shalat-shalat sunnat.
Adapun shalat wajib yang tertinggal sedikit, maka melaksanakan qadha’ bersama
shalat sunnat, itu baik. Karena Rasulullah Saw ketika beliau tertidur bersama
para shahabat sehingga tertinggal shalat Shubuh pada tahun perang Hunain,
beliau melaksanakan shalat Qadha' yang sunnat dan yang wajib. Ketika tertinggal
shalat wajib pada perang Khandaq, beliau meng-qadha’ yang wajib saja tanpa
shalat sunnat. Shalat-shalat wajib yang tertinggal diqadha’ di semua waktu,
karena Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang mendapatkan satu rakaat shalat
Shubuh sebelum terbit matahari, maka hendaklah ia menambahkan satu rakaat
lagi”. Wallahu a’lam84.
Kita wajib
memperhatikan shalat-shalat kita, karena yang pertama kali dihisab pada hari
kiamat adalah shalat, Rasulullah Saw bersabda:
اَ م َ لَّاؿ وَ لَّا أ فِ إ ُ دْ بَ عْ الِ وِ ب ُبَاسَُ ْ نِ م َصَ َ تػْ ا ػ ِ فِ َ ف َ ِ سَ خَ و
َابَ خ ْ دَ َ فػ ْتَ دَسَ ف ْ فِ إَ وَ حَْ تؾَ أَ وَ حَ لْ فػَ أ ْ دَ َ فػ
ْتَحُ لَ ص ْ فِ َ فُ وُ تَلاَ صِ وِ لَ مَ ع ْ نِ مِ ةَامَ يِ ْ الَ ـْ وَ ػ َ كِ لَ ى ذ َ لَ عِ وِ لَ مَ ع ُ ِائَ سُوفُ
كَ لَّاُ ثُِ ةَ ضِ َ فْ ال َ نِ م َصَ َ
تػْ ا ا ػ َ ا م َِ َلَّال مَ كُ يَ فػ ٍ
عُّ وَطَ ت ْ نِ ى م ِ دْ بَ عِ لْلَ وا ى ُ ُظْ للَّا ا َ جَ لَّا و لَ ع ُّ
لَّاب ال َ اؿَ قٌ ءْ ىَ شِ وِ تَ ضِ َ ف
“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba
pada hari kiamat dari amalnya adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka ia
menang dan berhasil. Jika shalatnya rusak, maka ia telah sia-sia dan rugi. Jika
ada kekurangan pada shalatnya, Allah berfirman: “Perhatikanlah, apakah hamba-Ku
itu melaksanakan shalat-shalat sunnat, maka disempurnakan kekurangan itu”.
Demikianlah seluruh amalnya”. (HR. at-Tirmidzi).
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat
secara sadar dan sengaja?
Jawaban:
الكبيرة الع وف ت ؾ
الصلاة متعمدا إف ال ارع اتضكيم قد
أم اتظ من ب قامة الصلاة وأدائ ا والمحافظة علي ا
والاىتماـ ا ف اؿ تعالذ :{ إف الصلاة
ا ت على اتظ من تابا موقوتا } وقاؿ
تعالذ : {ال ن
يموف الصلاة }والسنة لك
.روي عن رسوؿ الله صلى الله عليو و سلم
( :أربع ف ض ن الله في الإسلاـ فمن أتى بثلاث لد ن عنو
شيئا تَّ تي ن
تريعا الصلاة والل اة وصياـ رمضاف و ج البيت ) رواه أتزد .وروي
84 Majmu’ Fatawa Ibn
Taimiah: 5/105.
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan
menyertakan sumber
عن عم بن اتططاب رضي
الله عنو قاؿ :قاؿ رسوؿ الله صلى الله
عليو و سلم :( من ت ؾ الصلاة متعمدا ا ب
الله عملو وب ئت منو ذمة الله تَّ اجع الله عل و جل توبة ) رواه الأصف اني .وعن ابن عباس رضي الله عن ما قاؿ ( :من ت ؾ الصلاة ف د ف )
وعن ابن مسعود رضي الله عنو قاؿ :( من ت ؾ
الصلاة فلا د ن لو ) وعن جاب بن عبد الله
رضي الله عن ما قاؿ :( من لد صل ف و
اف ) . وقد صح عن النبِ صلى الله
عليو و سلم :أف تارؾ الصلاة اف
و لك اف رأي أىل العلم من لدف النبِ صلى الله عليو و
سلم :أف تارؾ الصلاة عمدا من اير ع ر تَّ
ىب وقت ا اف لأ و تِ م على ت ؾ أم ه تعالذ وقد وري عن النبِ
صلى الله عليو و سلم أ و قاؿ :( ب ال جل وب
الكف ت ؾ الصلاة )
Dosa besar yang kedua puluh adalah meninggalkan shalat
secara sengaja.
Pensyariat Yang Maha Bijaksana telah memerintahkan
orang-orang yang beriman agar menegakkan shalat, menunaikannya, menjaganya dan
memperhatikannya. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (Qs. an-Nisa’ *4+:
103). Dan firman-Nya: “Orang-orang yang mendirikan shalat”.
Sunnah juga demikian, diriwayatkan dari Rasulullah Saw:
“Empat perkara yang diwajibkan Allah dalam Islam, siapa yang melaksanakan tiga,
maka itu tidak mencukupi baginya hingga ia melaksanakan semuanya; shalat,
zakat, puasa Ramadhan dan haji ke baitullah”. (HR. Ahmad). Diriwayatkan dari
Umar bin al-Khaththab, Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang meninggalkan shalat
secara sengaja, maka Allah menggugurkan amalnya, perlindungan Allah dijauhkan
darinya (ia kafir), hingga ia kembali kepada Allah dengan bertaubat”. (HR.
al-Ashfahani). Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Siapa yang meninggalkan shalat,
maka kafirlah ia”. Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Siapa yang meninggalkan
shalat, maka tidak ada agama baginya”. Dari jabir bin Abdillah, ia berkata:
“Siapa yang tidak shalat, maka ia kafir”.
Hadits shahih dari Rasulullah Saw: “Sesungguhnya orang yang
meninggalkan shalat itu kafir”. Demikian juga pendapat para ulama dari sejak
masa Rasulullah Saw bahwa orang yang meninggalkan shalat secara sengaja tanpa
udzur hingga waktunya berakhir, maka kafirlah ia, karena Allah Swt mengancam
orang yang meninggalkan shalat. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw: “Antara
seseorang dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”
Senarai Bacaan.
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Kutub Sittah besarta Syarah-nya
3. Imam Ahmad bin Hanbal, al-Musnad
4. Imam ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir
5. Imam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra
6. Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim
7. -----------------------, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
8. ----------------------, al-Adzkar
9. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari
10.
------------------------------------------, at-Talkhish al-Habir fi Takhrij
Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir
11. Imam Ibnu Qudamah, al-Mughni
12. Al-Hafizh al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id
13. Imam ash-Shan’ani, Taudhih al-Afkar li Ma’ani Tanqih
al-Anzhar
14. -------------------------, Subul as-Salam
15. Imam asy-Syaukani, Nail al-Authar
16. Imam
Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi asy-Syafi’i,
Kifâyat al-Akhyâr fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr
17. Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah
18. Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib
al-Arba’ah
19. Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu
20. Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah
21. Hasan
as-Saqqaf, Shahih Shifat Shalat Nabi min at-Takbir ila at-Taslim ka Annaka
Tanzhur Ilaiha
22. Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz
23. Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin
24. Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’at al-Bab al-Maftuh
25. Syekh
Nashiruddin al-Albani, Shifat Shalat an-Nabi min at-Takbir ila at-Taslim ka
Annaka Tarahu
26. Fatawa asy-Syabakah al-Islamiyyah
27. Fatawa Islamiyyah Su’al wa Jawab
28. Maktabah Shamela
BIOGRAFI PENYUSUN.
H.Abdul Somad, Lc. ,
MA . Lahir pada hari Rabu, 30
Jumada al-Ula 1397 Hijrah, bertepatan dengan 18 Mei 1977M, menyelesaikan
pendidikan atas di Madrasah Aliyah Nurul Falah Air Molek Indragiri Hulu Riau
pada tahun 1996. Memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada tahun
1998, mendapat
108
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club |
Website: www.tafaqquhstreaming.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar